Apa barusan aku tertidur?
Kepalaku menyandar di bahu Riuja entah sejak kapan. Maka buru-buru aku menegakkan leher, kembali ke posisi semula seraya berusaha menjaga jarak.
Bisa-bisanya aku sedekat itu dengan lelaki lain selain Lenka.
Tapi aku tertidur tanpa disadari, mungkin itu hal wajar. Sejak awal, kami berdua senantiasa dicengkeram oleh situasi hidup dan mati. Siapa pun pasti akan dihadapkan pada keletihan mental dan fisik.
Udara di sini memang dingin, jadi kami berdua memutuskan untuk beristirahat seraya duduk menikmati hangatnya perapian. Kedua lenganku memeluk lutut sekadar untuk mencari kenyamanan.
Kulihat Riuja juga sama-sama melamun.
"Hey, Riuja," ucapku mengawali percakapan kosong. Sorot mataku masih gamang mengawang pada kobaran api unggun.
Pria itu menatapku tanpa mengubah sedikit pun posisi tubuhnya.
"Kamu percaya reinkarnasi?"
Dia menggeleng pelan. "Orang yang meninggal, kemudian terlahir kembali?"
Aku mengangguk. "Aku..., kurasa aku baru saja ingat akan kehidupanku yang sebelumnya."
Barulah Riuja mengubah caranya duduk. "Kamu ingat dirimu sebelum lahir sebagai dirimu yang sekarang?"
"Tapi di masa lalu aku juga masih bernama Maria."
"Wow, lalu kamu ingat perawakan wajahmu sendiri? Apa sama persis dengan dirimu yang sekarang?"
Kujawab pertanyaan itu dengan sebuah anggukan lainnya. "Dan yang lebih aneh lagi..., hidupku saat itu bukanlah di dunia ini— di tempat yang disebut dengan Bumi."
Butuh beberapa saat bagi Riuja untuk mencerna ucapanku barusan, "Kamu reinkarnasi dari alien?"
Aku nyaris dibuat meledak tertawa, "Alien? Bukaaaan."
"Lho, terus? Tadi kamu bilang bukan dari Bumi?"
Napasku menghela sejenak, berusaha menyusun kata-kata untuk menjelaskan konsep kompleks yang berputar di kepalaku saat ini. "Mungkin lebih tepat disebut makhluk interdimensional."
"Interdimensional?" ucapnya membeo.
"Secara teknis masih planet Bumi, tapi terletak di ruang dimensi yang berbeda. Orang awam biasa menyebutnya dengan Alam Gaib."
"Tunggu dulu sebentar," ia mengurut kening, "Kamu bilang alam gaib? Dulu kamu hidup sebagai lelembut?"
"Yah..., mungkin bisa dibilang begitu. Kamu pernah mendengar soal Merkayangan?"
Riuja menggelengkan kepala.
"Kalau soal Padang 12 di Ketapang, Kalimantan?"
"Oh yang itu? Mitos soal orang Bunian?"
"Ada yang menyebutnya orang Limun, dan beragam julukan lain," ucapku menambahkan.
Riuja terlihat dipenuhi rasa penasaran. "Mitosnya, mereka punya kota tersembunyi di Padang 12, sebuah kota gaib yang mewah di daerah Ketapang, Kalimantan Barat."
"Iya, kota itu adalah salah satu dari Negara Merkayangan," tukasku menjelaskan. "Posisiku di kala itu adalah sebagai seorang putri dari keluarga kerajaan."
"Di sana pemerintahannya menganut sistem Monarki?"
"Benar."
Kala itu, kuingat aku mengenakan gaun biru muda dengan rok menjuntai hingga menyentuh lantai, pakaian ala Victorian dress memang senantiasa melekat pada keseharian. Tanpa sadar aku tertawa ketika menelusuri lebih jauh akan ingatan itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Aku (Bukan) Perempuan..!
Novela JuvenilFuckboy laknat kena karma dikutuk menjadi perempuan.