32 . Jimat

456 50 15
                                    


 Mendengar pertanyaan yang di lontarkan Aurora padanya, membuat Teddy seketika memutar tubuhnya menghadap gadis yang kala itu tengah ikut berbaring di sebelahnya.

Mulai menutup kedua matanya dan ia masih tidak memberikan jawaban atas pertanyaan yang Aurora lontarkan padanya, sedangkan Aurora masih menunggu jawaban dari Teddy, dengan masih menatap langit-langit Apartement nya itu.

Merasa Teddy mengabaikan pertanyaannya, Aurora pun sedikit melirik ke arah sang Mayor yang kini tengah memejamkan kedua matanya . "Mas Ihh Jawab" Ucap Aurora kesal. Sambari mengguncang sedikit tubuh Teddy.

Membuat Teddy sedikit membuka matanya, ia melihat Aurora yang tengah menatapnya dengan raut wajah yang mulai kesal. "Pertanyaan itu terasa seperti jebakan buat aku" Sahut Teddy kembali memejamkan kedua matanya.

"Jawabannya kan se simple iya atau nggak doang Mas" Ucap Aurora kambali mengguncang tubuh Teddy tak kala sang Mayor itu mulai memejamkan matanya lagi.

Teddy kembali membuka matanya, ia meraih tubuh Aurora untuk mendekatkan tubuh gadis itu padanya. "Firstly. Aku harap itu ga akan terjadi sama kamu, atau sama wanita di belahan dunia manapun. Pun kalau semisal hal itu terjadi, itu bukan akhir dari dunia kan? Yaa walau mungkin akan terasa seperti kamu kehilahan seluruh mimpi bahkan jati dirimu, tapi aku percaya wanita itu jauh lebih tangguh dari pada kelihatannya." Jawab Teddy menatap serius kedua mata Aurora, dan mengusap lembut pipi gadis itu.

Seketika Aurora mengerutkan dahinya, mulai protes karena jawaban yang Teddy berikan bukan lah jawaban yang ia maksud. "Mas bukan itu yang aku tanya, yang aku tanya itu, kalau misal aku harus melakukan hal tersebut apa kamu bakal tetep di sebelahku, apa kamu bakal tetep milik aku?" Kambali Aurora mengulang pertanyaan nya pada Teddy.

Teddy seketika menarik nafasnya panjang. "of course i do ra" Ucap Teddy, "Gimana bisa aku ninggalin kamu di saat aku tau kamu yang paling butuh aku, mau segimana pun nanti kamu mencoba menghindari aku, aku akan selalu nemuin kamu, kalau ke Khawatiran kamu hanya karena keturunan, aku pikir di luar sana masih banyak anak-anak yang kurang beruntung, yang harus kehilangan orang tua mereka, mungkin kalau kamu ga keberatan kita bisa adopsi kan?" Lanjut Teddy.

"Tapi ya balik lagi ke ucapan awalku ya, aku harap itu ga terjadi sama kamu, bukan karena kamu ga akan bisa kasih aku keturunan ya,  aku ga mau itu terjadi karena aku menghawatirkan mental health kamu" Ujar Teddy, dan ia membenamkan wajahnya pada bahu Aurora. Aurora terdiam sesaat.

Ia tiba-tiba teringat akan ucapan Kania padanya sewaktu di halaman belakang rumah Teddy. "Ga punya orang tua ya mas , kaya aku?" Ucap Aurora dengan senyum pahit di wajahnya.

Perkataan Aurora itu sontak membuat Teddy mengangkat kembali wajah yang ia benamkan di pundak Aurora. "Iya" Ucap Teddy. Mendengar jawaban Teddy, Aurora hanya teridam. Ia mulai balik menatap kedua mata Mayor di hadapannya itu dengan lekat.

"Iya, makanya aku mau adopsi kamu" Lanjut Teddy sedikit menggoda gadis yang kala itu sedang menatap nya dengan raut wajah amat serius. Teddypun tersenyum lebar,  seperti tengah memamerkan kedua lesung pipinya yang  amat jelas terlihat oleh Aurora.

Membuat Aurora seketika ikut tersenyum juga. Gadis itu pun merangkul leher Teddy dengan kedua lengannya. "Daddy, please take me home" Bisik Aurora seraya balik menggoda Teddy.

Teddy hanya mampu terpaku menatap Aurora, Ia mulai mengusap lembut tubuh Aurora dengan kedua matanya yang masih menatap gadis itu.

Tangannya mulai masuk di antara sela-sela baju di bagian punggu gadis itu, membuat tangan Sang Mayor  kini bersentuhan langsung dengan kulit tubuh Aurora.

Misi Cinta di Antara TugasTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang