Chapter 15

1.2K 81 0
                                    

"Are you ok?" Tanya Davin sesekali melirik gadis yang berada di sampingnya itu. Dia hanya mengangguk dan tersenyum tipis. Tak ada celotehan lucunya seperti biasa.

"Jangan selalu pikir kamu baik baik aja Mell" lanjut Davin lagi yang kini masih menatap lurus ke depan. Memfokuskan pandangannya pada jalanan yang sudah tampak lenggang. Saat ini ia sedang dalam perjalanan pulang setelah dari Cafe family. Mengantarkan gadis itu yang mobilnya di sabotase oleh kakaknya sendiri. Kebetulan rumah mereka satu arah. Walau sejak tadi Arka yang ngotot ingin mengantarkan Mellody pulang.

Davin tau, Mellody sedih bukan karena mobilnya. Namun ia sedih mengetahui fakta bahwa kakaknya berpacaran dengan musuh bebuyutannya.

"Aku baik Vin" tegas Mellody walau hati kecilnya sendiri tak yakin dengan ucapannya.

"Kalau kamu mau cerita, aku siap dengerin" sahut Davin. Mellody menghembuskan nafasnya perlahan. Membuang pandangannya ke luar jendela mobil Davin.

"Aku tau kamu bukan cewek lemah, tapi ada kalanya kamu berada di titik terlemah kamu" terang Davin semakin membuat Mellody bungkam.

"Aku punya feeling kalau Oliv cuma permainin perasaan kak Zio aja" kata Mellody setelah terjadi keheningan beberapa saat.

"Karna Oliv pasti ngira kalau aku dan kak Zio ada hubungan" sambungnya. Davin tau apa yang dikhawatirkan Mellody. Mengingat Oliv yang selalu merebut apa pun yang dimiliki Mellody dan merasa ingin selalu diatas.

"Walau kak Zio itu nyebelin tapi aku sayang sama dia" lirih Mellody yang masih terdengar oleh indera pendengaran Davin.

"Kamu tunggu disini ya" kata Davin setelah ia menepikan mobilnya ke tepi jalan. Mellody ingin bertanya lebih banyak pada lelaki itu tetapi ia sudah buru buru menuruni mobilnya.

Tak lama, Davin kembali dengan membawa sekantung plastik yang entah apa isinya.

"Apa ini?" Tanya Mellody saat Davin memberikan kantung plastik itu padanya.

"Ice cream dan coklat" jawab Davin disisipi senyum tulusnya. Gadis itu mulai tertawa saat sadar maksud Davin. Dulu, saat Mellody sedang uring uringan dan mood gadis itu buruk. Davin selalu memberinya ice cream dan coklat. Dan itu dulu... saat mereka masih 'pacaran'.

"Aku bukan anak kecil lagi Vin" kata Mellody disela sela tawanya. "Tapi btw, thanks ya"

"Aku cuma gak suka aja liat kamu sedih" sahut Davin cepat.

"Ciee, yang perhatian ciee" Mellody mencairkan suasana. Berusaha mengalihkan pembicaraan Davin agar tak terlampau serius.

"Ciee yang inget masa lalu ciee" ejek Davin kembali. Sontak membuat Mellody mencubit pinggangnya lembut.

"Ciee yang gagal move on ciee" Mellody tak mau kalah. Sementara tawa Davin semakin mengeras. Ini yang ia rindukan saat kelihangan sosok Mellody dulu. Kehilangan karena kebodohannya sendiri.

"Kamu terlalu spesial sih, jadi susah move on kan" kata Davin sok sok cemberut. Dan semakin membuat Mellody terkekeh geli.

"Kita berjuang sama sama" ucap Mellody setelah tawanya sedikit mereda.

"Maksudnya?" Tanya Davin karena jujur tak mengerti maksud 'berjuang' dari Mellody.

"Ya kita berjuang buat sama sama move on. Aku lupain kamu dan kamu lupain aku. Simple kan?" Terang Mellody disertai senyum tulusnya. Ucapan yang tanpa disadari berhasil membuat harapan seseorang pupus. Seorang lelaki yang menjadi lawan bicaranya kini, Davin.

"Gak sesimple yang kamu bayain Mell" balas Davin serius menatap iris mata coklat milik gadis itu.

"Cepat atau lambat, kita harus sama sama melupakan Vin. Bukan berarti kita saling jauh dan lost contact gitu aja tapi mungkin hanya sekedar perubahan........ hati?" Terang Mellody. Dan entah, Davin menangkap nada bicara yang tak yakin pada Mellody.

Davin hanya tersenyum kikuk sambil menggaruk tengkuknya yang tak gatal. Meng'iya'kan omongan Mellody barusan, walau saat ini ia tak berniat melupakan gadis itu.

Gue gak akan move on dari lo Mell. Kalaupun itu bisa, gue udah lakuin dari dulu

•°•°•°•°•°•°•°

Lama gak lanjut :D beberapa hari ini lagi mager nulis :|

Gak ada moodboster *curcol

Vote + comments? :)

MelodyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang