9. Pilihan

636 60 9
                                    

"Sebenernya malam itu, saat kita balik ke jakarta ninggalin Mas Teddy, Malem itu juga Mas Teddy kena tembak"Ucap Rajif pada Aurora yang saat itu masih berada di atas kudanya.

" Informasi itu, Bapak terima pas kita baru sampe di Jakarta, tapi saat itu Bapak gak bisa kasih tau lo langsung, karena beliau liat  lo  udah capek banget, jadi tadi pagi Bapak minta Gue untuk kasih tau ini langsung ke lo ra. Kali ini Mas Teddy kena tembak di dadanya, hampir kena jantung. Dan sampe saat ini Mas Teddy masih belum sadarkan diri. Kalo pas di rumah sakit Bapak bilang keadaan udah membaik,  itu karena sehabis Mas Teddy tertembak oknum-oknum itu langsung mundur. Dan dari kejadian itu,  kita semua jadi tau kalo sebenernya inceran oknum itu bukan Bapak tapi Mas Teddy.  Bapak juga yakin kalo Mas Teddy sebenernya udah tau hal ini, makanya malem itu Mas Teddy enggak ikut kita pulang" Lanjut Rajif menjelaskan pada sahabatnya yang masih menunggangi Mojo.

Aurora hanya terdiam mendengar perkataan Rajif, ia hanya bisa memandangi wajah Rajif dari atas kuda yang tengah ia tunggangi. Setengah mati ia coba mencerna kata-perkata yang Rajif lontarkan pada dirinya, hingga membuat senyum yang sedari tadi merekah, kini perlahan memudar, Aurora yakin betul kalau Teddy baik-baik saja, setidaknya itu yang coba ia yakini pada dirinya sedari bangun pagi ini.

Aurorapun mulai menuruni kuda yang ia tunggangi, untuk  menghadapkan dirinya pada Rajif,  yang kala itu mulai menundukan kepala jugaa pandangan darinya, seakan sedang mencoba untuk menyembunyikan wajahnya.

"Lo bercanda kan Jif?" Ucap Aurora pada laki-laki yang tertunduk di hadapannya itu, Tapi Aurora tidak menemui jawaban apapun.

"Jif jawab, lo becanda kan?" Ucap gadis itu lagi. Sambil menggoyang-goyangkan lengan lelaki yang ada di hadapanya itu.

"RAJIFFF LO GA BENERANKAN?" Teriak Aurora pada Rajif, dengan air mata yang mulai keluar dari kedua matanya.

Ia terus pandangi Rajif yang masih terdiam seribu bahasa, dengan air mata yang kini sudah membasahi kedua pipinya, Senyumnya yang dari tadi merekah seketika berubah menjadi gelombang air mata.

"RAJIF TOLONG BILANG LO BOONGKAN??" Suara gadis itu sedikit memekik ke arah Rajif, suara itu terdengar bergetar, karena Aurora sudah tidak mampu membendung air matanya lagi. Melihat itu Rajif pun tidak bisa menahan rasa sedihnya juga. Ia peluk tubuh Aurora, mencoba untuk menenangkan gadis itu, perasaan bersalah mulai menggelayuti Rajif, ia juga menyesali dirinya yang tidak ikut berjaga di IKN bersama Teddy. Ia peluk dengan erat tubuh Aurora yang bergetar itu.

Aurora terus menanyakan pertanyaan yang sama pada Rajif berulang-ulang kali, tapi Rajif hanya bisa membalas pertanyaan itu dengan pelukan yang semakin erat, seperti mengisyaratkan kalau yang dia katakannya adalah benar, benar Teddy tertembak malam itu, dan benar kalau saat ini sang Mayor sedang tak sadarkan diri sampai hari ini.

Melihat Rajif yang hanya terdiam, tidak menjawab pertanyaannya satupun, Aurora mulai menyadari bahwa yang di katakan Rajif itu benar, gadis itu mulai mendekap sahabatnya itu sambil menangis sejadi-jadinya pada dekapan Rajif.

"Maaf ya ra" Ucap Rajif sambil memeluk Aurora yang tengah menangis itu.

"Maaf Gue telat menyadari ini semua, Harusnya Gue ikut Mas Teddy malam itu buat ga balik ke Jakarta" Lanjut ucapan Rajif.

Mendengar perkataan itu, Aurora mulai melepas pelukannya dari Rajif, sambil memandangi lelaki itu dengan kedua mata yang memerah karen tangisannya itu.

"Dimana dia Jif sekarang?" Tanya Aurora dengan nafasnya yang berat, dan sambil mengusap air matanya.

"Percayalah ra, Mas Teddy udah berada di tempat terbaik dengan penanganan yang terbaik juga" Jawab Rajif sambil menahan tangan Aurora yang kala itu sudah  mulai melangkahkan kaki untuk menjauh darinya, Aurora hanya terdiam dan menepiskan tangan Rajif dari tangannya itu, yang seakan-akan menahan langkah kakinya, lalu dia pun berlalu meninggalkan Rajif sendirian di sana.

Misi Cinta di Antara TugasTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang