Part 68

500 50 2
                                    

"Transplantasi sumsum tulang belakang, dok?" Anita dan ivan kini berada di ruangan dokter yang menangani kasus alisha.

"Kami sudah melakukan segala yang kami bisa dengan kemoterapi buk, namun kondisinya masih belum stabil. Sel kanker memang berkurang, tapi tubuh alisha masih terbilabg rentan. Dia bisa datang kapan saja dan bahkan bisa lebih ganas lagi"

Kemarin setelah menemani alisha melakukan kemoterapi yang di temani oleh sahabat sahabatnya yang lain. Seno datang menghampiri ke empat sahabatnya setelah pergi entah kemana.

"Van, aku bisa bicara sama kamu sebentar?" Bisik seno,

"Sebentar saja van, untuk alisha" pinta seno lagi, karena ivan seperti enggan mengiyakan ajakannya.

"Nau, ray gue titip alisha sebentar. Sayang, aku kedepan sebentar. Sama naura rayan dulu ya" ivan meninggalkan kecupan di dahi alisha sebelum ikut dengan seno.

"Apa ada masalah sen?"

"Dok, apa dengan ini alisha bisa benar benar sembuh?"

"Ini satu satu nya jalan keluar untuk menyelamatkan alisha dari kanker itu, mas ivan"

"Lakukan apapu untuk kesembuhan istri ivan dok"

"Jika memang itu jalan terakhir untuk kesembuhan anak saya, lakukan dokter" tambah anita.

"Cara ini memang peluanh terbaik untuk alisha, tapi itu tidak mudah. Kita harus mendapatkan pendonor yang cocok untuk alisha, dan untuk menemukannya tidak segampang itu" ucap sang dokter"

"Ivan tau pendonor yang cocok untuk alisha dok"

~

Setelah berbulan-bulan melakukan pengobatan dengan cara kemoterapi, tetapi tidak mendapatkan hasil yang bagus. Anita selaku sang ibunda dan ivan selaku suami alisha setuju dan sepakat untuk alisha melakukan transplantasi sumsum tulang belakang.

Hari yang ditunggu-tunggu akhirnya tiba. Dengan penuh harapan dan kecemasan, transplantasi sumsum tulang belakang alisha dijadwalkan hari ini.

Alisha duduk di ranjang rumah sakit, mengenakan baju operasi berwarna hijau pucat. Ruangan itu terasa sunyi, hanya terdengar suara mesin-mesin medis yang berdetak pelan di sekitarnya.

Seluruh keluarga dan sahabat sahabatnya sudah hadir dan menemaninya sejak pagi, mencoba memberi dukungan, meski kecemasan tak bisa disembunyikan dari wajah mereka.

Alisha merasakan campuran perasaan yang sulit dijelaskan—takut, cemas, tetapi juga ada harapan. Di dalam dirinya, ada keyakinan bahwa ini adalah kesempatan untuk sembuh, tapi bayangan prosedur yang rumit masih terus mengganggu pikirannya.

Sebelum dilakukannya operasi ini. Alisha sudah diberitahu dan di edukasi terlebih dahulu oleh dokter dan suster yang menanganinya.

"Dokter apakah ini akan menyakitkan?" tanya Alisha pelan pada dokter yang berdiri di samping ranjangnya, mempersiapkan segala sesuatu.

"Alisha tidak perlu takut ya, selama prosedur, kamu tidak akan merasakan apa-apa. Kamu akan dibius, dan kami akan memantau semuanya dengan sangat teliti." Dokter tersenyum meyakinkan, berusaha membuat Rina merasa tenang.

"Tapi dok, Bagaimana kalau tubuh alisha ternyata tidak menerimanya? Kalau donor ini tidak cocok?" Suara Alisha sedikit bergetar, menunjukkan kekhawatirannya.

"Kami sudah melakukan semua tes yang diperlukan, alisha. Donormu adalah kecocokan terbaik yang bisa kita temukan. Risiko selalu ada, tetapi kami akan melakukan yang terbaik untuk memastikan semuanya berjalan lancar." Dokter menatap Rina dengan penuh keyakinan.

His World (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang