*25 - Masa lalu?

319 24 10
                                    

~~~

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.








~~~






Angin sore kini berhasil menyapu seluruh wajah seorang pemuda yang sedang disibukkan dengan segala tumpukan buku pelajaran di hadapannya.

Dia kembali mengembuskan napasnya, bahkan untuk membaca satu halaman saja rasanya sudah sangat lelah. Satu tangannya bergerak untuk menutup buku tersebut, sepertinya dia butuh istirahat sejenak.

"Juan ...?" seseorang masuk dengan hati-hati, dia sedikit mengintip ke dalam untuk melihat Sang adik yang tengah memejamkan mata dengan seluruh tubuh yang tampak sangat lemas sekali.

"Masuk aja Mas ...." lirih Juana, matanya tetap terpejam karena sudah mengetahui dari suara yang tidak asing baginya.

Hadi masuk dan menghampiri Juana, tatapannya menunjukkan sebua kekhawatiran pada Adiknya itu.

"Capek ya?"

Mendengar itu, Juana hanya berdeham sembari menganggukkan kepalanya.

"Mau Mas bantu?"

Juana membuka matanya lalu melirik ke arah Hadi yang kini tengah menatapnya juga. Mendengar tawaran itu, Juana sedikit tertarik. Karena Masnya ini sangat jago di berbagai mata pelajaran.

"Iya! Bantuin Aku belajar sini, Mas, Juan bingung banget ...." celetuk Juana, kedua tangannya meraih beberapa buku materi yang belum dia pahami sama sekali.

Hadi tertawa kecil, keduanya mulai duduk di tengah-tengah kasur yang empuk dengan buku-buku materi yang akan ada di ujian Juana nanti.

"Gini doang ... nggak perlu mikir juga Mas udah selesai," ungkap Hadi tersenyum bangga ketika dirinya teringat dengan masa-masa SMA-nya.

Juana melirik sinis Si sulung, "Giliran disuruh buat skripsi aja, enggak lulus."

Mendengar kata-kata sindiran tersebut, Hadi kembali membalas tatapan sinis kepada Juana.

"Enggak seru Kamu, bawa-bawa skripsi begitu!"

Tawaan Juana pecah seketika, melihat wajah Hadi yang tidak terima membuat Juana tidak bisa menahan tawanya.

Sementara Hadi? Dia tidak ada niatan untuk ikut tertawa juga, perasaan kesalnya masih ada. Dirinya kesini bukan untuk disindir, tetapi untuk berniat baik kepada Sang adik.

"Kalau enggak berhenti ketawanya, Mas nggak jadi ajarin Kamu lagi." ancaman dari Hadi bahkan mampu membuat Juana yang awalnya berguling kesana-kesini menjadi terdiam seketika.

Rumah?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang