Chapter 5

1.7K 97 1
                                    

Sepertinya Melody memiliki kebiasaan baru setiap pulang sekolah kini. Ia akan menyempatkan waktu ke balkon sekolah dan menerbangkan pesawat kertas mainannya. Kata Arka pesawat kertas itu akan landas dengan sempurna di taman sekolah yang memang jarang di kunjungi para murid.

"Belum pulang Mel?" Tanya seseorang dari belakang. Tanpa menoleh saja, Melody sudah tau siapa pemilik suara itu. Arka.

"Belum, kamu bukannya mau latihan futsal?" Tanya Melody balik saat lelaki itu mulai mendekat dan kini sudah duduk di sebelahnya.

"Latihannya ditunda, mungkin lusa" jawab Arka. Melody hanya mengangguk angguk karna tengah sibuk dengan pesawat kertasnya itu seperti biasa.

"Pesawat kertas lagi?" Kali ini Arka mulai melipat lipat kertas seperti yang dilakukan Melody. Dan ternyata, ini menyenangkan. Sesekali Arka melirik ke arah Melody. Gadis itu terlihat sangat cantik dari dekat. Iris mata almondnya membuat Arka sulit mengalihkan pandangan pada gadis itu. Anak rambutnya menjuntai kebawah dan menutupi sedikit paras cantiknya.

"Tuhan yang menentukan ceritaku :)"

Note singkat itu ia baca dari pesawat kertas milik Melody. Entah apa artinya, namun Arka merasa gadis itu sudah lebih baik dari pada kemarin. Hari ini ia sudah mulai banyak bercerita. Pesawat kertas milik Melody sudah ia lepaskan terbawa angin disusul pesawat kertas milik Arka.

"Kemarin Sasa cerita banyak tentang hubungan kalian" kata Arka memecah keheningan. Melody hanya terdiam sambil tersenyum simpul. Mendengar nama Sasa saja ia sudah tak berminat.

"Sasa itu sahabat yang baik. Jadi aku rasa dia lebih pantas mendapat teman yang lebih baik dari aku" timpal Melody. Gadis itu masih menatap lurus ke depan. Membiarkan lamunannya terbang seperti pesawat kertasnya tadi.

Tak lama, lamunannya buyar karna sebuah petikan gitar tiba tiba memecah keheningan antara ia dan Arka. Diliriknya ke samping. Lelaki itu tengah memainkan gitarnya yang sejak tadi ia bawa tanpa Melody sadari.

"Aku disini.. di atas awan..
Aku tertawan paras cantik rupawan..
Tak jemu jemu.. aku memandang
Ingin ku merayu,
Dengarkan aku berlagu"

Arka menghentikan nyanyiannya sejenak hanya untuk melihat ekspresi wajah Melody kini. Dilihatnya ada semburat kemerahan di pipi Melody. Dia sedang menahan malu. Dan Arka suka ekspresi itu.

"Baru aku mengerti..
Artinya bidadari..
Sejak di hari ini, jumpa kamu disini..
Pasti inilah surga..
Ku di dalam nirwana..
Meskipun sementara,
Saat kita berjumpa.."
(Al ghazali - kurayu bidadari)

Gadis itu membuang pandangannya ke segala arah. Asalkan bukan ke arah lelaki yang saat ini membuat jantungnya berdetak tak terkontrol. Nyanyian Arka barusan membuat ia salah tingkah. Sial! Padahal sudah lama ia tak merasakan salah tingkah di dekat lelaki.

"Lain kali kamu nyanyi buat aku ya" Arka memulai pembicaraan kembali.

"Suara kamu bagus" kata Melody mengalihkan pembicaraan. Sementara Arka hanya terkekeh kecil.

"Oh ya? Padahal aku nahan grogi" sahut Arka cepat. Melody mengerutkan keningnya bingung.

"Grogi kenapa?" Tanya Melody.

"Kamu yang bikin aku grogi" jawab Arka polos. Kali ini Melody menepuk pundaknya sambil tersenyum kecil.

"Tenang aja, kalau pun kamu salah kunci gitar aku juga gak akan tau. Aku gak ngerti musik" terang Melody jujur. Tawanya masih belum berhenti di bibir manisnya itu.

"Bukan gitu" potong Arka.

"Terus?" Melody menaikkan alisnya. Menunggu jawaban lelaki yang kini tengah menggaruk tengkuknya yang tak gatal.

"Aku kayak lagi ngerayu bidadari beneran" kata Arka yang masih tak berani melihat ke arah gadis itu.

"Emangnya aku secantik itu ya?" Canda Melody membuat Arka gemas. Jelas saja gadis itu sangat cantik. Dia berbeda dari gadis yang lain. Dia.... istimewa. Oke, ini mulai aneh.

"Iya, makanya aku suka kamu" Arka melirik ke arah Melody. Gadis itu menghentikan tawanya. Dan berganti dengan ekspresi menahan malu seperti tadi.

Apa gadis itu juga mempunyai perasaan yang sama?

•••••••••
Haloo..
Yakin banget part yang ini gak ada feel'nya. Huhuhu :(
Maafkan diriku.

Jangan lupa vote + comment ya :)

MelodyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang