Chapter 30

1.1K 65 4
                                    

Mellody masih sibuk berkomat kamit menghafalkan materi untuk ulangan di jam pelajaran selanjutnya. Namun sejak tadi konsentrasinya sedikit buyar karna lelaki di depannya kini selalu memperhatikannya. Mereka berdua tengah duduk di bangku panjang yang terdapat di taman sekolah. Tempat favorit Mellody setelah perpustakaan.

"Kalau kamu liatin aku terus, kapan kamu belajarnya?" Tanya Mellody yang sudah mulai risih pada sikap lelaki itu. Sekarang, ia malah menampakkan senyum konyolnya.

"Ini aku lagi belajar" jawabnya santai namun pandangannya masih belum beralih dari wajah cantik Mellody. Mellody memutar bola matanya jengkel. Kemudian ia memilih kembali melanjutkan membaca bukunya.

Suasana kembali hening. Mellody sibuk dengan buku tebal yang berisi rumus rumus fisika. Sementara lelaki itu masih sibuk mengamati Mellody.

"Arka, jangan liatin aku terus" pinta Mellody lalu menutup bukunya agar tak menghalangi pandangannya dengan Arka. Arka justru terkekeh geli.

"Aku lagi belajar Mell" jawab Arka setelah tawanya mereda.

"Aku lagi belajar sama diri aku sendiri tentang kamu. Kamu yang berhasil buat aku selalu mikirin kamu. Kamu yang berhasil buat aku segila ini" sambung Arka lalu menampakkan senyum tulusnya. Tentu saja itu membuat Mellody gelagapan. Gadis itu membuang pandangannya ke segala arah asalkan tidak menatap manik mata Arka.

"Oh iya, Kak Zio gimana?" Tanya Arka mengalihkan pembicaraan. Mellody hanya menanggapinya dengan gumaman walau ia masih memandang ke arah lain.

"Baik" gumamnya yang cukup jelas.

"Hubungannya sama Oliv gimana?" Tanya Arka lagi dan kali ini Mellody menatapnya walau hanya sekilas.

"Mereka masih ... pacaran" jawab Mellody sedikit ragu saat mengucapkan kalimat akhirnya. Kalimat itu terlalu menyinggung perasaannya sendiri yang akhir akhir ini ia menjadi seperti remaja labil yang terlalu baper.

"Kita?" Satu kata yang terucap dari Arka itu berhasil membuat Mellody bingung.

"Hubungan kita apa?" Jelas Arka memperjelas ucapan sebelumnya.

"Entah, kita gak jelas" tutur Mellody refleks. Tentu saja itu membuat Arka terkekeh geli. Mellody memang bukan seorang yang blak-blakan atau frontal tapi mendengar pernyataannya barusan membuat Arka mengerti tentang satu hal.

"Ngekode nih ceritanya" goda Arka sembari mencubit kedua pipi Mellody.

Tanpa ba-bi-bu lagi Arka langsung bangkit dari tempat duduknya lalu menghadap ke arah Mellody yang masih dalam posisi duduk. Lelaki itu mensejajarkan pandangannya dengan cara berjongkok dan satu lututnya ia buat sebagai tumpuan.

Mellody masih terdiam. Memperhatikan tindakan Arka setelah ini. Dan ternyata, justru Arka kali ini menggenggam tangan Mellody.

"hari ini adalah lembaran baru bagiku..
Ku disini, karna kau yang memilihku
Tak pernah ku ragu akan cintamu..
Ini lah, diriku dengan melody untukmu"

Berbeda dari sebelumnya, Mellody yang selalu memilih mengalihkan pandangannya dari Arka. Tapi justru kini ia seolah terhipnotis oleh tatapan tulus dari lelaki itu. Mellody memang sering mendengar Arka bernyanyi untuknya. Namun, kali ini terasa sedikit berbeda karna tanpa bantuan alat musik. Dan percayalah, adegan kali ini benar benar membuat Mellody tak tau harus berkata apa apa.

