34. BIN

490 60 5
                                    

Teddy hanya terdiam menatap cahaya matahari yang perlahan menjalar masuk ke dalam ruang kerja Sang Jendral dari balik tirai.

Pikirannya kala itu seperti tengah mengajaknya,  untuk kembali mengingat kejadian beberapa waktu lalu di IKN, mencoba mencocokan kepingan  demi kepingan puzzle di dalam ingatannya.

Beberapa barang bukti yang berhasil ia temukan di kedua TKP yang berbeda itu, juga senjata yang di gunakan pada kedua tempat kejadian  tersebut jelas sekali  berbeda.

"Tidak menutup kemungkinan bahwa ini di dalangi oleh oknum yang sama Pak " Ucap Teddy memberikan jawaban pada Pak Prabu yang tengah duduk di kursi meja kerjanya itu.

"Tapi apa issue nya, mereka melakukan penyerangan di BI? Kalau di IKN jelas kita sama-sama tahu Teddy alasan mereka" Kambali Pak Prabu melontarkan pertanyaan pada Ajudannya itu.

Kali ini pertanyaan yang di lontarkan Sang Jendral padanya, betul-betul tidak Teddy temui jawabannya. Ia mulai  sedikit memutar bola matanya seakan tengah mencari jawaban dari pertanyaan itu.

Teddy terdiam sesaat, hingga akhirnya sebuah ketukan pintu terdengar dari luar ruang kerja Pak Prabu yang tengah berada Teddy dan Sang Jendral di dalamnya.

"Izin melapor pak" Terdengar suara Ajif yang mulai membuka pintu ruang kerja itu perlahan. "Silahkan" Sahut Pak Prabu mengizinkan Ajif untuk masuk ke ruangan tersebut.

"Saya baru saja menerima telfon dari BIN (badan interlejen negara) Pak, Dan Bapak di minta untuk segera menemui pentinggi mereka di sana sore ini" Terang Ajif  seraya menjelaskan maksud dan tujuan ia mencari sosok Pak Prabu dan Teddy.

Mendengar itu, Teddy seketika membalikan badannya yang sedari tadi menghadap lurus ke Arah Pak Prabu menuju Ajif yang  berada di balik tubuhnya. "BIN?" Ucap Teddy menyakinkan bahwa benar yang Ajfi ucapkan.

Ajif hanya mengangguk pelan. "Ada keperluan apa?" Tanya Teddy kebingungan. "Sejauh ini saya belum tau Pak, mereka hanya meminta saya untuk menyampaikan undangan pertemuan Bapak dan petinggi mereka" Jelas Ajif.

Pak Prabu seketika bangking dari tempat duduknya, ia seperti sudah tahu apa maksud dan tujuan BIN mencari dirinya. "Kamu siapkan keperluan kita Teddy, sore ini kita berangkat ke sana, Ajif tolong kamu sampaikan pada mereka" Ucap Pak Parabu seraya meninggalkan meja kerjanya.

"Siap Pak" Sahut Ajif dan Teddy. 

Tepat di sebelah Teddy Pak Prabu pun menghentikan langkah kakinya. "Sehabis dari sana sekalian saja kita langsung menuju lokasi pertemuan kita malam ini" Ucap Pak Prabu seraya menepuk pundak Sang Mayor di sebelahnya itu dan kembali berjalan meninggalkan ruang kerjanya.

Teddy hanya mengangguk paham mendengar perintah yang di berikan Sang Jendral itu padanya. 

Ia pun mulai menatap ke arah Ajif. "Jip tolong jemput Aurora ya" Bisik Teddy sembari menepuk pundak Ajif, dan seketika berjalan cepat untuk menyusul langkah kaki Pak Prabu.

"SIAP MAYOR" Sahut Ajif sangat antusias.

***

Siang itu, Aurora sudah kembali ke ruang kerjanya tak kala semua korban luka sudah mendapatkan penanganan di ruang ICU

Aurora yang merasa kelelahan itu mulai menyandarkan tubuhnya pada sebuah kursi di ruangan tersebut dan menarik nafas nya panjang.

Tapat saat ia baru saja menutup kedua matanya sebuah pesan masuk sedikit mengejutkan gadis itu. Aurora pun bergegas untuk memeriksan ponselnya berharap bahwa pesan masuk itu berasal dari Teddy.

Ajif :

Ra, nanti Gue jemput jam 7 ya

Seketika raut wajah autusias gadis itu kembali berubah datar tak kala ia melihat pesan yang ternyata di kirim oleh Ajif dan bukan Teddy.

Misi Cinta di Antara TugasTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang