"Sudah berapa kali Papa bilang sama kamu Dirga, jauhi Aira. Kamu ngerti bahasa Indonesia, kan? Tahu arti menjauhi?!"
Dirga meletakkan kunci mobilnya di atas meja dan berjalan mendekati sang papa lalu meraih tangan pria dewasa itu untuk ia salami. Berlanjut melakukan hal serupa pada sang mama yang baru muncul dari kamarnya. Sepertinya Mama Karin kaget mendengar suara Fahri yang lantang.
"Maaf Pa...."
"JAUHI AIRA. Kamu berteman sama yang lain aja selain Aira. Banyak, kan temen kamu yang lain?"
Wajah Fahri terlihat emosi dan terasa sekali jika kemarahan pria itu sudah dipuncak. Melihat itu Dirga mencoba tenang dan mengatur nafas agar bisa menyahuti ucapan sang papa dengan tanpa emosi.
"Dari banyaknya teman-teman Dirga, kenapa harus Aira yang Dirga jauhi, Pa? Kenapa bukan teman yang lain aja?" tanya Dirga dengan wajah tetap tenang dan dengan nada yang selembut mungkin.
"Karena Aira....,"
Dirga dan Annisa menatap serius pada Fahri yang tiba-tiba tidak melanjutkan ucapannya. Pria itu mengusap wajahnya kasar.
"Karena Aira itu putri dari orang yang pernah Papa cintai?"
Kaget? Tentu saja Fahri dan Annisa langsung kaget mendengar apa yang keluar dari bibir Dirga.
"Dirga... kamu...."
"Dulu Papa dan Almarhumah Tante Vanya saling cinta tapi takdir memisahkan kalian dan karena itu Papa benci kalau aku deket sama Aira bahkan mungkin Papa benci sama Aira?"
Sudah, Dirga sudah tidak ingin mengukur waktu untuk mengutarakan semuanya pada sang papam Mengutarakan jika ia sudah tahu yang sebenarnya, Dirga tahu alasan utama Fahri tidak menyukai Aira.
"Dirga sayang sama Aira, Pa. Dirga nggak mau berhenti brjuang untuk hubungan kami karena Dirga nggak mau menyesal dan nantinya malah menyakiti banyak hati lagi," ujar Dirga lagi.
Tertampar oleh ucapan Dirga. Itu yang sekarang Fahri rasakan. Ia yang dulu kurang berjuang untuk Vanya sehingga hanya bisa meluapkan penyesalannya dengan menyakiti hati Annisa yang dari tahun ke tahun berusaha memupuk cinta di antara mereka tapi hati Fahri bak beku karena kehilangan Vanya.
"Urusan Papa yang pernah mencintai ibunya Aira bukan hambatan bagi Dirga untuk ingin tetap bersama Aira, Pa. Bukannya Dirga punya hak untuk menentukan pilihan Dirga sendiri?"
"Jangan jadi anak pembangkang, Dirga! Papa bilang jauhi Aira. Banyak gadis di dunia ini bukan cuma Aira!" sentak Fahri lantang.
"Dirga nggak bisa, Pa. Menjadi teman dan selalu ada di samping Aira itu pilihan hati Dirga sendiri. Sampai kapan pun Dirga nggak akan jauhin Aira lagi."
"Tapi ayah gadis itu yang udah merebut kebahagiaan Papa, Dirga."
Tersenyum tipis lantas Dirga menggeleng pelan.
"Dirga nggak ada hubungan apa-apa sama masalah hati Papa dan Tante Vanya maupun Om Gibran karena sejatinya Dirga bukan anak kandung Papa!""
Kembali Fahri dan Annisa tercengang mendengarnya. Pria paruh baya itu saling tatap dengan sang istri beberapa saat sebelum melangkah mendekati Dirga.
"Maksud kamu?"
Mata Dirga memanas dan ada sirat kemarahan di sana. Dari mata sang papa dan mama Dirga bisa melihat ada kecemasan di sana.
"Dirga nggak nyangka kalau selama belasan tahun ini Dirga hidup dalam kebohongan yang nyata. Dirga hidup sama orangtua yang nggak mau memberi kejujuran sedikit pun sama Dirga. Mama dan Papa bukan orangtua kandung Dirga. Dirga dengar sendiri dari pembicaraan Papa dan Mama. Oma juga udah jelaskan semuanya sama Dirga."
KAMU SEDANG MEMBACA
Bahagiaku Bersamamu
RomanceDella tidak tahu jika dirinya akan menikah dengan Gibran.