6. IKN 2

803 70 6
                                    


 Dengan begitu waspada Teddy tetap mengarahkan pistolnya itu, pada arah tembakan  yang sebenar nya ia sendiri masih belum  mengetahuinya dengan pasti dari mana asalnya, sambil terus mendekap tubuh mungil Aurora, sesekali ia bisa merasakan tubuh itu sedikit bergetar ntah apa penyebabnya, lalu ia mengalihkan padangannya pada Aurora yang hanya meringkuk di balik tubuhnya ituu. Laluu

"RAJIIFF.." panggil Sang Mayor dengan suara yang begitu menggelegar.

Rajif yang kala itu sudah berada di teras rumah bapak, segera bergegas membalikan tubuhnya menuju sumber suara, di sana Rajif melihat Teddy yang tengah memeluk Aurora sambil menghuluskan pistolnya ke arah-arah depan kediaman sang jendral itu. Rajif pun segera berlari menuju mereka bedua, seolah paham dengan tujuan sang Mayor memanggil namanya dengan begitu kencang.

"Bawa Aurora masuk ke dalam" Ucap Teddy melihat Rajif yang sudah berada di dekatnya itu.

ia pun mendekatkan tubuh Auora pada laki-laki itu, dan Rajif pun merangkul Aurora untuk membawanya masuk ke dalam rumah Bapak, merekapun segera berlalu meninggalkan Teddy yang masih berada di halaman depan, dengan sigap Teddy membalikan tubuhnya membelakangi Aurora dan Rajif yang tengah berlari masuk kedalam rumah Bapak, dengan tetap menghuluskan pistolnya, yang kini sudah ia genggam dengan kedua tanganny, Auroa pun berlalu meninggalkan sang Mayor itu sendirian, sesekali ia melihat belakang tubuh lelaki itu yang seakan-akan menjadikan tubuhnya sebagai tameng untuk melindungi dirinya dan Rajif dari serangan.

"Pak Teddy gimana Jif? Tanya gadis itu pada temannya saat mereka tengah berlari masuk ke dalam rumah.

"Mas Teddy bisa menangani ini sendiri ra, Tenang aja" Jawab Rajif seakan menenangkan ke khawatiran gadis itu.

sesampainya di dalam, Aurora seketika itu juga bergegas menuju tempat sang Jendral berada, dengan tatapan yang begitu sendu gadis itu bertanya dengan lirih pada sang Jendral

"Pak, Bapak baik-baik saja? apa ada yang terluka pak?" Tanyanya sambil memperhatikan tubuh sang Jendral.

"Saya baik-baik saja mba" Ucap pak Prabowo kepada dirinya.

"Sebenarnya ada apa ini pak? kenapa kita di serang?" Tanya Aurora lagi, yang masih bingung dengan kejadian barusan.

"Mungkin saya melewatkan bagian ini untuk di ceritakan ke Mba Aurora, Tenanglah dulu Mba sebelumnya" Saut pak Prabowo, lalu ia melanjutkan.

"Sebetulnya IKN tempat kita berada sekarang ,adalah perbatasan antara ibu kota baru kita dan markas para oknum-oknum yang begitu keras menentang adanya IKN ini mba, Mereka seperti itu jelas bukan tanpa sebab, saat kami menyusuri IKN sewaktu masih berupa hutan-hutan, kami menemukan ladang ganja yang begitu luas, dan seketika itu juga Teddy memberikan komando pada pasukan Batalionnya untuk segera mengamankan dan menggusur lahan itu, ntah oknum mana yang memiliki ladang tersebut kami masih belum tahu, dan sesaat setelah penggusuran itu di lakukan mereka tidak lagi segan untuk mengarahkan serangannya pada semua staf pemerintahan yang datang berkunjung untuk melihat perkembangan IKN. Ini adalah tugas saya sebagai Mentri Pertahanan untuk melihat langsung perkembangan sekaligus memastikan keamanan dari peroses pembangunan IKN  ini dan melaporkan perkembangannya pada pak Presiden" Jelas Pak Prabowo pada gadis yang tengah berada di sampingnya itu.

Jelas sekali terlihat matanya yang berkaca-kaca mendengar penjelasan singkat itu keluar langsung dari mulut pak Prabowo, gadis itu hanya terdiam membeku tanpa sepatah katapun yang keluar dari mulutnya, lalu Aurora memalingkan pandangannya pada Rajif, Rizky dan Agus yang saat itu berada di hadapannya dan pak Prabowo, ia menatap mata lelaki-lelaki itu bergiliran sambil berkata.

"Pak Teddy masih di luar" Sambil terlihat jelas air matanya yang jatuh di pipinya, mulai mengkhawatirkan keselamatan sang Mayor yang masih berada di luar.

Misi Cinta di Antara TugasTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang