7. Perpisahan

760 60 4
                                    


Di ruang tengah itu, kini hanya ada mereka berdua yang saling memandang satu sama lain, Teddy yang begitu mengkhawatirkan Aurora, menjadikan tubuhnya tameng hidup untuk melindungi Gadisnya itu, agar Aurora bisa dengan aman masuk ke dalam, dan begitu pula Aurora, yang tanpa sadar ingin menyusul Teddy keluar, namun di tahan oleh Pak Prabowo, dan hanya bisa menitikan air mata karena tidak bisa berbuat banyak untuk menolong sang Mayor.

"jangan pernah merasa sepi atau sendirian lagi ya mba, sekarang ada saya disini" Ucap Teddy, sambil terus memandangi gadis itu, dan perlahan mengusap lembut pipinya dengan tangan yang kini sudah berbalut perban.

" jadi saya mohon jangan jauh-jauh dari pandangan saya, saya khawatir sekali jika ada  hal buruk terjadi pada mba Aurora dan saya tidak ada di sana untuk melindungimu, saya adalah tameng pertama yang harus mereka tembus jika ingin melukai kamu" Lanjut perkataan sang Mayor.

Kemudian....

"eh kok baru di tinggal sebentar, sudah aku-kamu aku-kamuan aja nih" Ucap Rizky dengan langkah kakinya menuruni anak tangga itu, ia dengan tida-tiba kembali ke lantai bawah tempat Teddy dan Aurora berada, untuk mengambil buku catatannya yang tertinggal, persis di atas meja ruang tengah itu.

Seketika Teddy memberikan tatapan tajamnya pada Rizky, tatapan itu mengikuti langkah kakinya sedari menuruni anak-anak tangga, hingga dirinya mengambil buku itu, tepat di samping kotak P3k yang tadi di gunakan Aurora, tatapan itu seolah memberinya peringatan untuk segera naik kembali ke atas, dan Rizkypun sedikit melirik tatapan tajam itu yang memang di tujukan padanya.

" Silahkan-silahkan di lanjut aku-kamu aku-kamu an nya lagi, maaf saya mengganggu, saya permisi" Ucap Rizky yang menyadari bahwa langkah kakinya itu sedang di perhatikan oleh Teddy, dan ia pun segera bergergas sesudah buku catatanya berhasil ia dapatkan dan sedikit berlari menuju ke ruang kerja Bapak.

"Hampir aja leher Gue beneran di penggal sama Teddy" Gerutu Rizky pada dirinya sendiri sembari memegangi lehernya itu.

Aurora hanya tertawa kecil mendengar godaan Rizky, Juga melihat Teddy yang memberikan tatapan penuh ancaman kepada Rizky barusan.

"Hahaha terima kasih banyak pak" Ucap Aurora sembali membalas usapan lembut Teddy pada pipinya.

"Tetaplah berada di dekat saya, pun setelah nanti kita kembali ke jakarta, dan segera hubungi saya jika terjadi sesuatu hal buruk" Sahut lelaki itu

"Jadi saya hanya boleh menghubungi kamu kalau ada hal buruk aja nih?" Goda Aurora kepada sang Mayor itu.

"Ehh bukan, bukan gitu maksud saya" Jawab Teddy sambil mencoba menjelaskan maksud ucapannya barusan.

Aurorapun hanya tertawa mendengar Teddy yang berusaha meluruskan maksud dari ucapannya tadi, dalam penglihatan gadis itu, Teddy terlihat begitu sangat lucu ketika ia salah berucap dan mencoba meluruskannya, sesaat kemudia terdengar suara dari lantai 2.

"Mas Teddy di panggil bapak, sudah belum aku-kamu aku-kamuan nya sama Mba Aurora?" Ucap Rajif dari ballcon lantai 2 persis di bawah Teddy dan Aurora.

"Si Rizky ini pasti cerita yang enggak-enggak deh di atas sana" Gerutu Teddy, sembari menepuk jidatnya sendiri,

"ya sudah sana temui bapak" Sahut Aurora dengan senyum di bibirnya.

Mendengar perkataan gadis itu, Teddy pun beranjak meninggalkan Aurora sendiri di ruang tengah, dan Aurora lagi-lagi melihat tubuh Teddy dari belakang, kini dirinya tersenyum sendiri karena mengingat perkataan sang Mayor yang di lontarkan padanya.

" As long as im here no one can hurt you" bisik aurora mengulangi perkataan yang Teddy ucapkan kepadanya, sambil tersenyum tipis.

Sementara itu di ruang kerja bapak.

Misi Cinta di Antara TugasTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang