"Mas, ini kok mata aku pake ditutupin segala. Emang kita mau ke mana?" tanya Della memegang tangan Gibran yang menuntunnya berjalan.Pulang dari rumah sakit tadi, Gibran meminta istrinya untuk siap-siap karena katanya ingin ia beri kejutan. Della yang memang penasaran pun melaksanakan apa yang diminta sang suami. Begitu ia selesai berdandan matanya langsung ditutup dengan kain lembut dan dirinya dibawa ke dalam mobil.
"Ini kita udah sampai, kok. Tinggal beberapa langkah lagi tuh ke depan," kata Gibran.
"Di hitungan ke 3, aku buka penutup matanya ya."
1
2
3
"Surprise...."
Della mengerjapkan matanya beberapa saat sebelum terpaku pada apa yang tersuguh di depan sana. Rumah mewah 2 lantai dengan cat putih. Terlihat indah.
"Ini rumah siapa, Mas?" tanyanya.
"Rumah kita. Aku, kamu, dan anak-anak kita nanti akan tinggal di sini," jawab Gibran.
"Gimana? Kamu suka, nggak?" tanya Gibran yang masih berdiri di belakang Della.
"Maaf ya kalau aku cuma bisa kasih kamu rumah yang seperti ini. Aku janji akan kerja lebih keras lagi biar nantinya bisa penuhi semua kebutuhan kamu," kata Gibran.
Della membalikkan badannya hingga berhadapan dengan sang suami. Menatap sinar kasih sayang dari pancaran kedua mata Gibran. Pria yang menjadi suaminya ini adalah pria yang dulunya dikhiani oleh Tiana. Ia pernah menangis karena tiba-tiba menikah dengan Gibran tapi semakin ke sini ia semakin yakin jika hidup itu selalu berdampinga. Rasa sedihnya mengakhiri masa lajangnya waktu itu pasti berdampingan dengan rasa bahagia nantinya.
"Apa pun yang Mas beri dan itu dari hasil kerja keras Mas Gibran, aku selalu suka. Aku diperlakukan dengan baik srbagai seorang istri saja sudah lebih dari kata bahagia, Mas."
"Udah sepatutnya aku berterima kasih sama Mas Gibran yang sampai detik ini sudah menjadi suami yang sangat baik untuk aku," ujar Della.
Gibran mengusap pipi kiri Della. Sebagai suami, tidak akan hatinya bisa tenang sebelum melihat binar bahagia di wajah sang istri.
"Udah kewajiban aku membuat kamu bahagia, Dell. Aku bertanggung sepenuhnya atas kamu sejak kamu dinobatkan jadi istriku."
"Makasih ya Mas," tutur Della.
Gibran meraih tubuh Della ke dalam pelukan dan mendekapnya erat. Rumah ini ia beli sudah dari sebelum mereka menikah dan waktu itu ia berencana untuk memberi kejutan pada Tiana, namun takdir berkata lain dan yang menjadi istrinya adalah Della.
"Kita masuk ya. Barang-barang kita udah di dalam semua," kata Gibran setelah mengecup puncak kepala Della berulang kali.
"Iya Mas," sahut Della lembut.
Tangan Della digenggam lembut oleh suaminya dan mereka melangkah bersama menuju pintu utama rumah mereka yang masih terkunci.
_______________
"Lho, Dirga kok di luar? Pasti mau ketemu sama Aira, kan? Ya udah masuk aja yuk," ajak Firly.
Sedari tadi Dirga duduk di kursi depan kamar rawat Aira. Gadis itu masih terlihat kesal padanya sehingga menatapnya pun tidak mau. Ini bukan yang pertama kali Aira mogok ngomong padanya karena Dirga disapa atau diidolakan teman-teman di sekolahnya.
"Emm, Dirga tunggu di sini aja Tan. Aira juga kayaknya lagi istirahat," jawab Dirga sopan.
"Tadi dia baru chat sama Tante, kok. Kata dokter hari ini Aira udah boleh pulang. Ini Tante mau beresin barang-barangnya biar bisa cepet pulang."
KAMU SEDANG MEMBACA
Bahagiaku Bersamamu
RomanceDella tidak tahu jika dirinya akan menikah dengan Gibran.