Chapter 25

1.1K 78 3
                                    

Mellody melangkahkan kakinya secara cepat. Tiba tiba saja bulu kuduknya merinding saat melewati koridor yang sudah sepi ini sendirian. Tak ada murid murid yang berkeliaran seperti biasa. Karna ini memang sudah lebih dari jam pulang sekolah.

Jika ada yang bisa disalahkan atas keterlambatannya ini. Mungkin ia akan menyalahkan bu Vania yang meminta Mellody mengkoreksi ulangan milik teman teman dari kelas lain. Percayalah itu tidak sedikit.

Ia melirik jam yang melingkar di tangan kirinya. Menunjukan pukul 4 sore. Ah, terkadang menjadi murid berprestasi di sekolah itu menyusahkan.

Mellody sesekali menengok ke belakang. Sungguh, sejak tadi ia merasa ada yang mengikutinya. Memang masih ada siswa yang belum pulang di jam segini? Atau jangan jangan itu........

"Mellody" sapa seseorang dari belakang dan sukses membuat gadis itu berjingkat kaget.

"Woaaa" pekik Mellody refleks. Gadis itu menutup matanya. Ia belum berpengalaman sama sekali untuk melihat penampakan atau semacamnya. Kira kira bagaimana wujudnya? Setan ada yang ganteng gak sih? Ada yang kayak mario maurer gitu? *ApaIni

"Ini aku Mel" kata seseorang dengan suara bass'nya. Perlahan Mellody membuka matanya. Mengamati dari bawah. Setidaknya ia memastikan bahwa lawan bicaranya benar benar menapak tanah. Itu berarti dia masih berhadapan dengan manusia.

"Uh, kamu bikin aku kaget. Aku kira kamu...." omel Mellody yang membuat lelaki itu terkekeh. Ia jarang sekali melihat Mellody dengan ekspresi seperti itu. Yang ia tau hanya ekspresi polos tanpa dosa yang sukses membuat ia jatuh cinta.

"Kamu kira aku hantu?" Goda sang lawan bicara semakin membuat pipi Mellody memerah. Hantu? Ayolah, pikiran Mellody sepertinya sudah semakin aneh akhir akhir ini.

"Mana ada hantu seganteng aku" aku Davin membanggakan diri. Membuat gadis itu memutar bola matanya. Davin sudah mulai kambuh penyakit PDnya.

"Yayaya, terserah lah. Kenapa kamu disini? Belum pulang?" Tanya Mellody mengalihkan perhatian. Sementara kini malah Davin yang terlihat salah tinggah. Ia berulang kali menampakkan senyum kikuknya sambil menggaruk tengguknya yang tak gatal.

"Belom. Aku, emm... nungguin kamu" balas Davin gelagapan. Mellody menaikkan sebelah alisnya. Apa akhir akhir ini semua lelaki menjadi aneh? Kemarin Arka, sekarang Davin.

"Ada perlu apa?" Tanya Mellody santai.

"Aku cuma.... mau bilang sesuatu" jawab Davin yang kini mulai terlihat serius. Mata elang milik lelaki itu menatap lekat manik mata almond milik Mellody. Gadis itu masih setia dalam posisi diamnya. Menunggu Davin untuk melanjutkan kata kata.

"Aku masih sayang sama kamu" kata Davin dengan cepat. Persis seperti yang dilakukan Arka waktu itu.

Hening~

Keduanya sama sama belum berani memulai pembicaraan. Canggung? Pasti.

"Perasaan kamu sekarang gimana?" Tanya Davin yang akhirnya memecah keheningan diantara mereka berdua. Kini giliran Mellody yang gelagapan.

"Maksudnya, perasaan kamu ke aku" ralat Davin membenarkan kalimat sebelumnya.

"Aku bingung sama perasaan aku sendiri" terangnya jujur. Gadis itu memilih mengalihkan pandangannya pada Davin. Ia benar benar bingung sekarang.

Tiba tiba saja ia merasa tarikan para tubuh mungilnya memojok di dinding. Lengan kekar Davin itu sudah berada tepat di samping kepala Mellody. Membuat gadis itu menahan nafasnya karna jarak mereka yang terlampau dekat.

Keduanya sama sama terdiam. Sibuk meneliti setiap detail poros wajah lawan bicaranya masing masing. Tanpa sadar semakin lama wajah Davin semakin mendekat. Memicu detak jantung keduanya yang semakin tak terkontrol.

MelodyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang