27. My Major

688 70 17
                                    


Malam itu, kembali hujan lebat mengguyur kota Jakarta, di temani petir yang mulai menyambar nyambar. Meskipun gunturan suaranya tidak terdengar, namun kilapan petir itu dapat masuk dengan mudah ke dalam Unit Apartemen Aurora dari balik jendela besar yang kala itu tirainya belum sempat di tutup. Malam itu ia dan Teddy masih berada di dapur, dan ia masih memeluk tubuh sang Mayor dengan lekat.

Dari dalam pelukan sang Mayor ber badan tegap itu. Aurora sesekali melihat kilapan petir yang masuk ke dalam Unit Apartemennya. Khawatir akan terjadi badai malam ini, Aurora pun meminta Teddy untuk bermalam di Apartemennya. "Kabutnya makin tebel mas, bahaya kalo kamu paksa pulang kerumah Bapak, Malem ini tidur sini dulu ya? Pinta Aurora.

Ucapan gadis itu seketika membuat Teddy melepaskan pelukannya pada Aurora. Ia mulai menatap kedua mata gadis yang tengah berada di hadapannya itu sambil mengusap pipinya lembut. "Besok aku harus temani Bapak untuk persiapan kempanye beliau" Sahut Teddy. "Oh yausudah kalau gitu, yang penting kamu hati hati ya" Jawab Aurora.

Merasa sedikit kesal karena Aurora tak berusaha untuk membujuknya. Teddy pun mengangkat tubuh gadis itu dan meletakannya pada sebuah meja yang berada tepat di belakang tubuh Aurora. Membuat Aurora kini duduk di atas meja dapurnya dengan Teddy yang berada tepat di hadapannya.

"Ada Apa?" Tanya Aurora dengan nada sedikit kebingungan."Just want to see your face" Sahut Teddy. Dan ia pun menyikap rambut Aurora yang kala itu menghalangi wajah cantiknya untuk Teddy lihat.

Aurora hanya terdiam menerima perlakuan Teddy padanya. Gadis itu pun kemudia melingkarkan kedua lengannya pada leher Teddy. Membuat wajah mereka kini saling berdekatan. "Is that enough sir?" Bisik Aurora. Aurorapun kemudia menyematkan kening nya pada kening Teddy."Ra" Ucap Teddy, yang terdengar seperti sebuah peringatan untuk Aurora.

"Yes My Major" Bisiknya menggoda Teddy. Dan ia pun mulai menyentuh bibir sang Mayor itu dengan jari jemarinya."Oke, kamu yang minta" Sahut Teddy.

Seketika Teddy pun mencium bibir Aurora, tanpa menghiraukan sepatah kata yang belum sempat di keluarkan oleh pemiliknya. Beberapa kali Aurora mencoba menepuk nepuk pundak Teddy, seakan memintanya untuk berhenti mencium bibirnya. Namus justru tangan itu kini di genggam erat oleh Teddy.

Dengan bibirnya yang masih melekat pada bibir Aurora. Teddy pun kembali mengangkat tubuh Aurora yang kala itu masih terduduk di atas meja. Menyompong tubuh mungil itu ke dalam pelukannya. Aurora hanya terdiam sambil sesekali ia membuka kedua matanya, melirik tipis guna melihat kemana Teddy akan membawa dirinya.

Sang Mayor itu pun mulai beranjak keluar dari dapur dengan Aurora yang tengah di gendongnya itu. Menuju sebuah sofa besar berwarna abu abu yang berada tepat di ruang tengah, dan seketika menjatuhkan tubuh Aurora tepat di atas sofa tersebut.

Sesekali cahaya petir memasuki ruangan itu. Menyinari wajah Aurora yang mulai kemerahan. Membuat Teddy semakin mabuk kepayang.

Dan malam itu pun terjadi....

Keesokan paginya, tepat saat Aurora baru membuka kedua matanya. Ia terkejut begitu dirinya menyadari bahwa di atas tempat tidurnya pagi itu ia tengah memeluk tubuh seorarang lelaki yang sedang bertelanjang dada. "Astaga" Ucapnya kaget. Dan sedikit menjauhkan tubuhnya.

Setelah melihat wajah dari pemilik tubuh itu, Aurora pun tersenyum kecil mendapati itu adalah Teddy yang masih tertidur di atas ranjannya. Dan kembali melebarkan senyumnya tak kala ia mengingat kejadian semalam bersama Teddy.

Pagi itu jam dinding tepat menunjukan pukul 07:00 pagi. Setelah beberapa kali menggosok kedua matanya, Aurorapun bangkit dari tempat tidur untuk kemudian mengambil pakaian dari dalam lemarinya.

Misi Cinta di Antara TugasTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang