Chapter 16

1.1K 83 0
                                    

"Well, apa yang membuat tuan putri ini menemui gue?" Tanya Oliv saat melihat Mellody yang dengan santai berdiri di samping mobil berwarna putih kesayangan Oliv.

Wajah Mellody yang selalu bersahabat kini tak ditunjukkannya. Ia melipat kedua tangannya dan diletakkan di depan dada. Memberi kesan 'gahar' pada dirinya saat ini.

"To the poin, jauhin kak Zio" ucap Mellody tegas. Oliv hanya mendengus geli. Baginya ini bukan sebuah larangan justru sebuah tantangan.

"Kenapa? Takut kak Zio berpaling dari lo?" Tanya Oliv mengejek. Mata almond milik Mellody bertemu dengan mata milik Oliv. Saling memancarkan dendam antar gadis poluler ini.

"Setelah semua orang terdekat aku kamu ambil, belum puas?" Tanya Mellody balik.

"Setelah lo tau rasanya jadi gue. Baru gue puas!" Tuturnya sembari menyenggol bahu Mellody menggunakan jari telunjuknya.

"Semua orang tidak harus mengerti posisimu Liv" bentak Mellody mulai tersulut emosi. Terdengar kini Oliv sedang mendengus.

"Kalau gue menderita lo juga harus menderita" balas Oliv yang semakin ngelatur kemana mana.

"Maksud kamu apa?" Mellody mengerutkan keningnya. Menderita? Apa selama ini Oliv menderita? Tapi menderita dalam artian apa? Bukan kah selama ini gadis itu selalu bersenang senang dengan gaya hidupnya yang bebas?

"Jangan sok polos!" Bentak Oliv sengaja membuat Mellody bertanya tanya pada dirinya sendiri tentang kesalahannya selama ini. Kesalahan yang sebenarnya bukan sepenuhnya karena gadis itu. Tapi.......

"Apa pun asal kan jangan kak Zio!" Kata gadis itu santai namun terdengar tegas.

"Kenapa? Segitu berharganya kak Zio di mata lo?" Tantang Oliv semakin membuat Mellody muak.

"Kalau kamu ada masalah, selesai'in sama aku. Jangan bawa orang orang di sekitarku"

"Karna gue tau elo lebih sayang orang orang di sekitar lo dari pada diri lo sendiri. Hati lo terlalu malaikat Mell"

"Kamu gila Liv" bentak Mellody.

"Ya gue gila. Karna lo!" Tegas Oliv.

"Kenapa kamu benci sama aku?! Sebenernya apa masalah kamu?" Tanya Mellody yang sudah beberapa tahun lalu ia ingin tanyakan pada Oliv. Sementara Oliv hanya tertawa mendengus.

"Karna hidup lo terlalu sempurna, dan karna itu juga gue ada di hidup lo, berperan sebagai rintangan di tengah kesempurnaan lo" balas Oliv santai.

Hening~

Keduanya sibuk dengan pikiran masing masing. Berkelumit dengan perkataan Oliv yang secara tak sadar membuat Mellody mengerti mengapa selama ini dirinya membenci Mellody.

"Mellody" teriakan seseorang itu membuat mereka berdua tersadar dari adu argumennya. Dilihatnya Zio tengah berdiri cukup jauh dari mereka. Oh ya, Mellody melupakan kakaknya itu yang sudah berjanji akan pulang bersama. Mellody melirik sekilas ke arah Oliv. Tangan Oliv mengepal. Membuat buku buku jarinya memutih.

"See?" Ejek Mellody sebelum Zio mendekat ke arah mereka. Tanpa Mellody duga Oliv menjatuhkan tubuhnya tepat di depannya. Apa yang gadis ini lakukan? Apa dia sudah gila?

Otak Mellody berputar lebih cepat. Membuatnya sadar apa yang sedang di lakukan Oliv saat ini. Licik!!. Baiklah jika gadis itu saat ini bermain licik, Mellody juga akan mengikuti permainannya. Ia buru buru mengacak acak rambutnya. Dan kali ini giliran Oliv yang menyerngit bingung.

"Ngapain kalian?" Tanya Zio melihat kedua gadis itu dengan keadaan yang berantakan.

"Zio liat deh, dia dorong aku sampai aku jatuh gini. Kamu jangan deket deket sama dia" rengek Oliv dengan nada seperti anak kecil. Jujur, Mellody sangat muak melihatnya. Lihat saja sekarang, Oliv sedang bergelanyut seperti monyet di lengan kekar Zio.

Sementara Zio masih terdiam. Melirik adiknya yang tepat berada di depannya. Meminta ia memberikan penjelasan yang logis agar amarah dari Zio tak meledak begitu saja.

"Apa penjelasan aku disini diterima?" Tanya Mellody sengaja menarik simpati Zio. Zio mengangguk.

"Ada saatnya diam. Tapi bukan berarti kita selalu diam kan?" Lanjut Mellody santai sambil melirik ke arah Oliv memastikan gadis itu kalah kali ini.

"Dia jambak rambut aku, ya terpaksa aku dorong dia" sambung Mellody lagi lalu merapikan rambutnya yang berantakan. Mata Oliv membulat. Mungkin tak percaya atas ucapan gadis polos di depannya kini.

"Udah lah, gak usah di besar besarin. Ayo kita pulang" lerai Zio karena bingung harus membela siapa. Zio menarik lengannya dari pelukan Oliv kemudian meninggalkannya begitu saja.

"Licik!" Desis Oliv tepat di telinga Mellody.

"Itu ajaranmu kan?" Kata Mellody disertai kekehan kecilnya lalu pergi mengejar Zio. Meninggalkan Oliv yang membuat dendamnya pada Mellody semakin menjadi.

Cepat atau lambat, lo harus berada di posisi gue Mel.

Batin Oliv.

•°•°•°•°•°•°

Makasih yang sudah baca :D
Udah ada yang baca aja syukur =))
Apa lagi kalau mau vote *modus

MelodyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang