Mengerjai Bara

679 46 8
                                    


selamat membaca









Minggu.

Sepekan sudah kabar kematian papanya Zioga. Di sekolah Zioga tidak banyak bicara, dia semakin dingin dari biasanya. Sesekali anak anak mengajaknya hangout mengelilingi kota tetapi Zioga kekeuh menolaknya.

Hari ini, Mentari sudah meminta izin sama Bara untuk menemui Zioga kerumahnya bersama Ona. Beberapa hari lalu kehadiran Ona tidak di sambut sama sekali oleh Zioga sehingga membuat Mentari geram dan memutuskan untuk turun tangan langsung mempertemukan mereka berdua. Di tak tega melihat Ona bersedih dan mengadu padanya.

"Kak, aku takut, "cicit Ona menarik lengan baju Mentari.

"Lo takut pas kita udah tiba di depan rumahnya? Telat tauk! Udah ah, ayo buruan!" Mentari menarik gadis itu masuk ke dalam area halaman rumah Zioga. Kebetulan gerbangnya sedang tidak dijaga oleh para satpam.

"Assalamualaikum!! "

Ona mengelus dadanya sembari menggeleng. "Kak Mentari ngucap salam apa mau ngasih pelajaran anak orang sih, kak?"

"Dua dua nya, Na!"

Pintu terbuka memperlihatkan Zioga. Cowok itu sudah tahu istri dari Bara akan datang kerumahnya untuk memarahinya. "Ngapain lo kesini siang bolong?"tanyanya datar. Sedatar pikirannya.

"Minggir! Gue mau masuk!" Mentari mengajak Ona masuk mendorong Zioga dari ambang pintu.

"Woi! Gue gak ngizinin lo masuk!"

"Memangnya ini rumah lo!?"

"Iya ini rumah gue!"

"Salah! Ini rumah mama lo! Dasar anak gak tau diri lo!!"

Zioga kalah telak.

"Ada apa ini ribut ribut?"

Ona nyengir kuda sedangkan Mentari dengan tak bersalahnya menyalami mama Mira sambil cengengesan.

"Siang tante! Ini Mentari bawa calon mantu. Kangen tante, katanya. Kan, Na?"

Ona mematung di tempat. Dia kagok, alias mati gaya. Tak menyangka Mentari akan menggunakannya dalam hal ini.

"I-Iya Tan, Eh, Mamir?"

Mama Mira tersenyum menanggapi Ona.

"Mama juga kangen loh, sama kalian berdua. Ayo ke dapur! Kebetulan mama buatin puding coklat sama strawberry cheesecake kesukaan Ona. "

Zioga menghela napas melihat ketiga orang itu yang membuat moodnya semakin tak baik. Zioga bukan mau menghindari Ona, dia hanya masih memerlukan waktu untuk menyendiri. Tapi mungkin gue udah terlalu lama cuekin Ona.

Zioga menghela napas lagi.

"Na. Gue mau ngomong. Ikut gue!"

Ona melirik Mentari bimbang. Dia gugup dan takut. Apa yang ingin Zioga bicarakan padanya sedangkan tiap kali ia meminta waktu Zioga cowok itu selalu mengabaikannya. Apa karena ada Mentari?

Kak Zioga takut sama kak Mentari?

Seolah tau apa yang dipikirkan oleh Ona, Mentari pun langsung menarik senyum simpulnya.

"Udah, sana. Katanya lo kangen dia?"

____

Sepulangnya dari rumah Zioga wanita berpakaian sopan itu pulang membawa beberapa puding pemberian mama Mira. Tadinya dia di suruh membawa strawberry cheesecake akan tetapi dia kurang menyukainya.

"Nyonya?" Pak Hara mengambil alih puding di tangan Mentari lalu membawakan tas selempang nya.

"Bara---ah! Maksudnya suami saya. Dia kemana pak?"

"Tidur non, diatas. "

Mentari mengangguk mengiyakan.

"Pak, apel dikebun belakang rumah udah ada yang berbuah belum ya?"

"Ah, sepertinya ada non? "

"Saya mau itu. "

"Baik, saya ambilkan. "

"Tidak pak! Saya mau suami saya yang memetiknya sendiri dengan tangannya. "

"A-apa?"

"Ya?"

"Ah, Ehm, Ya. Ya baiklah. Saya segera membangunkan tuan. "

Mentari tersenyum mengangguk. "Oke!"

Dia pun terkekeh kecil melangkah menuju ruang tamu menonton TV disana. Sambil bersantai dan menghitung jam waktu menunggu kedatangan Bara.

5 menit kemudian Bara menjumpai Mentari dengan wajah kusutnya khas bangun tidur. lelaki itu merebahkan tubuhnya diatas sopa untuk menyadarkan dirinya yang belum sepenuhnya nyawanya terkumpul.

"Lo sengaja kan, ngerjain gue dengan cara pura pura ngidam?"

Mentari membuang napasnya.

"Enggak ya! Memang anak lo yang minta bukan gue. Lo gak mau, ambilin apel doang di pohonnya dibelakang rumah?"

"Memangnya harus gue? Gak bisa di wakilkan gitu? Pohonnya kan gak gede atau tinggi tinggi amat, Menta?!"

"Ya gue bisa, tapi kan ada elo? Lo kan suami gue nih? Ayah dari anak gue. Ya lo harus menunjukkan effort lo dong! "

Bara mengeluarkan unek-uneknya didalam hati. Ingin rasanya ia meneriaki wanita dihadapannya yang amat menyebalkan itu.

"Oke. Oke. FINEE!!!"

Mentari tertawa terbahak-bahak melihat Bara pergi dengan perasaan jengkelnya.

"Emang enak gue kerjain? mampus lu! "

"HAHAHAHAHA. "

Bara kembali tak membutuhkan waktu yang lama. Dia langsung menyerahkan apel yang di petiknya langsung dari batangnya itu kepada Mentari, istrinya tercinta.

"Makan! Awas gak lo makan gue gelitikin lo!"

Mentari menerimanya dengan senang hati. "Udah lo cuci belum?"

"Ya udahlah! "

"Kalik aja belum, kan?"

"Mangkanya gak usah souzon wahai istriku tersayang...!"

"Nanya doang loh, gue?"

"SERAH DAH, SERAH. "

"Lo mau gak?"

"Enggak. Makasih. "

Mentari diam diam tertawa dalam hati.











vote
fav
komen

BARA:My Menta, Mom Bastra {end}Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang