Part 17

3.9K 160 2
                                    

Bacanya setelah berbuka puasa aja ya. Ummi khawatir isi part ini berpotensi membatalkan pahala puasa.

"Mas....!" pekik Della saat sepasang tangan melingkari perutnya.

Wanita itu menghela lega setelah tahu jika itu tangan milik suaminya.

"Bengong di depan lemari. Ngapain sih?" tanya Gibran.

Gibran meletakkan dagunya pada bahu polos sang istri karena saat ini Della hanya mengenakan gaun tidur berbahan satin dengan seutas tali kecil di kedua pundaknya.

"Hmm lagi pilih baju, Mas. Perasaan baju tidur aku nggak banyak deh tapi kok bisa sebanyak ini ya dalam lemari?" ujar Della.

Pelukan Gibran terasa semakin erat di tubuhnya membuat Della mengusap rahang tegas sang suami.

"Aku yang beli kemarin. Soalnya aku bingung kamu selera bajunya yang kayak gimana makanya aku pilih beliin kamu baju tidur aja."

Della tersenyum haru mendengar penuturan suaminya. Wanita itu melepaskan belitan tangan Gibran dari perutnya kemudian berbalik menghadap sang suami. Ia tumpukan kedua tangannya di dada bidang Gibran dan di pinggangnya tersampir kedua tangan pria itu.

Gibran sedikit kaget melihat dada Della yang terlihat jelas karena gaun tidur itu dadanya berpotongan rendah berenda. Ditambah puncak dadanya terlihat jelas yang Gibran yakin Jika sang istri tidak memakai bra di balik gaun itu.

"Baik banget sih suami aku. Makasih ya Sayang," ujarnya lembut.

Mendengar panggilan sayang yang sebut Della untuknya, Gibran tidak bisa menahan diri dan langsung meraup bibir tipis Della dengan bibirnya. Melumatnya lembut dengan mata yang terpejam.

"Enggghhh," lenguh Della saat ciuman Gibran berpindah ke area leher jenjangnya.

Wanita itu mendongak, memudahkan bibir Gibran bermain di sana.

"Emmm ahhh," desahnya semakin menjadi terlebih saat merasakan sebelah tali piyamanya terjatuh dari pundak.

Gibran mengangkat tubuh istrinya dan membawanya ke atas tempat tidur. Tubuhnya setengah menindih Della dengan bibir yang tidak henti mencumbu bagian atas tubuh sang istri. Dari leher yang sudah berubah warna ia labuhkan bibirnya ke arah dada kemudian perlahan turun menuju salah satu puncak dada Della.

"Ahhh Massss."

Tok

Tok

Tok

"Ayah ... Bunda...."

Gibran dan Della saling tukar pandang ketika mendengar suara dari balik pintu kamar mereka. Della mengusap pipi Gibran yang meringis tersiksa ketika penyatuan belum usai, ada yang mengetuk pintu kamar mereka.

"Sana deh, Mas. Aku khawatir Aira kenapa-napa," kata Della menarik selimut, menutupi tubuhnya sampai batas dada.

Gibran mengangguk dengan wajah pasrah.
Dengan cepat pria itu bangun dari posisinya, meraih kaos dan celana pendeknya kemudian  berjalan ke arah pintu.

Begitu pintu dibuka, ada Aira yang berlinangan air mata di sana. Dengan raut khawatir, Gibran memegang kedua pundak Aira.

"Aira kenapa nangis?" tanyanya.

Aira menghela nafas panjang dan berusaha mengatur nafasnya.

"Kamar Aira gelap, Yah. Tiba-tiba tadi lampunya mati dan sampai sekarang belum nyala. Padahal di ruangan lain nggak mati lampu," jawab Aira.

"Ayah lihat dulu ya. Kalau misal nanti nggak bisa nyala, Aira tidur di kamar lain aja."

"Iya Yah," sahut Aira.

Bahagiaku BersamamuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang