"Kok belum tidur? Ini udah hampir jam sepuluh lho, Sayang. Kamu kan harus istirahat yang cukup," kata Gibran yang keluar deri kamar mandi dan melihat istrinya berdiri dengan raut resah di depan tempat tidur mereka.
Pandangan Gibran jatuh pada benda pipih yang Della pegang.
"Aira belum pulang, Mas. Masa udah semalam ini belum pulang juga. Aku telpon hpnya nggak aktif. Ini baru telpon Naya dan katanya kalau Aira udah pulang dari setengah jam yang lalu. Tidak mungkin setengah jam yang lalu belum sampai ke rumah.
"Kamu serius?"
Gibran mengambil jaket dan kunci mobilnya.
"Aku cari Aira dulu ya. Kamu...,"
"Aku ikut," potong Della cepat.
"Aku nggak bisa diem aja di sini, Mas. Gimana kalau terjadi apa-apa sama Aira?"
Gibran mengelus rambut Della sembari menatap intens istrinya. Bukan ia tidak mau Della ikut tapi ini sudah malam terlebih sang istri tengah hamil.
"Pake jaket ya," kata Gibran yang diangguki patuh oleh Della.
Meski tengah sakit hati pada suaminya tapi untuk sekarang Aira lebih penting.
Marahnya pada Gibran bisa ia ungkapkan di lain waktu.Della tidak menolak saat Gibran meraih tangannya untuk bergandengan keluar dari kamar.
_______
"Pak Anton?"
Pak Anton menoleh pada Dirga yang melangkah mendekatinya.
"Eh Dirga? Habis dari mana?" sahut dan sapa Pak Anton ramah.
"Ini Pak habis dari rumah temen. Pak Anton sendiri ngapain di sini? Mobilnya kenapa, Pak?" tanya Dirga.
Pak Anton adalah tetangga Dirga yang sudah beberapa bulan ini mengambil pekerjaan sebagai supir taksi online. Istrinya Pak Anton bekerja paruh waktu di rumah orangtua Dirga sebagai tukang cuci dan setrika baju.
"Mobilnya mogok, Ga."
"Boleh saya lihat, Pak?"
"Ya kalau nggak keberatan, silahkan Nak Dirga," kata Pak Anton.
Sedikitnya Dirga bisa menguasai mesin. Meski tidak jago tapi beberapa kali ia pernah memperbaiki mobil temannya yang mogok tengah jalan.
Setelah mengutak-atik beberapa menit, Dirga mencoba menyalakan mobil Pak Anton dan berhasil. Mobilnya bisa dinyalakan.
"Alhamdulillah," ucap Dirga.
Ketika hendak turun dari kursi kemudi. Tidak sengaja kepala Dirga menoleh ke jok belakang. Tatapan matanya tertahan pada satu benda yang tidak asing untuknya. Dengan penuh rasa penasaran Dirga mengulurkan tangan untuk menggapai dompet putih itu. Di lipatan di pertama terdapat foto si pemilik dompet.
"Aira?" gumamnya.
Dengan dompet Aira di tangannya, Dirga keluar dari mobil Pak Anton.
"Pak, maaf ini saya nemuin dompet temen saya di jok belakang. Tadi gadis ini naik mobil Bapak?" tanya Dirga menunjukkan foto Aira pada Pak Anton.
Pak Anton memperhatikan foto itu kemudian mengangguk pelan.
"Iya. Tadi dia naik mobil Bapak tapi sayangnya Bapak nggak bisa ngantarin sampai alamat yang dituju karena mobilnya mogok."
"Terus dia lanjut naik taksi lain?" tanya Dirga.
Entah mengapa perasaannya menjadi resah pada Aira. Apalagi melihat Pak Anton yang menggelengkan kepala.
KAMU SEDANG MEMBACA
Bahagiaku Bersamamu
RomansaDella tidak tahu jika dirinya akan menikah dengan Gibran.