Chapter 4

1.8K 90 0
                                    

Arka mengamati gadis itu dari belakang. Gadis yang sejak tadi membuat Arka keheranan karna sifatnya yang ternyata bisa berubah menjadi penindas dengan kata katanya saja. Sejak kejadian di kantin tadi, Melody menjadi lebih pendiam di kelas. Dan kini, sepulang sekolah ia tiba tiba menghilang. Untung saja Arka berhasil menemukannya di balkon sekolah.

Arka bingung dengan langkahnya sendiri. Disatu sisi ia ingin menemani gadis itu. Namun disisi lain ia merasa gadis itu perlu waktu untuk sendiri.

Walau jarak mereka bisa dibilang cukup jauh. Tapi Arka dapat melihat dengan jelas bahwa kali ini, Melody sedang melipat lipat kertas menjadi sebuah pesawat. Ia menerbangkan pesawat kertasnya itu secara asal. Arka tau kemana pesawat kertas itu akan mendarat. Taman sekolah.

"Aku tau kamu disini, kebiasaan kamu sejak di SMP memang gak pernah berubah" ujar seseorang yang tiba tiba saja duduk di samping Melody dengan santainya. Melody masih memandang lurus ke depan.

"Mau apa kamu kesini?" Tanya Melody. Terlihat jelas nada tak sukanya. Gadis itu mulai bangkit dari posisi duduknya.

"Kamu atau aku yang pergi?" Tawar Melody tanpa basa basi.

"Kita perlu bicara" ujar sang lawan bicara. Sasa, gadis itu masih saja berusaha menemui Melody sejak kejadian di kantin tadi. Sementara Arka masih mengamati mereka dari kejauhan.

"Aku yang pergi" kata Melody lalu pergi begitu saja. Sasa hanya terdiam di tempat. Tak berkutik sedikitpun. Hanya mampu mengamati kepergian 'mantan' sahabatnya itu. Sasa rasa ini memang balasan yang setimpal untuk kebodohannya di masa lalu. Mengorbankan sahabatnya sendiri demi kecemburuan sesaat. Mungkin hukum karma sedang berlaku untuknya saat ini.

"Sebenarnya apa masalah kalian?" Tanya seseorang dari belakang, setelah kepergian Melody. Refleks, Sasa menoleh dan mendapati seorang lelaki sedang bersandar di tiang yang tak jauh dari tempatnya duduk. Lelaki cool, yang bisa dibilang memiliki banyak penggemar di sekolah.

"Tingkahku yang seperti anak kecil, yang membuat aku kehilangan sahabatku" jawab Sasa yang entah apa maksudnya.

"Aku gak heran kalau dia marah sama aku, mungkin jika aku jadi dia, aku juga akan lakukan hal yang sama" sambung Sasa lagi setelah keheningan melanda mereka beberapa saat. Arka mulai mendekat dan duduk di samping gadis itu.

"Gue gak ngerti maksud lo" timpal Arka jujur karna sedari tadi pembicaraan Sasa melenceng kemana mana. Arka dapat mendengar dengan jelas hembusan nafas dari gadis di sebelahnya itu.

"Dulu, aku dan Melody sahabat sejak kecil. Keluarga dia baik banget sama keluarga aku. Kadang aku sering minder kalau lagi jalan sama dia. Dia sempurna, tapi aku??" Sasa menarik nafas sesaat sebelum memulai ceritanya kembali.

"Melody cantik, baik, kaya, pinter, punya banyak bakat. Awalnya aku senang bersahabat dengannya, tapi bodohnya aku yang dengan mudah termakan omongan dari Oliv" lanjut Sasa dengan suara parau karna ia sedang susah payah menahan tangisnya saat ini.

"Waktu itu Melody akan ikut lomba debat bahas inggris antar SMP, aku tau gimana dia yang udah susah payah mengumpulkan materi untuk lomba debat. Tapi akhirnya aku ambil materi itu dan aku kasih ke Oliv yang notabene sebagai rival Melody" Sasa menundukkan kepalanya. Menyembunyikan air matanya bisa kapan saja jatuh.

Hening~

Arka dan Sasa sibuk dengan pikiran mereka masing masing. Walau Sasa tak menjelaskan dengan jelas tapi Arka tau inti permasalahan mereka.

"Udah lah, itu biar jadi urusan aku. Omong omong, kamu suka sama Melody?" Tanya Sasa secara tiba tiba.

"Kenapa tanya gitu?" Tanya Arka balik. Sasa hanya terkekeh kecil.

"Melody itu bukan orang yang gampang deket sama cowok, kalau dia udah deket biasanya dia suka sama cowok itu" terang Sasa. Benarkah? Tapi jika itu benar ada sedikit harapan bagi Arka untuk mendapatkan Melody.

"Ya, gue suka dia" kata Arka jujur. Dan Sasa hanya tersenyum tipis lalu bangkit dari duduknya.

"Udah sore. Aku duluan ya" pamit Sasa. Arka mengikuti langkah gadis itu, menuruni tangga karna ia juga akan pulang. Mengingat langit yang mulai mendung.

Langkah Sasa dan Arka terhenti di tengah tangga. Mereka bertemu dengan lelaki yang kini sedang mengatur nafasnya karna berlarian menaiki tangga.

"Lo dari balkon?" Tanya Davin pada Arka. Mereka sudah saling mengenal. Karna mereka satu tim futsal.

"Ya" jawab Arka singkat.

"Tau siapa yang nulis ini?" Tanya Davin lagi sembari mengeluarkan kertas dari dalam sakunya. Kertas yang tadinya berbentuk pesawat. Dan Arka tau betul pemilik kertas itu.

"Tau" sahut Arka seadanya. Ia dan Davin memang jarang mengobrol selain urusan tim futsal.

"Kemana dia?" Davin sesekali menghapus peluh yang menetes di keningnya.

"Udah pulang"

Tanpa basa basi lagi, Davin berbalik arah meninggalkan Arka begitu saja.

"Sepertinya Melody gak akan semudah itu kamu dapatkan" celetuk Sasa dari belakang Arka setelah kepergian Davin. Alis Arka tertaut. Bingung dengan ucapan Sasa.

"Davin, orang yang spesial Melody...... dulu" sambung Sasa.

Spesial? Siapa Davin?

••••••

Haiiii.. part yang ini terlalu panjang gak sih?
Hehe :D

Kritik dan Vote ya sobat :*
({})

MelodyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang