"SAH"
Masih teringat jelas kalimat yang diucapkan dengan lantang oleh saksi dan beberapa orang yang hadir, ditelinga ivan.
Sambil memotong satu buah wortel tak henti hentinya ivan dibuat senyum senyum sendiri.
"Pantesan sup nya ga jadi jadi, wortel aja cape liat kamu senyum senyum terus dari tadi"
Entah sejak kapan alisha sudah berdiri disamping ivan yang tengah menyiapkan makan siang untuk mereka, kali ini alisha ingin memakan sup ayam. Pintanya kepada ivan.
"Astga. Sayang, kenapa kesini?"
"Sini. Dengerin" alisha meraih kepala ivan dengan lembut menuntunnya agar bisa mendengarkan suara di perutnya.
"Dengerin apa sayang? Suara dede bayi?"
Plak. Satu tamparan tidak terlalu keras mendarat di pipi ivan.
"Apaan bayi bayi. Kamu ga denger suara perut aku udah kelaperan ivan. Kalau kamu izinin aku masak. Dari tadi tuh ini udah selesai"
"Astag iya iya. Maaf ya sayang. Sebentar, ini sebentar lagi siap tinggal masukin worter aja. Sebentar ya cantik" ivan meninggalkan satu kecupan di pipi alisha singkat. Lalu kembali menuntun alisha untuk duduk di kursi ruang makan mereka.
Tak lama ivan sudah selesai dengan acara masak masaknya.
Jika ivan yang bertugas memasak. Kini giliran alisha yang menuangkan nasi dan lauk untuk dirinya dan ivan.
"Maaf ya sayang udah bikin kamu nunggu. Ayo dimakan sekarang" ujar ivan.
Biasanya ivan akan selalu menyuapi alisha dulu baru dirinya makan. Tapi hal itu sudah tidak lagi ia lakukan karena permintaan dari alisha sendiri.
Alisha tak ingin terlalu di manjakan karna kondisi nya saat ini. Untuk beberapa hal ivan menyetujuinya. Tapi untuk hal yang akan memicu alisha kecapean dan lagi sebagainya, tentu ivan tidak menyetujuinya.
"Mmm masakan suami alisha makin lama makin enak nih. Makin jago aja masaknya. Belajar dari siapa sih?" Puji alisha disela sela suapannya. tidak bohong. Masakan ivan makin hari semakin enak rasanya.
"Diajarin bunda sama mama dong. Ilmu nya aku jadiin satu, jadi nya double double enaknya. Terimakasi ya sayang" ivan mengecup singkat samping kepala alisha. Bentuk ucapan terimakasi, karena alisha dalam hal apapun selalu memuji dan mensuport apapun yang ivan lakukan.
"Aturan nya aku yang masakin kamu van"
"Iya nanti ya, setelah kamu sembuh. Kamu masakin aku setiap hari. Setiap aku mau makan. Aku ga akan mau makan selain masakan istri aku ini"
"Aku pasti sembuh kan van?"
Ivan menaruh sendok dan garpu miliknya. Begitu juga alisha. Pertanyaan ini sudah sering kali alisha lontarkan untuk nya.
"Sembuh sayang. Ivan akan usahakan apapun itu supaya alisha sembuh. Alisha yakin sama ivan kan? Selama ini apa yang engga ivan usahakan untuk alisha? Jadi stop bertanya seperti itu lagi. Karna alisha nya ivan pasti akan sembuh"
"Besok kita kemo ya van?"
"Iya sayang, besok jadwal nya. Sayang siap kan?"
"Asalkan ada kamu terus temenin aku"
"Iya dong cantik, gamungkin aku biarin dunia nya aku pergi sendirian. Harus sama aa ivan dong" ivan menunjuk dirinya dengan menepuk nepuk dada nya. Mengundang gelak alisha tentunya.
~
Sudah tidak ada yang menghalangi mereka lagi kali ini untuk tinggal bersama, satu kamar bersama, bahkan kini untuk tidur bersama.
KAMU SEDANG MEMBACA
His World (END)
RomansaJudul "Tak Di Lihat" aku ganti jadi "His World" ya guys. Tenang aja tidak akan merubah jalan cerita dan ending, dari cerita ini kok. Semoga bertukarnya judul dan cover tidak akan mempengaruhi minta kalian untuk membaca ceritaku ya ❤️