35. Rencana

398 54 6
                                    

 Teddy kembali melihat jam tangannya, tak kala ia dan Pak Prabu sudah kembali berada di dalam mobil dinas sang Jendral itu, yang kini tengah melaju menuju Hotel Park Hyatt, guna menghadiri acara makan makan.

Disana Teddy melihat raut wajah Sang Jendral seperti tengah menahan amarah, pemicunya apa lagi kalau bukan informasi yang telat di sampaikan Pak Andi pada Sang Jendral itu.

"Maksud saya, kok bisa mereka menganggap sepele hal sepenting itu" Ucap Pak Prabu menggerutu. Teddy hanya mampu terdiam, ia bahkan tidak memiliki sepatah katapun untuk menjawab gerutuan sang Jendral padanya itu.

Sama hal nya dengan Pak Prabu, Teddy sebetulnya juga cukup di buat geram dengan ulah BIN,  selain karena keterlambatan mereka memberikan informasi, juga karena arah pembicaraan Pak Andi yang berputar-putar.

"Kamu sudah hubungi Ajif untuk mempersiapkan keberangkatan kita besok?" Tanya Pak Prabu pada Ajudannya itu. "Siap sudah pak" Sahut Teddy.

"Kali ini kita akan berhadapan dengan oknum bersenjata, jadi saya minta kamu persiapkan senjata terbaik Teddy, kalau perlu minta  Laksamana Hendro untuk membantu kalau-kalau mereka kabur melalui jalur laut" Terang Pak Prabu. Dan lagi-lagi Teddy hanya menjawab "Siap Pak".

Terlihat Teddy yang sesekali melempar pandangannya keluar jendela mobil yang tengah melaju itu, pikirannya terasa sangat kalut sekali.

Juga sempat sesekali ia terbesit tentang Aurora, mulai menerka-nerka apa respon yang akan di berikan gadis itu begitu ia mengetahui tugasnya kali ini.

Jelas jika ia bicarakan ini dengan Aurora, gadis itu mungkin akan memintanya untuk tidak kembali ke IKN, namun bagaimanapun juga ini adalah perintah dari Pak Prabu langsung pada dirinya.

Teddy pun menghela nafasnya berat.


***


Aurora menatap lurus pada cermin yang tengah memantulkan bayangan dirinya di sana. Dengan Dress hitam panjang ia nampak sudah siap untuk menghadiri undangan makan malam  bersama Pak Prabu dan petinggi TNI yang lain.

Di hadapan cermin itu, Ia mulai menyisir rambutnya yang baru selesai ia keringkan, ia menyisir rambut hitamnya itu  sedikit demi sedikit.

Namun tatapannya terasa kosong, bagai raga yang sedang di tinggal melayang oleh jiwanya. Di dalam lamunan itu, Sekilas Aurora teringat akan Teddy.

Juga luka yang berusaha di sembunyikan oleh Sang Mayor itu darinya, ia masih tidak tau luka apa itu, separah apa lukanya, dan mengapa Teddy berusaha untuk menyembunyikan luka itu darinya. "Dia pikir aku ga tau kali ya" Bisik Aurora jengkel.

Gadis itupun kembali merapikan tatanan rabutnya di hadapan cermin meja riasnya itu, juga memoles sedikit lips stick pada bibirnya.

Begitu ia selesai memoles bibirnya dengan lips stick, Aurorapun teringat bahwa sepulangnya Teddy dari Rumah Sakit Angkatan Darat Sang Mayor itu tidak mengirimkan satu pesanpun padanya.

Dengan segera, Aurora mulai meraih ponselnya, dan mulai memeriksa pesan masuk pada ponselnya itu.

Satu demi satu pesan masuk itu ia telusuri, namun tidak ada satupun pesan dari Teddy yang masuk pada ponselnya.

"Lagi sibuk kali ya, jelas dia kan 'Mayor Teddy'" Ucap Aurora. Dan ia pun kembali meletakan ponselnya di atas meja rias.

Baru saja Aurora meletakan ponselnya itu, ia melihat ponselnya mendapat sebuah telfon masuk dari nomer yang tak ia kenal

Ia menatap layar ponselnya itu sejenak, dan menerima panggilan masuk tersebut.

"Halo, Gue di parkiran" Ucap suara lelaki dari sambungan telfon

Misi Cinta di Antara TugasTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang