*21 - Maafin Nda, ya Mas?

458 31 0
                                    

~~~

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.








~~~






"Bunda nggak suka liat Kamu pulang dari sekolah langsung pergi sana-sini, harusnya langsung ke rumah kalau sudah selesai tuh." kini Wanita itu tengah duduk di sofa ruang tengah bersama Juana yang ada di hadapannya, dia tengah menundukkan kepalanya.

"Belajar, biar Kamu jadi sukses Juana—orang di luar sana kebanyakan enggak sukses tuh karena pergaulannya yang jelek, ingat itu."

"Tapi ... Juana enggak main sama teman Nda,"

"Bunda nggak peduli mau Kamu main sama teman atau enggak, yang penting jangan di ulangi lagi, harus pulang tepat waktu, bantu Bunda nyelesain pekerjaan rumah—nggak mungkin Bibi bisa bersihin seluruh rumah sambil jagain Alan." setelah itu Dara pergi begitu saja tanpa menatap Sang anak sedikitpun.

Helaan napas pelan terdengar dari Juana, jarinya tak bisa diam sama sekali. Ya, Juana mempunyai kebiasaan menggigit kuku. Sudah beberapa kali di larang oleh Hadi tetapi rasanya sangat susah untuk menghilangkan kebiasaan itu.

Setiap hari Juana selalu merasakan cemas yang berlebihan, maka dia akan melampiaskannya dengan menyakiti dirinya sendiri.

Rasanya sangat tidak bebas untuk melakukan sesuatu di luar sana, Juana ingin sekali jalan-jalan bersama teman dan bersenang-senang. Tetapi mengingat kata-kata Dara, selalu membuat Juana mengurungkan niatnya.

Apa salahnya sih kalau Juana hanya ingin jalan-jalan saja? Setidaknya bersama Yasa.

Tetapi lamunannya tersadar seketika saat melihat sosok Hadi yang menghampirinya lalu duduk di sebelahnya.

"Jangan gigit kuku, nggak baik." satu tangan Hadi menarik tangan Juana untuk tidak menggigit-gigitkan jarinya lagi.

Sang adik hanya terdiam, dia bahkan tidak menoleh atau melirik sedikitpun kepada Hadi. Tampaknya dia masih sangat marah dengan Hadi.

"Mas minta maaf, Juan."

"Ada kalanya Kamu tahu semuanya, tapi jangan sekarang." lanjutnya.

Ucapan yang di lontarkan Hadi bahkan mampu membuat Juana menoleh dengan raut wajah penasarannya.

Kenapa tidak sekarang saja? Kenapa harus menunggu dulu?

"Seberat apa sih masalah Mas? Sampai nggak mau cerita sama Juan?"

Hadi menatap ke arah lain, terdiam sejenak.

Rumah?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang