Chapter 24

1.1K 77 2
                                    

"Mell, bisa ikut gue sebentar gak?" Tanya Arka pada gadis yang sejak tadi sibuk dengan novelnya. Mellody hanya mengangguk lalu mengikuti langkah Arka yang tepat berada di depan Mellody.

Sementara Arka sendiri sedang berkelumit pada perasaannya. Ia sedang merangkai kata kata yang pas untuk dibicarakan dengan Mellody. Sebenarnya ini masalahnya dengan Davin yang sepakat memperjuangkan Mellody secara sportif. Dan kali ini Arka akan terang terangan bertanya tentang perasaan Mellody padanya.

"Kenapa ka?" Tanya Mellody setelah keduanya sampai di taman sekolah. Arka menggaruk tengkuknya yang tak gatal. Tiba tiba saja ia merasakan keringat dingin pada tubuhnya. Argh, padahal ini baru menanyakan perasaan kan? Bukan acara tembak menembak?

"Emm.. anu.. aku.. eh.. sebenernya.. itu.. emm.. aduh gimana ya" Arka terdengar mendumel sendiri dan sukses membuat Mellody tertawa.

"Kenapa sih? Kamu sakit?" Kata Mellody sembari memegang kening Arka untuk sekedar mengecek kondisinya. Dengan sigap Arka menurunkan tangan Mellody dari keningnya. Bisa bisa jantungnya melompat keluar karena terlalu brutal di dalam yang hanya disebabkan sentuhan Mellody.

"Aku... gak apa apa kok" sahut Arka gelagapan. Kini keduanya kembali terdiam. Mellody lebih memilih menunggu Arka memulai pembicaraan.

Dalam hati, Arka merutuki kebodohannya sendiri. Kebodohan pada tingkahnya sendiri yang tak bisa melatih mulutnya saat berhadapan dengan Mellody. Padahal ia hanya bilang 'suka'. Ya, cukup satu kata. Apa itu susah?

"Mell" panggil Arka memecah keheningan.

"Ya?" Jawab Mellody seadanya.

"Aku suka kamu" ucap Arka secara cepat. Bahkan terlampau cepat. Arka memberanikan diri melirik ke arah Mellody. Melihat bagaimana reaksi gadis itu. Tapi........ kenapa gadis itu seolah biasa saja? Apa dia tidak mendengar ucapan Arka barusan?

"Maaf, aku gak bermaksud gitu. Aku cuma mau kamu tau, gak perlu dijawab" sambung Arka karna bingung melihat reaksi gadis itu. Detik berikutnya Mellody merogoh tasnya. Mengeluarkan beberapa amplop yang beraneka warna.

"Ini surat surat yang aku terima hari ini. Dari pengirim yang berbeda juga. Sisanya masih ada di rumah, aku simpen" terang Mellody yang kini justru membuat Arka bingung. Lalu apa hubungannya surat dengan perasaan. Atau jangan jangan.........

"Para pengirimnya bilang kalau mereka suka sama aku" Mellody melanjutkan kalimatnya. Mata Arka membulat sempurna melihat surat surat yang berada di tangan Mellody. Sebanyak ini kah penggemar Mellody?

"Kamu tau siapa aja mereka?" Tanya Arka dan mendapat anggukan dari Mellody.

"Aku tau" jawabnya singkat.

"Terus kamu gimana?" Pertanyaan Arka kali ini memang terdengar sangat ingin tau. Tapi ya sudahlah, karna memang itu kenyataannya. Dia memang ingin tau sikap Mellody kepada para penggemarnya.

"Ya gak gimana gimana. Aku hargain perasaan mereka, itu artinya mereka masih normal kan karna suka sama lawan jenis" ujar Mellody disisipi senyum manisnya. Senyum yang manis hingga membuat Arka sempat terhipnotis beberapa detik. Pantas saja banyak yang suka kepada gadis ini.

"Kamu..... gak bales perasaan mereka?" Arka mengucapkannya dengan hati hati.

"Mereka cuma bilang 'suka', jadi aku rasa itu gak perlu jawaban. Mereka hanya suka aku, sama kayak perasaan kamu kan?" Mellody balik bertanya. Pertanyaan yang membuat Arka sadar akan kebodohannya kali ini. Ia tak bermaksud seperti itu.

"Bukan.. aku beda sama mereka. Maksud aku, aku bukan hanya sekedar 'suka' sama kamu tapi aku... emm.... apa ya... bisa dibilang aku ini sayang sama kamu" cerocos Arka yang menjelaskan tentang perasaannya. Seharusnya dari awal dia bilang sayang bukan suka. Dasar bodoh!

"Perasaan suka dan sayang itu beda. Kalau kamu suka sama aku, mungkin itu hanya sekedar crush aja. Tapi kalau kamu sayang sama aku, arti sayang juga berarti banyak. Sayang sebagai sahabat, sayang sebagai keluarga, dan mungkin sayang yang lebih dari itu" ujar Mellody panjang lebar. Ia merasakan hati kecilnya kini tengah merutuki dirinya sendiri.

'Munafik! Jangan bohongin diri lo sendiri Mel, lo juga suka Arka kan?'

Hati kecilnya mulai berteriak. Tapi disisi lain....

'Davin apa kabar? Mantan terindah lo itu mau lo buang kemana? Jangan munafik! Lo juga masih sayang sama Davin kan?'

Mellody menggeleng cepat. Ia menyangkal jeritan jeritan hati kecilnya sendiri. Jika saja ia selalu menuruti hatinya itu, bisa bisa ia jadi gila sekarang. Tak lama, handphone Mellody berdering. Menampilan "Gio calling" di layarnya.

"Ya kak?" Kata Mellody di awal telphone.

"Aku masih di sekolah, ada urusan sebentar. Bentar lagi aku pulang. Kenapa?" Lanjutnya.

"Tambah demam? Yaudah entar aku ke apotik dulu beli obat"

"Iya, bye kak" Mellody memutuskan sambungan telphonenya lalu kambali beralih pada Arka yang masih duduk di sampingnya dengan tenang.

"Siapa yang sakit?" Arka mulai berbasa basi.

"Kak Zio" balas Mellody singkat lalu memasukkan surat surat cintanya kembali ke dalam tas.

"Aku duluan ya Ka, kasian kak Zio entar tambah gak waras" canda Mellody sebelum ia beranjak pergi. Arka menggengam pergelangan tangan gadis itu. Rasanya ia belum rela kehingannya *halah.

"Soal, perasaan aku tadi. Aku serius" cicit Arka.

"Terima kasih untuk perasaan sukanya, aku hargain itu Ka" balas Mellody yang seolah menohok hari kecil Arka. Bukan Mell, bukan Suka. Dia sayang kamu.

"Bukan hanya suka, aku sayang kamu" ujar Arka lagi.

"Tadi kamu bilang kalau aku gak perlu jawab kan?" Tawa Mellody mulai terdengar. Hanya candaan yang bisa ia lontarkan untuk menutupi perasaan bingungnya. Ia juga tak tau harus menjawab perasaan Arka bagaimana.

"Yang perlu kamu tau, aku nyaman sama kamu" sambung Mellody kemudian meninggalkan Arka yang tengah mematung di tempatnya.

Nyaman itu...? Perasaan apa?

°°°

Yakin ini part gaje banget -_-
Tapi ada hubungannya sama part selanjutnya.

Thanks yang sudah baca ;)
Vomment? :)

MelodyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang