*29 - Rumah yang sebenarnya.

766 43 4
                                    

~~~

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.








~~~






Hari berganti malam, angin kencang mulai memasuki celah-celah jendela yang terbuka, serta bintang-bintang kecil yang terus bersinar di atas sana. Memang, melihat keindahan alam tidak penah bosan sama sekali, perlahan Hadi menampilkan senyuman tipisnya kala melihat bintang yang paling bersinar diantara yang lainnya.

"Indah ...." gumam pemuda itu, kedua tangannya bergerak memeluk tubuhnya sendiri agar tidak kedinginan. Karena angin kencang terus menerus menusuk tulang-tulangnya tiada henti.

Terkadang Hadi berpikir, apakah ada keindahan yang jauh lebih indah dari keindahan alam semesta ini? Kalau memang ada ... Hadi ingin melihatnya secara langsung.

"Masuk Mas, dingin di luar terus." Hadi menoleh ketika mendengar suara Juana dari dalam penginapan. Lalu dia menganggukkan kepalanya sebagai jawaban.

"Nanti, Kamu tidur duluan aja ... entar Mas nyusul."

Juana menghela napasnya sembari menggelengkan kepala, pemuda itu malah menghampiri Hadi lalu duduk di sebelahnya. Dan ikut menikmati indahnya malam hari ini.

"Disini aja dulu, lagian Aku juga belum ngantuk ...."

Hadi menganggukkan kepalanya, karena keduanya tadi siang malah tertidur sehingga malamnya tidak merasa ingin tidur sama sekali.

"Bunda sama Ayah, berantem karena apa sih Mas?" tanya Juana secara tiba-tiba, entah mengapa kini dia baru teringat jika kedua orangtuanya sedang tidak baik-baik saja disana.

Hadi terdiam untuk beberapa menit, apakah ini sudah waktunya dia memberi tahu kepada Juana perihal pahitnya masa lalu kedua orangtuanya? Tetapi Hadi merasa tidak yakin jika Juana harus mengetahuinya hari ini juga ... karena, Dia orang yang mudah sekali kepikiran.

Hingga suara helaan napas terdengar dari pemuda itu, perlahan dia melirik Juana dengan tatapan sendunya. Sudah waktunya Sang adik tahu.

"Kalau sudah Mas ceritakan ... jangan pernah benci sama Mereka ya?" tanya Hadi memastikan.

Juana menganggukkan kepalanya cepat, dia terlalu penasaran penyebab kedua orangtuanya selalu bertengkar tanpa alasan.

"Ayah jahat Juan,"

Tiga kata singkat yang diucapkan oleh Hadi pun mampu membuat Juana mengerutkan dahinya bingung.

"Semua pertengkaran itu terjadi ... karena kelakuan Ayah yang sangat bodoh dan tidak berpikir pakai otak sama sekali—nyatanya ... penyebab dibalik semua ini memang Ayah."

Rumah?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang