23. Cincin

490 47 12
                                    


"Kebetulan 2 hari lagi mamah saya ulang tahun, jadi sepertinya saya mau menghadiakan dia cincin untuk hadiah ulang tahunnya tahun ini, kamu temani saya ya?" Ucap Teddy.

Mendengar ajakan sang Mayora padanya, Aurora hanya  menjawabnya dengan anggukan lembut, namun matanya masih berkaca kaca kala itu.

"Mas" Panggil Aurora lirih

"Iyaa?" Sahut Teddy sigap.

" hmmm, nanti Sebelum  ke Australia temani saya ke malang dulu ya mas" Ucap Aurora.

"Iya pasti saya temani kok" Sahut Teddy, lalu kemudian ia pun memeluk tubuh mungil Aurora dalam dekapannya.

"Makasih ya mas".

Sementara itu, dari meja yang jauh dari tempat Teddy dan Aurora, ada dua pasang mata yang tengah memantau aktifitas peluk-memeluk sang Mayor dan sang Dokter disana.  Tentu saja!! Siapa lagi jika bukan Rajif dan Agung.

"Gue selalu berharap Aurora bisa pasangan hidup yang bisa jagain dia juga baik sama dia, yaaa soalnya lo tau sendiri  kan mas dia sendiri disini" Ucap Rajif.

"Mas Teddy orang yang tepat Jip buat Aurora" Sahut Agung.

Setelah Teddy merasa Aurora sudah sedikit lebih tenang, ia pun bersimpuh di hadapan gadis yang masih duduk di kursinya itu. Ia ingin memastikan bahwa gadis nya itu sudah baik-baik saja, bahwa tidak perlu ada yang di khawatirkan selama Teddy berada di sebelahnya.

"As long as im here no one can hurt you (Selama saya disini, ga akan ada yang bisa nyakitin kamu)" Sembari ia mengusap lembut air mata yang masih tertinggal di pipi-pipi Aurora.

"Mas juga! Silahkan terluka, tapi jangan sembunyi dari saya, jangan menutup-nutupi lukamu seperti saat kejadian di IKN" Sahut Aurora sembari menatap tajam mata Teddy yang sedang berlutut di hadapannya itu.

"Maaf ya, saya cuma ga mau kamu khawatir" Jawab Teddy dengan raut wajah serius. "Lain kali kalau saya terluka lagi, saya akan memberi tahukanmu" Lanjutnya, sembari mencolek gemas hidung mancung Aurora.

"Gak ada lain kali! kejadian di IKN itu yang pertama dan terakhir ya mas" Kini Aurora sedikit mengerenyitkan dahinya.

"Sepertinya kamu lupa ya pekerjaan saya ini apa?" Goda Teddy sambari sedikit tertawa.

Seketika wajah Aurora berubah, dahinya yang di kerenyitkan itu seketika berubah sesaat setelah gadis itu menerima pertanyaan yang Teddy lontarkan padanya itu. Dalam hatinya ia sangat paham bahwa mungkin terluka adalah salah satu resiko yang harus Teddy ambil dari profesinya sebagai TNI dan juga Ajudan. Namun ia sangat tidak ingin kejadian yang menimpa Ayahnya akan kembali dalam kehidupannya, ia tidak siap jika harus menerima surat gugur dengan nama Teddy di dalamnya.

"Jangan hadiahi aku dengan surat gugur dengan namamu di dalamnya ya mas" Seketika wajah Aurora kembali memerah, matanya kembali berkaca-kaca rasa sedih seketika mulai menggelayuti pikirannya.

"Kalo itu saya ga bisa janji, cuma akan selalu saya usahakan, apa lagi kalo saya tau, yang sedang menunggu saya di rumah itu kamu, bahkan saya sendiri ga yakin bakal kuat jauh dan lama dinas kalo saya tau ada kamu di rumah" Gurau Teddy mencoba menghibur Aurora. "Kejadian yang menimpa Ayahmu adalah satu dari sekian banyak resiko yang saya yakin Ayahmu paham, begitu juga kejadian di IKN yang menimpa saya, percayalah saat itu yang saya pikirkan hanya bagaimana caranya agar kamu, bapak dan yang lain bisa tetap aman" Lanjutnya.

Aurora hanya terdiam sembari menatap mata Teddy, ia begitu tenggelam di dalam tatapan hangat yang Teddy tujukan untuknya, bahkan hanya dengan menatap mata Sang Mayor itu Aurora bisa merasakan kehangatan yang Teddy berikan padanya.

Misi Cinta di Antara TugasTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang