"Jangan gila deh Vin" Sasa memperingati mantan pacar sahabatnya itu. Mendengar pengakuan Davin yang mungkin akan membuat heboh satu sekolah. Oh tidakk, sebelum itu terjadi Sasa lebih baik memperingati lelaki itu.
"Emang kenapa? Ini kan masalah hati Sa" terang Davin lagi. Sasa mendengus kesal. Sesekali menghentakkan kakinya karna Davin yang keras kepala jika diberi tau.
"Iya gue tau, tapi lebih baik lo cari cewek lain aja deh" saran Sasa walau ia yakin ini tak akan membuat Davin mundur.
"Gue akan tetep nembak Mellody" Davin mengeluarkan jurus keras kepalanya. Sementara Sasa hanya mengibas ngibaskan tangannya seolah berkata 'apa kata lo!!'.
"Gue yakin Mellody masih sayang sama gue" lanjut Davin percaya diri.
"Gue juga tau kalau Mellody masih sayang sama lo. Tapi gak seperti dulu lagi Vin. Apa lo lupa kalau sekarang ada Arka di hidup Mellody?" Sasa angkat bicara tapi masih enggan menatap lelaki keras kepala di sebelahnya kini. Ia lebih memilih membuka lembaran buku yang ia pinjam di perpustakaan tadi pagi.
"tapi gue masih sayang sama dia Sa. Andai waktu itu gue gak taruhan sama temen gue. Mungkin sekarang hubungan gue sama Mellody masih baik baik aja" lirih Davin menundukkan kepalanya. Rasa penyesalannya itu semakin besar saat mengingat masa lalunya dengan Mellody. Davin mengacak rambutnya secara asal. Meluapkan kekesalan pada dirinya sendiri.
"Penyesalan emang datang di akhir kan?" Sasa mengangkat bahunya. Walau sebenarnya ia prihatin dengan keadaan Davin tapi ia juga tau bagaimana rasa sakit hati yang dirasakan Mellody dulu.
"Sekarang elo mikir deh. Pilih nembak Mellody tapi Mellody ngejauhin lo. Atau lo pilih move on dari Mellody dan gak akan ada peran yang tersakiti disini?" Tawar Sasa dengan santainya.
"Tapi gue sayang Mellody" nada bicara Davin semakin melemah. Entah mengapa moodnya menjadi hancur sejak Sasa mengatakan bahwa keadaan sudah tidak seperti dulu. Walau itu memang kenyataannya tapi terasa pahit jika harus di jabarkan.
"Kalau gitu jauhin Mellody" balas Sasa memasang wajah tanpa dosanya.
"Kok gitu?" Tanya Davin tidak terima.
"Kalian masih bisa berhubungan baik sebagai sahabat, tapi lo juga harus buka hati lo buat orang lain" jawab Sasa seadanya.
"Karna kalau lo sayang Mellody seharusnya lo biarin dia move on dari lo. Dan kalau lo sayang sama diri lo sendiri, lo harusnya juga move on dari Mellody" terang Sasa panjang kali lebar sama dengan luas.
Hening~
Sasa maupun Davin sibuk dengan pikirannya masing masing. Davin memikirkan jika ia melihat Arka memiliki Mellody, apa Davin masih bisa bersikap biasa saja di depan mereka?
"Menurut lo apa Arka suka sama Mellody?" Tanya Davin setelah mereka terdiam beberapa saat.
"Gue tau kalau cinta itu buta Vin, tapi jangan memperlihatkan kebutaan lo gini dong! Emang lo selama ini gak liat si Arka yang perhatian banget sama Mellody?!" Rutuk Sasa karna sejak tadi Davin benar benar menjelma menjadi orang bodoh saat berbicara tentang cinta.
"Sekarang gue baru percaya kalau hukum karma itu ternyata ada" ujar Davin polos. Sasa malah mencubit lengannya karena geram dengan kepolosan Davin.
"Telatt!!" Omel Sasa.
"Sejak jaman bahulaaa, hukum karma emang masih berlaku" sambung Sasa.
"Yaudah, gue pilih move on aja deh" kata Davin walau terdengar sedikit nada keraguan di kalimatnya.
"Gimana caranya ya?" Tanya Davin meminta mendapat Sasa. Sasa menaikkan bola matanya ke atas, seolah menerawang jauh.
"Cari cewek baru" pekik Sasa mendapat ide cemerlang.
"Kan gue gak cinta"
"Entar juga cinta sendiri"
"Kalau enggak?"
"Cinta itu datang karna terbiasa Vin"
"Kalau gue udah terbiasa sama Mellody gimana dong?"
"Buat kebiasaan baru. Karna menurut orang orang, cari pengganti itu cara ampuh buat move on, sekedar pelarian gitu"
"Enggak jadi deh"
"Kenapa?"
"Gue baru inget kalau hukum karma itu masih berlaku"
Sasa menepuk keningnya saat mendengar jawaban santai dari Davin barusan. Sepertinya obrolannya dengan Davin tak akan ada penyelesaiannya.
"Terus? Mau lo gimana?" Sasa membuang nafasnya jengah. Merasa pembicaraan kali ini sia sia.
"Mau berjuang buat dapetin Mellody aja" balas Davin disertai cengiran lebarnya. Tanpa kedua orang itu sadari. sejak tadi ada orang yang memperhatikan mereka. mencerna semua pembicaraan yang ia sadar bisa menyakiti hatinya sendiri. ini bukan salah Davin yang masih mencintai Mellody. namun ini salah dirinya sendiri, yang membiarkan kedua orang itu saling jatuh cinta. Ya.... ini memang salahnya.
yang bisa ia lakukan sekarang hanyalah menyingkirkan Mellody dari kehidupan Davin. seperti Mellody yang dengan mudah menyingkirkan dirinya dari kehidupan Davin.
dulu.....
°°°°
Berjuang Vinn,, berjuang :D
Thanks yang udah baca ;)
Tunggu next chapter ya :)
KAMU SEDANG MEMBACA
Melody
Teen FictionNamanya Melody Teresia Putri. gadis yang selalu memberi kesan tersendiri pada orang yang mengenalnya. sama seperti nama yang ia miliki, gadis itu memang seperti "nada" bagi semua orang. zio: "dia adik gue yang paling ajaib" gio: "dia adik yang membe...