33. First Location

440 55 10
                                    

Pagi itu terasa bukanlah pagi yang seperti biasanya. Pagi itu terasa amat berbeda bagi Aurora, rasanya ia seperti di paksa untuk bangun lebih awal dari tidurnya.

Bahkan cahaya matahari pun belum sempat masuk ke dalam kamar tidurnya, tidak seperti pagi yang biasa membangunkannya, dengan sinar matahari yang merambat masuk melalui tirai kamar tersebut.

Aurora mulai membuka matanya perlahan. Kala itu jam menunjukkan pukul 04:00 dini hari. Dan terlihat dari balik jendela kamarnya hari yang masih setengah gelap itu

Namun rasa dingin yang ia rasakan pagi ini seperti tengah mengguncang-guncang tubuhnya seraya meminta gadis itu untuk segera bangkit.

Aurora pun mulai mengusap matanya, dan meraih ponsel yang di letakannya pada sebuah meja persisi di sebelah tempat tidur.

Dengan pandangan yang masih sedikit berkabut itu, Aurora menjelajahi ponselnya, memeriksa satu persatu notifikasi, kalau-kalau  ada pesan penting yang di tinggalkan untuknya semalam.

Kala itu, hanya ada satu pesan untuknya, pesan yang dikirimkan oleh Dokter Dhika,   meminta gadis itu datang lebih awal ke Rumah Sakit Angkatan Darat.

Dhika:

Hi Ra, besok tolong lebih pagi ya ke sini. Thx ra.

Setelah Aurora membaca pesan yang di kirimkan Dokter Dhika padanya. Aurora merasa keheranan, pasalnya Dokter Dhika tidak menyebutkan seberapa pagi ia harus datang, dan kenapa pesan itu di kirim pukul 02:00 Dini Hari. Rasa seperti ada hal besar yang tengah terjadi di sana.

Sesaat sesudah ia membaca pesan yang dikirim Dokter Dhika, Aurora kembali meletakan ponselnya itu, dan segera berjalan menuju wastafel guna membasuh wajahnya.

Setelah di rasa nyawanya sudah kembali utuh, Aurora seketika beranjak untuk menyalakan TV di ruang tengah Apartemen. Sembari meminum segelas air putih yang ia ambil sebelumnya dari dapur.

Kala itu, hampir semua saluran TV hanya menayangkan penyiaran berita, dan mau tidak mau, Aurora pun duduk di atas sofa untuk menyimak berita pagi itu.

Sempat beberapa kali ia mengganti saluran berita pada TV itu, hingga akhirnya ia terhenti pada sebuah siaran berita yang tengah mengabarkan sebuah tragedi besar.

Penyiar Berita :

"Selamat Pagi, Anda sedang menyaksikan berita terkini dari Berita Indonesia Pagi. Hari ini, sebuah tragedi mengguncang ibu kota kita. Pada pagi dini hari tadi, sebuah ledakan bom hebat terjadi di salah satu gedung Bank Indonesia Pusat. Insiden ini menyebabkan 12 orang mengalami luka-luka dan 7 lainnya mengalami luka bakar serius.

Menurut saksi mata, ledakan itu terjadi sekitar pukul 01:30 waktu setempat. Saksi-saksi melaporkan adanya kepanikan di sekitar lokasi, dengan pecahan kaca dan reruntuhan bangunan berserakan di sekitar area bank. Tim penanganan darurat juga salah seorang Perwakilan dari Menteri Pertahanan Indonesia telah tiba di lokasi untuk meninjau langsung keadaan dan mendukung upaya penanganan keamanan dan evakuasi.

Saat ini, para korban telah dievakuasi dan sedang menerima perawatan medis di rumah sakit Angkatan Darat. Pihak kepolisian setempat juga telah memulai penyelidikan untuk mencari tahu penyebab pasti ledakan ini. Hingga saat ini, belum ada klaim tanggung jawab dari kelompok atau individu tertentu terkait insiden tragis ini"

Berita pagi itu, membuat Aurora terkejut setengah mati, bahkan tubuhnya terasa tidak dapat ia gerakan beberapa saat, ia hanya terpaku menyaksikan berita di layar TV nya.

Paginya yang terasa tidak berbeda itu, juga pesan yang di kirim Dokter Dhika pukul 02:00 dini hari padanya. Kini seakan menemui jawaban tak kata ia menyaksikan berita pagi itu

Misi Cinta di Antara TugasTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang