Bara Mentari (4)

845 37 0
                                    

Langsung baca aja no pembukaan wkwk

.

.

.

Pukul 7 malam.

Di meja makan

"Bagaimana kondisi Mentari, Bar? "Annio bertanya melirik sang putra.

Tia, mamanya Bara pun ikutan nimbrung. "Ada gejala gejala yang keliatan gak, dari dia, selama satu bulan ini?"

Ya. 1 bulan telah lewat setelah insiden itu. Meski terjadi sesuatu antara Bara dan Mentari, nyatanya dua sejoli ini masih bisa mengatasi masalah mereka dengan kepala dingin. walau sebenarnya Bara tiap hari menakutkan sesuatu sesuatu yang belum pasti. apalagi sebelumnya keluarganya begitu ingin menikahi Bara dengan Mentari lepas insiden itu terjadi. namun usai melihat kebelumsiapan Mentari mereka pun menunda untuk beberapa bulan kedepan jika Mentari siap dan berubah pikiran. mereka tidak ingin menambah beban pikiran gadis itu.

"Gejala apa maksud mama?" tanya Bara kebingungan.

"Ya itu, hamil?"

Uhuk Uhuk

"Ha-Hamil? mama ngaco?! masa hamil sih, Ma? lagian ngelakuinnya cuman sekali kok. "

"Gak ada yang gak mungkin, Bara, "jawab Annio. papanya. "Kamu kan gak pakai pengaman?"

"Papa!" hardik Bara malu. sialan, dia tidak suka membahas hal vulgar seperti ini dengan santai. "Kalau gak karena kena obat perangsang yang bikin Bara mabuk Bara gak mungkin melakukan hal itu!"protesnya cepat.

"Bara jadi curiga. memang ada seseorang yang sengaja mau njebak Bara dan Mentari malam itu?"

Annio diam memikirkan perkataan Bara barusan. anaknya itu ada benarnya, mustahil bukan, terjadi dengan kebetulan seperti ini?

"Kamu kan sendiri tahu kalau keluarga Bastrannio itu adalah keluarga yang sangat subur akan masalah keturunan, Bara. dulu saja setelah papa menikahi mama mu gak genap dua bulan mama mu sudah hamil kamu dua minggu, "jelas sang papa.

"Tapi kan, papa bilang papa melakukannya tiap hari dan selalu lembur sama mama, iya kan, ma?"

Blush

Wajah Tia, mamanya, memerah.

"Kamu benar. mangkanya jangan terlalu santai. mulailah membuka pikiranmu mulai sekarang. mau bagaimana pun, jika Mentari hamil anakmu kami pasti akan menerima cucu kami dengan senang hati. kami juga akan menyayanginya segenap jiwa kami karena dia adalah cucu yang memiliki darah keturunan Bastrannio. kami akan mengakuinya selagi dia benar anakmu. "

Bara terdiam.

Benarkah, akan terjadi juga terhadap gadis itu??

Sementara itu, di kediaman Tama.

Di ruang keluarga

"Kapan Mentari sekolahmu mengadakan acara kerja bakti di sekolah??"

"Belum tau sih, Pa, kenapa?"

"Tidak. Papa hanya bertanya. kamu sudah kembali check up kerumah sakit mengenai kesehatan kamu?"

"Sudah tadi sore di temenin sama mama. dokter bilang aku gakpapa, "ujar Mentari dibalas anggukan kepala sama Tama.

"Bagaimana?"

"Apanya, Pa?"

"Kapan kamu siap untuk menikah sama Bara? kamu gak berniat untuk tidak menikah, bukan? "

"Hmm entahlah?"

"Kamu harus segera menikah dengan Bara. meski insiden itu tidak membuatmu hamil sekarang. tetap saja, kalian sudah melakukan dosa, kalian harus menikah agar nama baik keluarga kita tidak tercoreng di muka publik. "

"Tapi Mentari masih SMA mas?" jawab Linda.

"Ijab qobul saja dulu, resepsinya nanti, setelah Mentari kelulusan sekolah. "

"Bagaimana Menta? kamu harus membicarakan ini sama Bara secepatnya. kalian menikah harus sesuai kesepakatan agar tidak memberatkan salah satu pihak, mengerti?"

"Iya Pa"

____

Mentari menatap luar jendela kamarnya. ia membuang napas melentangkan tubuhnya diatas tempat tidur. kepalanya terasa berat, dia cemas, dia takut, dia serba salah.

"Gue gak mungkin hamil, kan?" gumamnya mengusap perutnya yang rata.

Ahhhhhh

Mentari mengusap kasar wajahnya disana. ingatan malam itu terlintas amat jelas dikepalanya. ia ingin melupakannya, ingin menganggapnya mimpi. tetapi, semakin sering dia berusaha untuk terlihat biasa saja dan seakan tidak pernah melakukan itu dengan Bara. insiden malam itu terus kembali di kepalanya bagaikan kaset yang terputar enggan untuk berhenti.

"Apa yang harus gue lakukan??"

"Menangis? memangnya menangis bisa mengembalikan kegadisan gue?"

"SIALAN!"

.

.

.

.

to be continued..

BARA:My Menta, Mom Bastra {end}Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang