Bab IX : Guilty Pleasure

980 29 1
                                    

Detik jarum jam terdengar sayup memecah sunyi. Napasku terdengar lirih dalam redupnya ruangan.

Seorang gadis berambut panjang bergelombang menatapku dari balik cermin. Wajahnya terlihat kosong tanpa mengukir ekspresi.

Semilir sejuk dari AC menerpa kulit hingga terasa dingin. Tak ada sehelai pakaian pun yang tersemat pada tubuh molek penuh lekukan itu.

Masing-masing ujung jemariku meraba lembut permukaan dada kenyal nan halus. Aku bisa merasakan tekstur licin seperti kulit bayi. Sensasi geli tercipta sebagai respons atas sentuhan penuh arti.

Usapan itu luruh, jatuh menelusuri perut rata tanpa tumpukan lemak. Tak bosan rasanya aku menyaksikan bagaimana pinggul itu terlihat meliuk seperti pinggiran gitar. Bagian belakangnya terbungkus sempurna oleh belahan bokong kenyal. Lenganku terlihat menyilang, meresapi detail sisi pinggul menuju paha.

Tubuh perempuan ternyata indah dipandang.

Aku mendadak ragu ketika ditawari solusi untuk kembali menjadi seorang laki-laki. Apa batinku sudah bermetaformosis menjadi perempuan?

Seminggu sudah terlewati. Digoda seorang lelaki ketika sedang berjalan di kota sekarang tidak serta merta membuatku jijik. Hati kecil entah kenapa malah merasa senang. Apa mentalku berubah menjadi seorang homoseksual? Padahal biasanya, berada terlalu dekat dengan lelaki sudah cukup untuk membuatku tak nyaman.

Lantas kenapa sekarang aku menjadi bimbang?

Aku ingin hidupku kembali seperti semula. Hidup ketika aku bisa sepuasnya menebar pesona pada setiap wanita. Lidahku bisa leluasa mencium puting lembut menggemaskan milik mereka. Benda keperkasaanku juga bisa dipastikan sanggup menggagahi sebagai pejantan alfa.

Lenka bisa mengembalikan itu semua.

Tetapi, siapa dia sebenarnya?

Kudengar dia sahabat kecil Siska. Keduanya terbiasa hidup bersama, berbagi canda tawa, juga tinggal di rumah yang sama.

Lenka merupakan anak angkat dari keluarga besar Siska. Secara teknis mereka bisa dibilang saudara. Pun begitu, sejatinya tak ada hubungan darah di antara keduanya. Banyak gosip tentang hubungan mesra mereka. Sayangnya, itu semua tak berlangsung lama.

Hubungan mereka hanya bertahan sampai tahun kemarin, ketika aku masih kelas dua. Aku berada di kelas yang berbeda, jadi tak begitu paham dengan bagaimana kerumitan hubungan cinta mereka. Yang kudengar, Siska mendapat saingan berat ketika merajut kehidupan asmara dengannya.

Perempuan lain datang merebut Lenka darinya. Seorang gadis kota yang tak pernah Siska duga. Sosok jahat itu datang dari keluarganya sendiri, kakaknya sendiri, Fiani Maria. Mereka hidup terpisah akibat dua orang tua yang bercerai sejak lama.

Relung hati Siska digores oleh luka berupa trauma. Batinnya hancur setelah dikhianati perasaan cinta yang dipupuk sejak lama. Mungkin itu yang menjadi alasan kenapa ia bisa bersikap brutal seperti gorila.

Aku tahu ia menyukaiku, tapi sikapnya itu jauh dari kata perhatian dan malah ditunjukkan dalam bentuk permusuhan.

Sekarang, ketika aku diubah menjadi seorang perempuan, tingkah laku Siska kini malah terlihat seperti istri muda penuh kasih sayang. Aku tak pernah lepas dari pengawasannya. Di siang hari, kami selalu makan bersama. Ketika ada kebutuhan pergi ke kota, Siska dengan senang hati menemaniku dipenuhi wajah riang gembira.

Tiba-tiba saja aku menjadi takut. Aku tak mau seluruh keajaiban itu musnah, bersamaan dengan kembalinya jenis kelaminku menjadi laki-laki.

Jika aku kembali seperti sediakala, apakah perlakuan Siska akan tetap sama?

Aku (Bukan) Perempuan..!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang