Tak mungkin ada sesosok gadis kecil berwajah pucat berdiri di sana, apalagi melambaikan tangan seolah meminta perhatian.
"Jangan!" pekikku panik. Firasatnya merasakan hal buruk yang hendak terjadi. Tempat ini mungkin semacam jebakan.
Entah apa yang merasuki pikiran Karin. Gadis itu tiba-tiba saja merangsek masuk ke dalam ruangan. Lengannya terjulur hendak menggapai [kotak].
Baruna, Iman, dan Riuja sempat bereaksi. Mereka mungkin melihat apa yang kulihat saat ini.
Iya, selain [kotak] misterius dan MG berwujud perempuan tadi, di samping Karin ada sesosok makhluk berukuran besar muncul begitu saja dari ketiadaan. Kenapa aku tidak menyadarinya?!
Manusia setengah hewan—apa pun itu, aku tak bisa mengidentifikasi sulur aneh di bawah tubuhnya—berdiri tepat di samping Karin.
Karin terlihat bingung. Dia sama sekali tak sadar kenapa bisa berdiri mematung di sana.
Sungguh, orang awam tak akan pernah tahu, bahwasanya di dekat dia ada sosok menyeramkan dengan tanduk di atas kepala.
Tapi tunggu dulu, kenapa kepalanya terlihat seperti banteng? Dua tanduk itu mengacung tinggi. Bagian tajamnya meruncing seperti ujung tombak melengkung membentuk lingkaran.
Segalanya berubah kacau. Kesunyian yang mereka nikmati hancur berganti oleh ambruknya gua.
Sedetik setelah ketiga pria itu masuk ke sana, tiba-tiba saja lantai berubah retak. Lalu hancur serapuh kaca dihantam martil. Semua orang panik kehilangan pijakan.
Lantai berpasir tempatku berdiri ikut terkena imbasnya. Seketika aku jatuh terpeleset jatuh hilang keseimbangan. Seluruh lantai roboh membentuk lubang persis seperti sinkhole.
Tidak, ini memang sinkhole. Fenomena alam akibat runtuhnya ruang di bawah tanah.
Lantai di seisi ruangan jatuh membentuk corong.
Empat orang lenyap begitu saja, tertelan jatuh ke dalam kegelapan.
Aku akan jatuh.
Batinku bergidik seketika. Empat orang lenyap begitu saja, tertelan jatuh ke dalam kegelapan. Lalu ke mana [kotak] tadi? Dua makhluk gaib tadi juga sekarang tidak terlihat keberadaannya.
Sungguh, ruangan ini benar-benar sebuah jebakan. Seharusnya aku menyadarinya sejak awal.
Sulit bagiku untuk menentang hukum gravitasi. Tak peduli seberapa kuat lenganku meraih segala sesuatu. Jemariku gagal mendapatkan cengkeraman atas pasir-pasir ini. Tubuhku tak berdaya merosot jatuh tepat menuju lubang gelap di bagian tengahnya. Tak ada yang bisa kulakukan selain menjerit frustrasi mengharap keajaiban.
"Len..!" benakku panik memanggilnya mengharap pertolongan.
Tubuhku melayang jatuh. Aku bersumpah, langit-langit gua di tempat tadi tiba-tiba saja ambruk. Andai aku bertahan di sana, sepertinya tubuhku akan tergencet dikubur hidup-hidup.
Segalanya menjadi gelap
Ke mana lubang ini akan mengarah?
Oh iya, aku masih memiliki senter portable ini. Benda itu seharusnya anti air.
Hanya ada bebatuan memantulkan silau senter di dadaku. Pantatku terasa sakit kala menggesek bebatuan basah. Tubuhku masih saja meluncur jauh ke bawah tanah, menyusuri lorong sempit, persis seperti wahana perosotan di kolam renang.
Apa aku akan mati? Bagaimana caranya keluar dari sini?
Dingin.
Tubuhku tercebur ke dalam sungai bawah tanah..
KAMU SEDANG MEMBACA
Aku (Bukan) Perempuan..!
Teen FictionFuckboy laknat kena karma dikutuk menjadi perempuan.