Chapter 12

1.3K 88 0
                                    

Disinilah mereka sekarang. Ketiganya duduk di balkon setelah pulang sekolah. Melody, Sasa dan Davin. Tak ada yang tau tentang pembicaraan mereka saat ini termasuk Arka. Melody harus berbohong pada lelaki itu bahwa dirinya saat ini sedang ada urusan mendadak. Jadi mereka tidak bisa pulang bersama.

"Jadi apa?" Tanya Melody memulai pembicaraan. Sebenarnya ia tidak suka berada dalam situasi canggung seperti ini.

"Aku minta maaf Mel. Aku tau kamu gak semudah itu maafin aku, tapi aku bener bener minta maaf. Aku---" ucapan Sasa itu terhenti karena saat ini gadis itu sedang menahan isak tangisnya. Melody membuang pandangan ke sembarang arah. Asalkan bukan ke gadis itu. Hatinya bisa dengan mudah luluh jika melihat situasi yang seperti ini.

"Aku kangen kita yang dulu. Maafin karena aku yang terlalu egois. Aku cuma iri sama kamu yang sempurna, sedang kan aku? Maafin aku Mel, aku yang salah. Kamu boleh suruh aku ngelakuin apa aja asal kamu maafin aku" tutur Sasa dan terdengar jelas suara isakan isakan yang membuat Melody miris mendengarnya. Melody tidak tau harus berbuat apa saat ini. Ia sangat ingin memaafkannya namun hati kecilnya berkata semua tidak semudah itu.

"Aku kangen semua tentang kamu Mel. Saat kamu marahin aku gara gara aku terlalu gampang ditindas orang lain, saat kamu selalu belain aku disaat orang lain selalu bully aku, saat kamu selalu panggil aku sebagai... sahabat kamu" sambung Sasa lagi dan kali ini berhasil membuat Melody menatap ke arahnya. Sasa sedikit kaget saat melihat gadis itu.

Sejak tadi ia mengalihkan pandangan darinya karena ia sedang menahan tangis. Dan kini, pertahanan Melody runtuh bergitu saja. Perlahan lahan, air mata itu turun dari pelupuk mata indah Melody.

"Aku akan memaafkanmu, tapi jika kamu berhenti menyakiti dirimu sendiri dengan cara berhenti menjadi teman Oliv" lirih Melody walau dengan suara parau. Sasa menggangguk disertai senyum tulusnya. Ia sudah bisa sedikit bernafas lega sekarang. Karena setidaknya Melody masih memperdulikannya.

"Baik, Aku akan berhenti menjadi temannya walau mungkin aku akan kembali ditindas" terang Sasa terdengar sedikit nada ketakutannya sekarang. Melody mengelap sisa air mata yang terjatuh di pipinya lalu menatap Sasa tajam.

"Gak akan ada yang berani nindas kamu lagi" sahut Melody cepat.

"Karena gak akan ada yang berani nindas sahabatku" sambung Melody. Membuat Sasa mematung di tempat dan mencerna semua omongan Melody. Sedetik kemudian keduanya tersenyum.

"Ma-maksud kam-mu?" Sasa sedikit gelagapan.

"Kan kita sahabat" balas Melody sambil terkekeh geli. Walau sejak tadi Davin berada disini dan tak terlibat dalam perbincangan ini. Namun ia juga ikut bernafas lega sekarang.

Keduanya kembali terdiam dan melirik ke arah Davin. Davin hanya bisa tersenyum tipis sambil menggaruk tengkuknya yang tak gatal. Jujur, ia tidak tau harus berbicara apa pada Melody saat ini. Melihat Melody yang kini tak lagi menjauh darinya saja sudah lebih dari cukup.

Melody tiba tiba membeku saat tubuhnya tertarik ke depan dan membawanya di dekapan Davin. Ia ingin melepaskannya, sebelum akhirnya ia mendengar bisikan dari Davin.

"Biarin aku meluk kamu sebentar Nad. Karena aku gak tau harus ngomong apa. Hidupku hancur setelah kamu pergi, setelah aku kehilangan Nada yang aku punya" kata Davin. Jujur, Melody merindukan pelukan ini. Pelukan yang mampu membuatnya nyaman.

Tanpa sadar Melody membalas pelukan Davin dan menangis dipelukannya. Mengapa ia menjadi sangat cengeng sekarang?

"Mengingatmu udah bikin aku sakit Vin, sakit banget malah. Jujur, aku belum siap buat ketemu kamu. Tapi Tuhan punya rencana lain" ucap Melody disela sela tangisnya. Davin mengelus puncak kepala Melody lembut. Bukan hanya Melody yang tersakiti disini, namun lelaki itu pun juga.

"Sama seperti Sasa, aku kehilanganmu karena ke egoisanku" tutur Davin semakin mengeratkan pelukan mereka.

"Aku sudah memaafkanmu" ujar Melody membuat Davin mengendurkan pelukan mereka dan menatap gadis itu tajam.

"Apa itu artinya..??" Tanya Davin menggantung.

"Bukan. Aku sudah memaafkanmu tapi bukan berarti hubungan kita seperti dulu" jawab Melody sambil disertai senyum tulusnya. Terlihat kini Davin membuang nafasnya jengah. Mata elangnya berubah sayu.

"Aku bukan Nada kamu lagi. Tapi kamu bisa anggap aku Melody, sahabat kamu yang kamu butuhin kapan pun" Melody mengembangkan senyum manisnya. Senyum yang bisa membuat Davin jatuh cinta.

"Tapi kamu Nada, milikku" tegas Davin keras kepala. Ia belum bisa terima jika Nada yang ia kenal, kini memperkenalkan dirinya kembali sebagai Melody.

"Kamu bisa cari Nada yang lain. Yang lebih mempunyai banyak not dibanding aku. Yang bisa membuat hidup kamu lebih mengeluarkan banyak irama" terang Melody lagi lagi dengan santainya.

"Kita bisa menjadi sahabat. Aku, kamu, Sasa, dan Arka" sambung Melody lagi. Walau kini Davin mengangguk namun dalam hati kecilnya berteriak bahwa ia menginginkan lebih dari sekedar sahabat.

Karna bukan peran sahabat yang sejak awal ia mau.

•°•°•°•°•°•°•

Kalau ada typo harap dimaklumin aja lah yaa :D

Fyi, aku punya cerita baru lhoo :) judulnya 'true love' dibaca yaa ;)

Jangan lupa Vote dan Comment yaa teman :)

MelodyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang