Part 19

967 73 2
                                    

Ivan pov

Setelah membersihkan diri, ivan kembali ke ruang tengah rumah asha dimana disana sudah ada annais. Entah kenapa bisa ada annais disana.

"Udah selesai?" Tanya anais melihat ivan yang kini sudah duduk kembali di sebelah nya

"Maaf" satu kata keluar dari mulut ivan

"For what?"

"Aku ga ngabarin kamu seharian kemarin, aku ga jemput kamu. Dan pagi ini aku ga ngabarin kamu kalau aku ga jemput kamu" ucap ivan menundukan kepalanya

"Kamu kemana van?"

"A-aku..." ivan bingung haruskah ia jujur pada annais? "A-aku udah buat kesalahan an, aku yang salah"

"Kamu salah? Kamu ngapain? Salah apa?"

"A-aku terlalu yang terlalu posesif sama alisha, aku nyuekin dia, aku ngebentak dia, aku udah salah sama alisha gara gara ke egoisan aku sendiri"

Paham, annais kini paham. Ternyata ivan nya lagi lagi, posesif pada sahabat nya, lagi lagi ivannya cemburu pada sahabat nya. Walaupun annais paham dan mengerti, tidak salah bukan jika annais merasakan cemburu juga? Karena kekasih nya sendiri sebegitunya pada wanita lain?

Kurang pengertian apa annais selama ini dengan pertemenan mereka? Annais tidak masalah asalkan ivan tidak melupakan nya. Tapi kali ini ivan sudah melupakan annais.

"Sampe kapan van?" Ivan melirik annais, mengernyitkan dahi nya "sampe kapan kamu mau kaya gini? Aku bolehin kamu kan selama ini? Aku ga ngelarang kamu kan? Tapi jangan berlebihan. Selain kamu bakal bikin sahabat kamu jengah kamu juga bikin aku cemburu van. Boleh kan aku cemburu kalau kamu sampe lupain aku kaya kemarin? Wajar kan van?"

"An?"

"Aku gatau kali ini masalah kamu apa sama alisha. Tapi, liat kamu sampe kaya gini aku juga ikutan sakit van, kamu rela sakit cuma karena masalah kalian. Iya tau kalian sedeket itu. Tapi bisa jangan berlebihan? Kurang pengertian apa aku selama ini?"

"Maaf an. Aku tau, aku salah. Aku gabisa kontrol ego ku sendiri. Maaf, aku punya kamu tapi aku juga takut kalau sahabat aku di ambil orang lain Aku takut alisha ninggalin aku an, aku gabisa"

"Ga ada yang ninggalin kamu ivan. Alisha akan tetap dan selalu jadi sahabat kamu. Tapi bisa perlakukan sahabat kamu selayak nya sahabat? Perlakukan aku kamu sebagai kekasihmu? Aku ada larang ga selama ini kamu deket sama alisha? Aku protes ga kamu juga sayang sama sahabat kamu? Ada ga?"

Ivan menggelengkan kepalanya. Ia merutuki dirinya sendiri. Kini tak hanya menyakiti shabat nya ternyata dirinya juga menyakiti kekasihnya.

"Aku gabakal larang kamu sahabatan sama alisha van. Aku tau sesayang apa kamu sama alisha, aku pun juga sayang sama dia. Tapi bisa sewajar nya aja kan?"

"Aku minta maaf an. Aku bakal berusaha buat berubah. Aku bakal belajar untuk ga egois lagi. Aku benar benar minta maaf karena udah lupain kamu kemarin. Aku minta maaf kalau nimbulin rasa cemburu di dirikamu. Aku cuma khawatir karna alisha pergi gitu aja dan ga ngabarin apa apa an. Aku juga boleh khawatir sama sahabat ku kan an?"

"Aku ga nyalahin kamu kalau kamu khawatir sama alisha. Tapi tolong jangan sampe kaya gini, lupa sama aku dan sampe sakit. Aku juga sakit liat kamu sakit" kini suara annais sudah bergetar

Ivan menarik tubuh annais untuk dipeluknya

"Maaf sayang aku minta maaf"

"Selasaiin masalah kamu sama alisha, aku juga gamau kalian berantem. Intropeksi diri kamu, belajar untuk ga egois lagi, belajar untuk ga kekang alisha lagi. Jangan lupain aku kaya kemarin lagi" annais tidak lagi sanggup membendung air matanya

"Iya sayang aku bakal belajar. Kamu jangan nangis"

Annais melepaskan pelukan ivan, menghapus air mata nya.

"Makan dulu ya" annais mengambil mangkuk yang berisikan sup ayam di atas nampan

"Suapin"

"Iyaa aku suapin"

Annais menyuapi ivan dengan telaten. Tak lupa annais membantu ivan meminum obat, obat yang sudah alisha pesankan pada mbok siti sebelum dirinya berangkat sekolah.

Setelah memastikan ivan di rumah alisha. Annais pamit karena ia harus kesekolah, sudah terlambat memang. Tapi annais tetap datang kesekolah karena hari ini ia ada ulangan.

Ivan mengatakan jika dirinya akan dirumah alisha dulu untuk ber istirahat, sekalian ingin menyelesaikan masalah nya dengan alisha.

Ivan benar benar merutuki dirinya atas kesalahan nya sendiri yang cemburu tidak tau tempat. Tidak hanya menyakiti satu wanita melainkan dua hati wanita yang sudah ivan buat sakit

Ivan tak ingin kehilangan kedua perempuan itu. Ivan menyayangi kedua nya. Annais yang selalu mengerti akan dirinya dan alisha tempat untuk ivan menggantungkan hidupnya.

Sembari beristirahat dirumah alisha, ivan juga menunggu kepulangan alisha. Tapi hingga sore pun alisha tak kunjung pulang. Ivan sudah beberapa kali menelvon dan mengirim pesan tapi nihil taka ada balasan satupun dari alisha

Hingga, ivan mendengar suara mobil yang baru datang membuat ivan melebarkan senyumannya.

"Pasti alisha" ucap nya

Ivan menunggu alisha di ruang tengah. Merapikan dirinya, sudah siap untuk meminta maaf pada alisha

"Assalamualaikum" bukan suara lembut alisha tetapi suara berat laki laki yang terdengar

"Ivan menoleh saat seseorang yang baru saja masuk ke dalam rumah

Seketika senyum ivan memudar, ia pikir alishanya yang datang tapi ternyata

"Ivan"

"Bryan?"

Ya yang datang adalah bryan, ivan sempat berharap jika yang datang bersama bryan adalah alisha. Ekspresi ivan semakin menenggang saat melihat sosok yang datang bersama bryan. Dan ternyata bukan alisha

"Lo?"

His World (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang