Chapter 28

1.1K 70 3
                                    

Setidaknya keluarga kecil mereka sudah bisa bernafas lega sekarang. Mendengar penjelasan dokter bahwa Zio sudah mulai membaik. Walau kini ia belum juga sadar, tapi ia sudah melewati masa masa kritisnya.

Seperti biasa, setiap malam gilirian Mellody menjaga Zio di rumah sakit. Tak lupa ia juga membawa sebuket bunga mawar merah untuk kakaknya. Hanya sekedar simbol bahwa ia memperhatikan Zio.

"Malem Kak" sapa Mellody semangat pada seseorang yang tengah berbaring di atas ranjang rumah sakit. Senyumnya masih saja terukir walau tak ada sahutan sama sekali.

"Kak Zio kapan bangun?" Tanya Mellody lalu duduk di samping lelaki itu.

"Aku kangen tauk sama omelan Kakak" sambungnya lagi. Mellody mengganti bunga mawar dari vas bunga kemarin menjadi mawar barunya hari ini. Berharap jika saja Kakaknya itu bangun. Dia akan melihat bunga mawar yang segar.

"Kakak gak capek tidur mulu? Kak Gio galau tuh, gak ada yang bisa diajak ribut di rumah" candanya walau ia tau masih tak ada jawaban. Kini senyumannya berubah menjadi dengusan geli. Ia menyadari dirinya saat ini seperti orang bodoh yang berbicara sendiri.

"Walau aku udah bilang ini berulang kali, tapi aku minta maaf" lirih Mellody disertai wajahnya yang berubah pias. Kemudian ia menenggelamkan wajahnya di balik lipatan tangan yang ia letakkan di atas kasur. Membiarkan kenangan bersama Zio itu mengobati rasa rindunya.

"Gue ... yang minta maaf" ujar seseorang yang sontak membuat Mellody mengangkat kepalanya. Matanya membulat sempurna saat melihat lawan bicaranya kini.

"Mau apa kamu kesini?" Tanya Mellody dengan nada tak sukanya.

"Mau jenguk Kak Zio" terang gadis itu yang mematung di tempat. Masih belum berani mendekat ke arah Mellody.

"Buat apa? Kan gara gara kamu Kak Zio ada disini" ucap Mellody tajam. Uh, sepertinya bakat menjadi peran antagonis mulai keluar jika sudah berhadapan dengan lawannya itu.

"Gue ... minta maaf" lirih sang lawan bicara. Membuat air mata Mellody kembali berkumpul di pelupuk matanya. Bukan, bukan karna ia takut. Tapi ia sedang menahan emosinya sendiri.

"Ucapan maaf diterima. Sekarang kamu boleh pergi" sahut Mellody cepat sambil menyeka air matanya. Kini gadis itu mulai melangkahkan kakinya mendekati Mellody.

"Jangan! Kita harus jaga jarak. Sebelum aku ngelakuin hal hal aneh sama kamu" jerit Mellody spontan sambil memajukan kedua tangannya seolah memberi antisipasi.

"Mell, gue minta maaf" cicit gadis itu dengan suara bergetar. Mellody justru semakin kuat menyeka air mata yang sejak tadi tak bisa ia tahan.

"Percuma kamu minta maaf ribuan kali. Itu gak akan ngerubah keadaan Kak Zio kan?"

"Mell, gue bener bener minta maaf"

Kini malah terdengar dengusan kesal dari Mellody. Gadis itu mengusap wajahnya perlahan. Mengontrol emosinya sendiri saat berhadapan dengan Oliv.

"Kamu berhasil Liv. Kamu berhasil buat orang di sekitar aku jatuh bahkan kamu juga buat aku jatuh. Ambil apa pun yang kamu mau, asalkan bukan orang orang di sekitar aku" lirih Mellody yang sudah bingung harus berbuat apa. Oliv masih memilih diam. Menunggu Mellody melanjutkan kalimatnya.

"Kamu ... menang" sambungnya dan kini Mellody menutup wajahnya dengan kedua telapak tangan. Sebenarnya ia benci pada dirinya sendiri saat ini. Harusnya ia tak boleh terlihat lemah di depan Oliv.

Tanpa Mellody duga. Ia merasakan tubuhnya saat ini tengah berada di pelukan seseorang. Tentu saja bukan Zio karna lelaki itu masih belum sadar. Jadi yang memelukanya saat ini ... Oliv?

"Gue kalah Mell" ujar Oliv dengan nada lirih yang hampir tak terdengar. Oliv masih dalam posisi memeluk Mellody. Walau ini terdengar cukup gila.

"Niat awal gue emang mau jatuhin lo dan orang orang di sekitar lo. Tapi kenyataannya, gue juga ikut jatuh" sambung Oliv membuat Mellody tak percaya.

"Malem itu waktu gue denger Kak Zio kecelakaan, gue puas bisa jatuhin lo. Tapi--" Oliv menarik nafasnya lalu menghembuskannya secara perlahan.

"Tapi seharian gue jadi ngekhayal tentang Kak Zio. Kakak lo berhasil buat gue ngekhayal jauh. Sampai gue sadar, gue mulai jatuh cinta sama khayalan gue sendiri" ucapan Oliv kali ini membuat Mellody benar benar tertegun.

Pertahanan Oliv menahan tangisnya kini mulai runtuh. Dan refleks membuat Mellody membalas pelukan Oliv setelah sekian lama.

"Kamu ...," kalimat Mellody sengaja ia biarian menggantung. Karna ia sedang menuntut jawaban yang jelas pada Oliv.

"Gue jatuh cinta sama Kak Zio" lanjut Oliv melepaskan pelukannya untuk melihat ekspresi Mellody.

Hening~

Suasana tiba tiba menjadi canggung kali ini. Keduanya masih belum bisa memulai pembicaraan.

"Emm, gue ... gue minta maaf selama ini selalu jahatin lo" Oliv gelagapan.

"Aku juga" ucap Mellody sembari menampakkan senyumnya. Ia juga mengacungkan jari kelingkingnya. Orang orang biasa melakukan ini untuk saling memaafkan kan?

"Apaan nih maksudnya?" Oliv menyerngit bingung. Mellody memutar bola matanya.

"Tanda kalau kita baikan" tutur Mellody sedikit kaku karna ini baru pertama ia berbincang dengan Oliv sebagai 'teman'.

"Kayak bocah" celetuk Oliv sambil mengibas ngibaskan tangannya ke udara.

"Kadang bersikap kayak anak kecil itu lebih menyenangkan" balas Mellody santai dan menampakkan senyuman manisnya.

Oliv melihat tangan Mellody lagi. Ia membuat ekspresi berpikir tentang tawaran Mellody. Walau sejak tadi ia ingin tertawa melihat Mellody yang sudah tak sabat melihat uluran tangannya yang tak kunjung Oliv jawab.

"Oke. Kita baikan"

°°°

Abstrak sumpah -_-
Ngetik kilat gara gara udah mulai sekolah *curcol :|

Vomment? :)

MelodyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang