Chapter 23

1.1K 81 1
                                    

Pyarr..

Suara gaduh itu bersumber dari kamar Oliv. Ini yang ia lakukan saat moodnya sedang buruk. Semua benda di sekitarnya akan menjadi sasaran.

Lihat kini, kamarnya sudah seperti kapal pecah. Bahkan lebih parah dari itu. Buku buku yang berserakan. Bingkai foto yang sudah tak berupa. Dan tempat tidur yang tak layak lagi untuk di tempati. Oliv memang akan berubah menjadi monster jika moodnya sedang hancur.

Tok.. tok.. tok..

Ia mendengar pintu kamarnya berbunyi. Ia tau pasti itu kakaknya yang ingin tau apa yang terjadi pada Oliv mengingat suara berisik yang ia buat.

"Jangan tanya kenapa" ujar Oliv saat melihat kakaknya itu sudah berada di ambang pintu kamar. Kakaknya hanya mengangguk lalu duduk di lantai dekat jendela. Karna itulah satu satunya tempat yang masih bersih dari amukan Oliv. Ia sudah memahami betul sifat adiknya ini jika sedang badmood.

"Gak usah tanya gue juga udah tau" ucap kakak Oliv dengan santai sambil memainkan handphonenya. Ah, Oliv lupa jika kakaknya itu memiliki sifat sok tau yang kadang tebakannya tepat sasaran. Jujur, itu menyebalkan!

"Mau ngamuk lagi? Ngamuk aja gih. Gue liatin dari sini" sambung Dafa, kakak Oliv. Oliv hanya mendengus kesal. Ia kemudian memilih duduk di tempat yang tak jauh dari kakaknya. Nafasnya sedikit tersengal senggal karena ia mengeluarkan banyak tenaga untuk menghancurkan kamarnya sendiri.

"Capek ya? Kurang kerjaan sih" ujar Dafa lagi yang benar benar tak membantu pada situasi seperti ini.

"Mood gue lagi ancur. Makasih udah bikin tambah ancur. Elo emang kakak yang baik" balas Oliv dengan nada tak sukanya. Oh tuhan.. apa tidak ada orang yang bisa mengerti hatinya saat ini? Disaat semua orang tertawa senang melihat acara pensi sekolah tadi pagi. Mungkin hanya Oliv yang menangisi pentas seni itu. Argh!! Jangan bahas pentas seni itu lagi!

"Sama sama" sahut Dafa cepat.

"Mau cerita apa? Gue siap dengerin. Asalkan lo gak banting banting barang lagi" lanjut Dafa sesekali mengalihkan pandangannya pada ponselnya ke arah adiknya itu. Oliv mengacak rambutnya frustasi.

"Gue...." Oliv menggantungkan kalimatnya sendiri. Ragu untuk bercerita pada Dafa. Ia tau Dafa tak akan ember pada siapa pun. Tapi yang ia takutkan hanyalah mendapat ejekan dari kakaknya yang menyebalkan itu.

"Patah hati" sahut Dafa cepat. Nah, benarkan. Ilmu cenayangnya mulai muncul. Oliv mengangguk malas kemudian ia menenggelamkan kepalanya pada lipatan tangan yang bertumpu di lututnya.

"Kenapa cinta itu gak bisa milih? Kenapa gue harus jatuh cinta sama orang yang jelas jelas gak cinta sama gue? Kenapa gue sulit ngeyakinin diri gue sendiri kalau cinta itu sakit?" Tanya Oliv beruntut membuat Dafa mulai mengerti masalah adiknya saat ini.

"Andai cinta itu bisa milih, lo gak akan belajar jadi cewek kuat. Karena lo gak tau yang namanya sakit hati" terang Dafa. Oliv masih mendengarkan walau belum beranjak dari posisinya.

"Kenapa cinta itu gak adil? Orang yang dia sayang cuma anggep dia sebagai sahabat, dan dia bisa terima. Tapi kenapa dia gak terima sama peran gue?" Tanya Oliv lagi.

"Lo ini sebenernya ngomongin siapa sih?" Dafa balik bertanya karna bingung dengan omongan Oliv yang hanya berputar putar ditopik itu saja.

"Lo gak perlu tau" tukas Oliv cepat.

"Oke lah. Sekarang gini, lo bisa aja ubah peran lo sendiri. Kalau dia anggep peran lo gak ada, lo harusnya juga bisa anggep peran dia gak ada" balas Dafa santai.

"Ngomong lo seenak jidat" gerutu Oliv mendengar saran kakaknya. Jika saja melupakan itu mudah, mungkin sejak dulu ia sudah melakukan itu.

"Lo gak harus ngotot buat lupain dia. Semakin lo coba buat lupain, malah semakin keinget. Biarin pikiran lo ngalir gitu aja. Terus coba lihat orang di sekeliling lo, banyak yang bisa buat lo nyaman dan mungkin perlahan lahan orang itu bisa buat lo jatuh cinta" terang Dafa panjang lebar. Walau bahasa yang ia pakai terlalu berbelit belit untuk otak adiknya yang pas pasan. Tapi ia yakin Oliv mampu menangkap maksudnya.

"Sakit hati itu ternyata gak enak ya" lirih Oliv. Bukannya lebay atau apa. Tapi sungguh, sakit hati itu sangat menyakitkan. Seperti ada yang bergemuruh hebat di dalam dadanya.

"Cowok bisa sakit hati gak sih?" Tanya Oliv dengan polosnya.

"Kenapa tanya gitu?" Dafa mengerutkan keningnya bingung. Pertanyaan macam apa itu? Jelas saja lelaki juga bisa sakit hati. Atau bahasa anak mudanya, galau.

"Gue cuma heran aja. Kayaknya gue gak pernah liat cowok nangis atau galau gitu ditinggal pacarnya. Mereka seolah fine fine aja. Hidup cowok itu terlalu....... lempeng?" Ujar Oliv yang seperti sebuah peryataan.

"Bukan cowok yang lempeng. Tapi cewek aja yang dibawa lebay" protes Dafa membela kaumnya sebagai kaum adam.

"Lo pernah sakit hati?" Pertanyaan Oliv barusan membuat Dafa memutar bola matanya.

"Iya lah" jawab Dafa seadanya.

"Nangis?"

"Kagak, cuma sedih doang"

"Kalau cewek nangis boleh gak?" Ucap Oliv. Dafa memandang ke atas. Seolah sedang menerawang jauh.

"Selama itu bisa bikin perasaan dia lebih baik. Boleh boleh aj---" kalimat Dafa terpotong saat ia merasakan tubuhnya sudah di sambar oleh Oliv. Dafa melihat bahu adiknya yang naik turun dan merasakan dadanya yang basah karena tangisan Oliv.

Dafa mengelus puncak kepala Oliv dengan lembut. Memberinya kenyamanan.

"Kalau lo tau cinta sama dia bikin lo nyakitin diri sendiri. Lebih baik lo lupain dia" sela Dafa di tengah tangisan Oliv.

"Gak.. se-semudah i-tu" Oliv masih mengatur nafasnya yang sesenggukan.

"Cemen" rutuk Dafa.

"A-apa ka-ta lo d-deh" ucapan Oliv masih terdengar tersenggal senggal. Dan kini kakaknya itu malah tertawa. Disaat adiknya seperti ini, apa ada yang lucu?

"Lo kayak orang nge-rap" balas Dafa disertai kekehan kecilnya. Dan sukses mendapat polesan dari Oliv.

"Gak lucu!" Omel Oliv sembari mengerucutkan bibirnya.

"Yah, padahal tadi gue lagi ngelawak. Ketawa dikit kek" gadis itu memutar bola matanya saat mendengar rayuan dari Dafa barusan.

"Emang Zio ngapain lo sih? Ampek gila gini" sambung kakaknya itu membuat Oliv bingung.

"Kenapa jadi bahas Zio?"

"Loh? Jadi sedari tadi lo gak ngegalauin dia?"

"Enggak lah"

"Lahh, dia kan pacar lu"

"Emang kalau udah punya pacar gak boleh ngegalauin orang lain?"

"Terus lo sedari tadi bahas siapa?"

Oliv hanya mengangkat bahunya acuh. Pikirannya kali ini menjadi tergantikan oleh Zio. Pacarnya yang menjadi bahan balas dendam untuk Mellody. Walau jujur, Zio lelaki yang membuat Oliv nyaman saat di dekatnya. Tapi perasaan Oliv lebih besar pada seseorang yang sejak tadi membuatnya menangis.

Seseorang di masa lalunya yang belum sempat ia miliki.

Seseorang yang spesial bahkan hingga sekarang.

Seseorang yang memenangkan hatinya.

Dia........ Davin.

°°°

Sayaa kembalii :D
Cieee.. besok udah idul fitri..
Mohon maaf lahir batin ya pren :)

Vomment? ;)

MelodyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang