~~~Setelah kejadian kemarin, Hadi tampak menjadi lebih diam dari sebelumnya. Bahkan Juana pun sampai tak berani untuk memasuki kamar Sang kakak.
Tetapi di sisi lain juga ia tampak khawatir karena Hadi hanya berdiam diri di kamar dan tidak berniat untuk keluar dari kamar kecuali ada urusan penting.
Helaan napas terdengar begitu saja dari kamar Juana, pemuda itu tengah duduk sembari memandang buku-buku tebal yang akan ia pelajari untuk ujian nanti. Memang, di hari-hari sebelum ujian dimulai pasti Juana akan selalu berusaha untuk menghafal materi-materi yang sudah di sampaikan oleh Bu Lia. Tetapi Dia masih merasa gelisah akan kondisi Sang kakak.
Selama satu hari ini Hadi tidak ada membalas ucapan Juana dari luar kamar. Pemuda itu pun belum makan selama seharian penuh.
"Mas ... buka pintunya, makan dulu, setidaknya beberapa sendok saja ...," pada akhirnya pun Juana tidak pernah tenang untuk belajar karena Hadi tidak ingin makan sama sekali, bisa-bisa nanti Si sulung sakit.
Tidak ada sahutan sama sekali, itu membuat pikiran Juana ke mana-mana.
"Mas, kalau enggak di buka ... Juan dobrak pintunya sekarang juga ya!" ancaman yang sedikit di keraskan suaranya bahkan mampu membuat pintu itu terbuka dengan mudahnya. Menampakkan sosok Pemuda yang lebih tua darinya, kondisinya sangat berantakan, wajah yang terlihat lelah serta pakaian yang tidak rapi mampu menunjukkan bahwa Hadi sedang tidak baik-baik saja. Pemuda yang biasanya rapi kini terlihat sangat berantakan.
"Juan masuk ya ... Mas?" tanya Juana sebelum masuk ke dalam kamar Hadi. Si sulung hanya menganggukkan kepalanya tanpa mengeluarkan suara sedikitpun.
Saat masuk Juana merasakan rasa dingin dari pendingin ruangan yang dinyalakan dengan suhu yang paling rendah. Tirai yang biasanya terbuka kini tertutup rapat seolah-olah menolak matahari masuk ke ruangan tersebut. Kamar Hadi pun tampak berantakan dengan buku-buku tebal di mana-mana. Juana juga ikut pusing melihatnya.
"Mas ... jangan kayak gini dong, pikirkan kondisi tubuh Mas juga—kalau kamarnya dingin kayak gini bisa-bisa Mas mati kedinginan." satu tangan Juana menyalakan lampu agar bisa mencari remote pengendali suhu ruangan.
Setelah di naikkan kembali suhunya, Juana mulai melihat sekitarnya sembari menggelengkan kepalanya pelan. Sesekali dirinya menghela napas kasar.
Sedangkan Hadi? Ia tengah duduk di meja belajarnya sambil menatap layar laptop dengan serius. Tampaknya Hadi sedang ada urusan dengan kampusnya lagi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Rumah?
Fanfiction❛❛Mas Hadi, kita sebenarnya punya rumah nggak sih?❜❜ ❛❛Mas juga nggak tahu kita punya rumah atau tidak.❜❜ Juana selalu berharap dianggap ada sekaligus disayangi sebagaimana kedua saudaranya rasakan. Kasih sayang dari Bunda, kasih sayang dari Ayah, i...