"Dan bila, aku berdiri..
Tegak, sampai hari ini..
Bukan karna kuat dan hebatku..
Semua karena cinta..
Semua, karena cinta..
Tak mampu diriku..
Dapat berdiri tegak,
Trimakasih cinta..

Inilah diriku, dengan melody untukmu..

Dan bila, aku berdiri..
Tegak sampai hari ini..
Bukan karna kuat dan hebatku..
Semua karena cinta..
Semua, karena cinta..
Tak mampu diriku..
Dapat berdiri tegak,
Trimakasih cinta.."
( Delon - Semua Karena Cinta)

Mellody hampir saja meneteskan air matanya saat Arka selesai menyanyikan lagunya. Entah karena lagunya yang memang menyentuh, atau karena lelaki di depannya kini menyanyikannya dengan sangat tulus.

Sebaliknya, Arka sudah bisa bernafas lega melihat gadis cantik itu bisa menampakkan lengkungan manis di bibirnya.

"Jadi sekarang gimana?" Tanya Arka memulai pembicaraan kembali.

"Ya gak gimana gimana" jawab Mellody secuek mungkin sembari menyembunyikan tawanya.

"Emang lagu tadi kurang?" Arka mendengus kesal lalu kembali duduk di samping Mellody. Mellody hanya mengangkat bahunya acuh. Lalu kembali menyibukkan diri pada bacaannya.

"Mel.." panggil Arka. Gadis itu masih terdiam, walau ia mati matian menahan tawa gelinya.

"Mell.." rengek Arka lagi. Dan Mellody hanya meliriknya sekilas tanpa ada sahutan.

"Aku ... emm ..." Arka gelagapan merangkai kata kata yang pas untuk gadis cantik di depannya kini. Bukan masalah menghawatirkan cintanya yang bertepuk sebelah tangan. Namun ia ingin membuat Mellody tak melupakan moment moment di saat seperti ini.

"Iya aku mau" belum sempat Arka mengucapkan kalimat apa pun. Tiba tiba saja Mellody menyahut dengan sangat cepat. Jelas saja itu membuat Arka bingung.

"Kamu kelamaan sih" lanjut Mellody lagi dan kali ini disertai kekehan gelinya.

"Eh, itu berarti ... kita?" Tanya Arka ragu ragu setelah sejak tadi ia hanya terdiam seperti orang bodoh. Mellody hanya tersenyum lalu mengangguk. Refleks membuat Arka memeluknya.

"Arka" pekik Mellody kaget melihat tindakan spontan dari lelaki itu.

"Ini area sekolah Arka" cicit Mellody lagi karna Arka seperti masih belum ada niat melepaskan pelukannya.

"Sebentar lagi deh, aku kan lagi seneng sayang" balasnya santai.

"Apaan sih, kamu lama lama jadi kayak kak Zio" protes Mellody.

"Ada masalah?" Tanya Arka sembari menampakkan senyum jahilnya. Membuat Mellody memutar bola matanya kesal.

"Sangat sangat ada masalah" ketus Mellody.

"Terus kamu mau di panggil apa? Baby? Honey? Cinta? Sweetheart?" Pertanyaan beruntut itu keluar dari mulut Arka. Mellody kembali diam, ia tak bisa membayangkan jika ia di panggil dengan sebutan sebutan alay seperti itu.

Tapi belum sempat Mellody menyahuti omongan Arka, ia sudah mendengar bell masuk. Jelas saja membuat gadis itu panik.

"Astaga! Kita kan ada ulangan" jerit Mellody histeris sambil beranjak dari kursinya dan pergi meninggalkan Arka begitu saja. Tidak memperdulikan Arka yang sudah memanggil manggil namanya berulang kali.

Arka hanya tersenyum simpul. Mengamati kepergian gadis yang disayanginya itu. Entah mengapa gadis itu bisa membuat Arka segila ini.

Apa semua orang juga akan seperti ini jika sudah berhadapan dengan ... cinta?

***

Haii..
maaf sekarang jadi jarang nongol :|

Makasih buat yang sudah setia baca dan Vote :*

MelodyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang