Kania yang sedari tadi terduduk di tempat tidurnya hanya bisa memandang ke arah Teddy yang kala itu tengah tertawa lepas bersama dengan para Aspri dari Pak Prabowo juga tentu saja Aurora. Mereka berdiri tepat di belakang pintu masuk ruangan tersebut seakan tidak menyadari bahwa Kanialah yang sedang di rawat di ruangan tersebut. Dari atas tempat tidurnya Kania terus memperhatikan sang Mayor dan tengah merangkul pundak gadis berkebaya maroon di sampingnya, namun tatapan nya kali ini sangat amat berbeda dari tatapan saat pertama kali ia bertemu dengan Aurora di bandara, tatapan itu begitu penuh dengan amarah.
Namuan seketika tatapan amarah itu ia sembunyikan rapat-rapat di balik raut wajahnya yang setekita berubah menjadi senyum tak kala ia menyadari keberadaan sosok Bapak yang mulai berjalan menghampirinya. "Seneng ya pak liat Teddy bisa tertawa lepas lagi" Ucap Kania pada sosok Jendral yang kini sudah berada di sebelahnya itu. "Hahaha syukurlah kalau Mayor pemarah itu bisa kembali tertawa lebar setelah bertemu Mba Aurora" Sahut Bapak sembari memperhatikan Teddy dari tempatnya berdiri.
Mendengar jawaban yang di berikan Bapak, seketika membuat amarah Kania semakin menjadi-jadi. "Siapa si lo sebenarnya Aurora?" Batin Kania berbisik, sembari tatapan amarah itu ia tujukan kembali pada sosok Aurora yang masih di rangkul pundaknya oleh Teddy. Namun seketiak tatapan amarah itu ia putar kembali menjadi senyum kepalsuan di bibirnya, tepat saat Bapak memanggil Teddy.
"Teddy" Ucap Bapak tegas.
Panggilan itu seketika membuat sang Mayor bergegas untuk menuju sumber suara Bapak yang memanggil namanya, namun ia tidak menghampiri Bapak sendirian, saat itu ia menggenggam tangan Aurora seolah meminta gadis itu untuk mengikuti langkah kakinya menuju ke arah Bapak berada. "Siap Pak" Sahut Teddy, tepat saat sang Mayor tersebut sudah berada di hadapan Bapak dengan Aurora di sampingnya dan tangan nya yang masih menggenggam tangan Aurora.
"Makan malam hari ini biar saya saja dengan Pak Budie, melihat Kania yang sepertinya masih perlu istirahat, apa kamu sudah menghubungi Pak Budie?" Tanya Bapak pada sosok Mayor yang berada di hadapannya itu.
"Siap, sudah pak, beliau sedang dalam perjalanan kemari untuk menjemput Kania" Jawab Teddy.
Mendengar itu, Kania seketika mengalihkan pandangannya menuju Teddy. "mas, katanya kamu yang mau anter aku pulang?" Tanya Kania. Aurora hanya terdiam, ia merasa bingung soal apa yang harus ia lakukan di tengan situasi ini, namun Teddy masih terus menggengam tangannya, seolah meyakinkan gadis itu bahwa ini semua sudah dalam kendali sang Mayor.
"Lebih baik kalau kamu pulang sama Pak Budie Kania, saya ga bisa membelah diri, saya juga harus memastikan Aurora baik-baik saja" Jawab Teddy. "Mas gapapa aku bisa pulang sama Bapak sama Rajif juga sama yang lain" Bisik lilih Aurora pada Mayor yang masih menggenggam tangannya itu. Namun Teddy tidak membalas sepatah katapun, ia hanya membalas dengan menggenggam tangan Aurora semakin erat.
"Sudah Teddy, kamu kan bisa antar Kania pulang dulu sama Mba Aurora, saya juga masih harus bertemu pak Budie untuk malakn malam " Seketika Bapak memotong perselisihan yang sedang terjalin antara Teddy dan Kania. "Mba Aurora ga keberatankan ikut Teddy antar Kania pulang? deket kok" Lanjut Bapak.
sebetulnya Teddy saat itu mendengar perintah Bapak dengan sangat jelas, namun perintah itu tidak seketika ia jawab cepat, tidak seperti yang biasa ia lakukan. Tapi seketika ia mengalihkan padangannya pada Aurora. Ia ingin betul betul memastikan terlebih dahulu bahwa Auora tidak keberatan."kamu gapapa ikut?" Ucap Teddy. Dan pertanyaan sang Mayor itu pun hanya di jawab dengan anggukan ragu dan senyum kecil oleh Aurora.
Sedangkan Kania, masih merasa kesal, di tambah dengan printah Bapak Teddy, yang meminta Sang Mayor Angkatan Darat itu mengajak serta Aurora untuk mengantarnya pulang. Namun kekesalannya itu lagi lagi berhasil di sembunyikan rapi di balik senyumnya yang merekah. Sedangkan Teddy yang kala itu melihat Aurora menganggukan kepala mengisyaratkan bahwa dirinya tidak keberatan pun seketika terseyum lebar sambari mengusap kepala gadis ber kebaya Maroon itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Misi Cinta di Antara Tugas
Ficção AdolescenteMayor Teddy Rarendra Wijaya, seorang ajudan terkemuka dari Menteri Pertahanan Republik Indonesia, hidup di bawah bayangan ketegangan dan keamanan negara. Namun, ketika cinta menghampirinya, dunianya yang teratur terguncang. Teddy, seorang pria yang...