Chapter 21

1.1K 82 0
                                    

Mellody memelankan langkah kakinya saat melihat Oliv sedang berdiri di ujung koridor. Bersandar di salah satu tiang sambil melipat tangannya di depan dada. Menunjukan kesan angkuhnya yang selalu ia gelar semala ini. Matanya sejak tadi juga tertuju pada Mellody. Seolah sedang menunggu mangsanya itu datang.

"Mau muter jalan aja?" Tawar Tasya karna merasa akan ada pertarungan hebat antara kedua gadis itu. Dengan cepat Mellody menggeleng.

"Gak usah, kita lanjut jalan aja" tolak Mellody halus.

"Ta-tapi disana ada Oliv" Tasya mulai gelagapan. Oh tuhan.. sepertinya hari ini ia akan melihat drama sekolah kembali.

"Itu bukan jalan nenek moyangnya kan? Buat apa takut sama dia" canda Mellody santai untuk mencairkan ketakutan Tasya. Mellody kembali melanjutkan langkahnya disusul Tasya walau masih dengan langkah ragu.

Tepukan tangan dari Oliv itu seketika terdengar saat mereka berdua berjalan tepat di depan Oliv. "Hebat.. hebat" tutur Oliv yang entah apa maksudnya.

"Berani juga kalian lewat sini" lanjut Oliv masih disertai senyum liciknya. Sementara Tasya memilih menggenggam tangan Mellody untuk menahan rasa takut yang menyerangnya secara tiba tiba ini.

"Ada masalah?" Tanya Mellody santai. Kali ini ia membalikkan tubuhnya agar berhadapan dengan Oliv.

"Ada.. ini masalah Zio" jawab Oliv tak kalah santai. Sebenarnya Mellody bisa saja meninggalkan obrolan tak jelasnya bersama Oliv ini. Tapi jika ini menyangkut Zio, mungkin ini akan penting.

"Gue denger dari anak anak, Zio itu bukan gebetan atau temen deket lo. Tapi Zio itu kakak lo kan?" Sambung Oliv. Mata Mellody membulat sempurna. Dari mana Oliv tau? Argh, sial!!

"Jangan pasang wajah sok polos lo itu!! Gue udah tau kalau lo adik Gio sama Zio. Gue akuin acting lo selama ini berhasil. Tapi gagal didepan gue" gertak Oliv.

"Apa untungnya jika kamu tau aku dan kak Zio saudara? Gak ada kan?" Ujar Mellody sinis.

"Great, akhirnya lo ngakuin juga. Dan itu mempermudah gue buat hancurin lo" tutur Oliv sembari menepuk nepuk bahu Mellody.

"Mau kamu apa sih? Mau aku ada di posisimu? Oke, tapi jangan sakitin kak Zio" kata Mellody menepis tangan Oliv dari bahunya. Tepukan di bahunya itu bukan tepukan persahabatan melainkan tepukan mengejek.

"Tenang, giliran lo buat gue sakitin itu terakhir. Setelah gue sakitin orang orang di sekitar lo" ujar Oliv menampakkan senyuman iblisnya. Mungkin benar jika ia adalah titisan iblis.

"Kalau kamu berani nyakitin mereka. Aku gak akan segan buat nyakitin kamu" tegas Mellody yang terdengar seperti sebuah peringatan. Oliv tertawa mendengus. Ia tak gentar dengan gertakan Mellody. Baginya peringatan itu sebuah tantangan untuk selalu menyakiti orang orang di sekitarnya.

"Oke, just wait and see" ucap Oliv lalu pandangan matanya tertuju pada Tasya yang sejak tadi bersembunyi di balik Mellody. Ia menarik tubuh Tasya begitu saja kemudian mengguyurkan air dari minuman yang sejak tadi ia bawa. Menumpahkan dari puncak kepala dan sukses membuat tubuh gadis malang itu basah kuyup.

"See? Itu artinya gue takut sama gertakan lo!" Lanjut Oliv dan pandangan tajamnya disambut juga pandangan tajam dari Mellody. Melihat nasip sahabatnya itu, Mellody tak tinggal diam. Ia mengambil minuman kaleng dari siswi yang tak jauh dari tempatnya berdiri. Siswi yang mungkin juga melihat aksi brutal Oliv.

"Gak baik buang buang rejeki dari tuhan. Nih, biar aku ganti minuman kamu yang tumpah" tutur Mellody kemudian minuman kaleng yang tadi ia bawa, ditumpahkan di puncak kepala Oliv. Persis seperti yang Oliv lakukan pada Tasya. Jadi ini seri kan?

Semua murid yang melihat kejadian itu memekik kaget. Tak percaya pada tindakan Mellody yang ternyata bisa menandingi sifat penindas Oliv. Sifat cadas yang selama dua tahun ini menjadi momok bagi murid di sekolahnya. Tak ada yang berani melawan Oliv. Mungkin jika ada, orang itu akan berakhir dengan bullying selama masa putih abu abunya. Dan itu bisa dipastikan tak akan tenang.

"Ini namanya impas, seri, satu sama. Ya kan?" Sambung Mellody disisipi senyum manisnya. Oliv menggertakkan giginya geram. Apa pun akan ia lalukan asalkan ia melihat gadis di depannya ini sengsara.

"Kamu ke toilet gih, biar aku cari baju ganti ke ruang BP" bujuk Mellody beralih pada Tasya yang masih dalam posisi diamnya. Gadis itu hanya mengangguk lalu meninggalkan Mellody begitu saja.

Baru satu langkah Mellody melangkahkan kakinya. Ia kembali membalikkan badan, menghadap Oliv yang masih mematung di tempat dengan keadaan basah kuyup.

"Nih" kata Mellody sembari menyodorkan sapu tangannya ke Oliv.

"Buat apa? Jangan sok care!!" Ujar Oliv sinis. Sementara Mellody malah memutar bola matanya. Ia tak mengerti jalan pikiran Oliv. Ia selalu minta perhatian tapi saat dia di perhatikan malah mengomel tak jelas.

"Buat ngelap muka cantik yang selalu kamu bangga banggakan itu" ucap Mellody disertai kekehan kecilnya. Ia masih berusaha menyodorkan sapu tangan pada Oliv. Oliv kembali mematung karena melihat tingkah Mellody yang seolah tiada beban padahal sejak tadi Oliv selalu berusaha memancing emosi Mellody.

"Maaf ya" sambungnya kemudian meninggalkan Oliv yang masih mematung. Walau Mellody puas dengan tindakannya, tapi di satu sisi ia merasa bersalah karna tak seharusnya berbuat seperti tadi. Api tak harus dibalas dengan api kan?

Gue yang cari masalah, dia yang minta maaf?

Batin Oliv yang masih mengamati punggung Mellody dari kejauhan dan menghilang di tikungan koridor.

°°°

Authornya yang buat aja ngepenss ama Mellody, wkwk =))

Thanks yang sudah baca ;)

MelodyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang