"Ehem..."
Mendengar ada yang berdehem, sontak kedua remaja itu tersentak kaget melihat siapa yang menghampiri mereka. Dirga melepaskan tangannya dari kedua sisi wajah Aira dan kembali menegakkan tubuh seperti semula. Dengan wajah tersipu, gugup, dan merona Aira bangun dari duduknya.
"Ayah?" kaget Aira membolakan mata.
Buru-buru gadis itu mengulurkan tangan untuk menyalami ayah bundanya begitu juga yang Dirga lakukan.
"Ayah sama bunda kok ... ada di sini? Kan udah malam," tanya Aira sedikit gugup.
Ia malu bukan main karena bisa-bisanya kepergok ayahnya sendiri di saat tengah berduaan dengan Dirga.
"Harusnya Ayah yang tanya kayak gitu. Ngapain Aira di sini malam-malam? Berduaan lagi," kata Gibran dengan nada datar.
Belum dijawab oleh Aira, lirikan Gibran beralih pada Dirga yang tersenyum santun padanya meski sedikit khawatir akan kena semprot juga.
"Udah berapa kali kamu ajak Aira keluar malam-malam begini?" tanyanya.
"Baru kali ini, Om."
Della mengusap lengan Gibran pelan dan mencoba menebar senyum pada Aira dan Dirga. Sementara suaminya malah mengangkat sebelah tangan untuk melihat satuan waktu.
"Udah hampir jam sembilan malam. Kamu pulang aja sana," ujar Gibran terang-terangan mengusir Dirga.
Della dan Aira membola kaget mendengarnya.
"Sa ... saya, Om?" tanya Dirga dengan jari telunjuk menunjuk dirinya sendiri.
"Iya," jawab Gibran singkat.
"Te ... terus Aira gimana, Om? Masa pulang sendiri?"
Gibran mengusap wajahnya dan menghela nafas kasar.
"Ada Om dan Tante Della. Nanti Om yang antar Aira pulang," katanya.
Perlahan Dirga mengangguk dan tersenyum penuh arti pada Aira. Ia senang akhirnya menyaksikan sendiri jika Gibran ternyata seperhatian ini pada Aira.
"Oke Om. Ya udah Ai eh Ra... aku pulang ya. Tante, Om, Dirga pamit."
Della mengangguk seraya tersenyum ramah sementara Gibran mengangguk dengan tanpa ekspresi di wajahnya. Sebelum pergi, Dirga menatap Aira dalam penuh senyum.
"Hati-hati ya," kata Aira diangguki Dirga.
"Tunggu," cegah Gibran.
"Apalagi sih, Mas? Tadi nyuruh Dirga pulang kok ini malah ditahan lagi?" tanya Della yang sedikit kesal dengan sikap suaminya.
"Itu yang dipake Aira, jaketnya Dirga kan? Balikin nanti dia kedinginan kan naik motor," kata Gibran.
Aira tersadar dan langsung melepas jaket milik Dirga dari bahunya.
"Makasih ya. Jaketnya udah buat aku hangat," ucap Aira.
"Sama-sama," jawab Dirga.
Aira menatap punggung Dirga yang berlalu. Entah sejak kapan hujannya reda.
"Udah, jangan diliatin terus. Nggak hilang orangnya," kata Gibran menatap ke arah yang sama dengan Aira.
Gibran melepas jaketnya dan memakaikanya di bahu Aira. Dipandangi heran oleh istri dan anaknya tidak membuat raut datarnya surut.
"Pake jaket Ayah aja," katanya.
Detik berikutnya baik Della maupun Gibran sama-sama kaget karena Aira langsung memeluk tubuh Gibran erat. Perlahan Gibran mengangkat kedua tangannya untuk membalas pelukan sang putri.
KAMU SEDANG MEMBACA
Bahagiaku Bersamamu
RomanceDella tidak tahu jika dirinya akan menikah dengan Gibran.