Ini sudah lima belas menit sejak kepergian Melody ke kantin. Padahal jarak kelasnya dengan kantin sangat dekat. Mungkin hanya memakan waktu lima menit.
"Davin buat sensasi lagi"
"Korbannya si anak baru"
"Denger denger sih, dia mantan pacar Davin"
Celotelah dari murid murid itu terdengar samar di telinga Arka. Pikirannya langsung tertuju pada Melody. Tanpa ba-bi-bu lagi, ia melangkahkan kakinya menjauhi kelas.
Di tengah koridor, ia melihat gadis itu tengah mematung di tempat. Kedua tangannya memegang minuman kaleng untuk dirinya dan Arka. Sementara Davin tepat berada di depannya sambil memegang sebuah gitar. Mereka sempat bercakap sebentar dan kemudian Davin mulai memetik gitarnya.
"Dimana kau slama ini?
Bidadari yang kunanti?
Mengapa baru sekarang?
Kita dipertemukan?"Davin menghentikan petikan gitarnya sesaat. Senyumnya mengembang dan hanya ia tujukan untuk Melody. Tak memperdulikan jeritan iri gadis gadis lain.
"Sesalkan tiada arti..
Karna semua tlah terjadi..
Kini, kau tlah menjalani, dududududu
Sisa hidup dengannya""Mungkin salahku, melewatkanmu..
Tak mencarimu, sepenuh hati..
Maafkan aku..""Kesalahanku, melewatkanmu..
Hingga kau kini, dengan yang lain
Maaf kan aku.."
(Sheila on 7 - yang terlewatkan)Air mata yang sejak tadi Melody tahan kini berhasil keluar dari pelupuk mata indahnya. Dalam hati kecilnya ia merutuki dirinya sendiri. Bertanya tanya mengapa saat ini ia menjadi sangat cengeng. Seharusnya ia tak boleh terlihat lemah dimata Davin.
"Aku minta maaf" lirih Davin terlihat tulus.
"Aku benci kamu vin" balas Melody lalu membuang pandangannya dari mata Davin. Ia tak mungkin berlama lama menatap mata teduh berbisa itu lagi.
"Tapi aku cinta kamu" sahut Davin cepat membuat Melody terdiam. Tiba tiba saja tubuh mungil Melody tertarik ke samping. Membawanya dalam sebuah dekapan hangat. Refles, Melody mendongak. Melihat siapa yang tengah mendekapnya saat ini.
"Dia udah milik orang lain sekarang" tegas Arka tajam sontak membuat Davin geram.
"Jangan ikut campur!" Ancam Davin mencengkram erat kerah lengan Arka.
"Ini urusan gue, gue gak akan biarin lo nyakitin Melody lagi" tegas Arka santai namun tajam. Sebuah pukulan keras itu berhasil mendarat di pipi kiri Arka. Mata elang kedua lelaki itu bertemu. Saling mempertahankan gadis dan perasaan yang sama.
"Davin! Jangan seperti anak kecil!" Teriak Melody yang sontak menjauhkan tubuh Davin dari Arka. Terlihat jelas kini tetesan darah segar mulai mengalir dari sudut bibir Arka.
"Aku ngelakuin ini buat kamu" kata Davin menurunkan nada bicaranya pada Melody.
"Aku gak butuh! Anggap aja kita gak pernah ada. Kamu boleh pergi lagi, sama seperti satu tahun yang lalu. Ingat?" Dengusan Melody itu terdengar sangat menyakitkan di telinga Davin. Ini memang salahnya. Salahnya yang merubah gadis baik baik seperti Melody menjadi monster seperti sekarang.
"Kenapa bukan kamu yang menganggap kita ada, seperti dua tahun yang lalu" sahut Davin cepat.
"Hubungan kita mungkin masih ada sampai sekarang jika kamu tidak melakukan tindakan bodohmu itu" tutur Melody yang sukses membuat Davin terdiam. Mata elangnya kini berubah sayu, melihat semua tingkah laku Melody yang jauh berbeda dari sebelumnya.
"Ayo pergi, biar aku obati lukamu" bujuk Melody pada Arka.
Davin hanya bisa mematung di tempat. Membiarkan kedua orang itu menjauh darinya. Mengamati punggung mereka hingga lama lama tak terlihat oleh pandangannya.
Ternyata waktu bisa terlalu cepat merubah semuanya. Orang yang dulu mencintainya beralih menjadi membencinya. Membuat rasa bersalahnya semakin besar. Tapi disisi lain, rasa ingin memilikinya pun juga semakin besar.
•°•°•°•°•°•
Tunggu next chapter ya :) doain aja semoga gak semakin abstrak :D
Jangan lupa vote + comment ya broo ;)

KAMU SEDANG MEMBACA
Melody
Teen FictionNamanya Melody Teresia Putri. gadis yang selalu memberi kesan tersendiri pada orang yang mengenalnya. sama seperti nama yang ia miliki, gadis itu memang seperti "nada" bagi semua orang. zio: "dia adik gue yang paling ajaib" gio: "dia adik yang membe...