selamat membaca
¯\(◉‿◉)/¯
Bara berkumpul bersama Zioga, Najak, Arel, Boim, dan Lion di basecamp. Hari minggunya mereka gunakan sebaik mungkin untuk membahas malam mengenai insiden Bara dan Mentari itu.
Di sehari-harinya selain Minggu mereka amat sibuk apalagi posisi Bara yang sudah menjadi seorang ayah. Waktunya benar benar terbatas diluar rumah. Dia tidak tega melihat Mentari kesusahan merawat Bastra sendirian meskipun ada baby sister yang menemaninya. Setiap pulang dari kuliahnya Bara bekerja mulai menekuni dunia bisnis dan meneruskan salah satu perusahaan papanya. Bara juga mengelola beberapa cabang cafe yang dia bangun dengan hasil jerih payahnya untuk memenuhi masa tua dan masa depan anak dan istrinya nanti. Dia sudah memperhitungkan semuanya dengan matang dari awal agar istri dan anaknya tidak perlu khawatir dan capek memikirkan biaya hidup lagi. Meskipun dia menikahi Mentari karena sebuah insiden dia juga sudah memperkirakan hari ini apabila dialami nya. Bara tak menyangka kalau siaganya bisa membuatnya jadi tak begitu kewalahan dan kesusahan. Sejak awal dia sudah belajar dam mempelajari banyak hal.
Meski Mentari ngotot ingin melanjutkan pendidikan kuliah Bara melarangnya keras. Dia tidak ingin wanita itu semakin pusing.
"Jadi siapa, dalang dibalik insiden itu?" Tanya Bara menatap Boim cukup serius.
Boim menyerahkan selembar foto padanya.
"Bangsat!"
¯\(◉‿◉)/¯
Bara pulang mendapatkan Mentari sudah terlelap diatas tempat tidur sambil memeluk bayinya yang juga sedang tidur pulas. Melihat wanitanya berdaster biru Bara meneguk salivanya. Dia tidak bosan memandangi Mentari kemudian membelai lembut wajah lelah ibunya Bastra itu. Kemudian menarikkan selimut menutupi tubuh setengah tubuh istrinya.
"Good afternoon mom Bastra. "
"Good afternoon my baby boy!"
Bara ikut merebahkan tubuhnya diatas tempat tidur. Dia memandangi wajah bayi laki-laki yang sangat mulus itu. Dari bayi saja dia sudah seperti anak musang yang menggemaskan. Rasanya ingin sekali mencubit pipi gembulnya itu tapi Bara takut membangunkannya.
"Anak Daddy bobonya nyenyak banget ya nak? Kamu mimpiin apa, disana? Lagi sama siapa? Hmm?"
"Anak Daddy kok lucu banget sih pengen gigit deh Daddy jadinya. Ulu uluu sayang Daddy anak Daddy gantengnya Daddy..."
"Eeeeeemuach! "
Bastra merengek-rengek mulai terbangun dari tidurnya ulah kecupan Bara.
"Eh eh eh, bangun ya nak? "Dia langsung mengendong bayinya itu kemudian meninabobokan-nya lagi. Dalam hatinya dia sangat bersyukur istrinya tidak terganggu olehnya.
"Jangan cepet gede ya Bastra. Daddy gak sanggup liat kamu sekolahnya kayak gimana nanti. Kamu harus kalem ya nak, kayak Daddy. Jangan kayak mommy mu! Genit. "
Bastra seakan mengerti apa yang diucapkan oleh Bara. bayi lelaki berusia 4 bulan itu melebarkan tawanya menggelitik hati Bara. Bara pun ikut tertawa gemas dibuatnya.
"Iya dong! Kamu harus mematuhi peraturan Papa eh Daddy ya, mama mu itu agak sengklek, gak boleh kamu contohin, hm. "
¯\(◉‿◉)/¯
Mentari berjalan menuju ke dapur.
"Bar. "
Bara menoleh kebelakang melihatnya. "Udah bangun, sayang?"
KAMU SEDANG MEMBACA
BARA:My Menta, Mom Bastra {end}
Teen Fictionini saquel cerita ONA✓ ⚠️buang buruknya ambil baiknya⚠️ alih judul dari: |BATA:incident|✖️ ke: |BARA:My Menta, Mom Bastra|✔️ ____________________________ "Sejak kapan lo hamil?" "Bukan urusan lo, Bara. " ____________________________ Sebuah Insiden...