Perhatian (2)

763 37 3
                                    

selamat membaca








Bara mendongak menatap Mentari yang baru saja menuruni anak tangga. sambil mengunyah gorengan tahu bunting ia menarik smirk melihat wajah lemas Mentari. sekarang jam sudah menunjukkan pukul empat pagi menjelang subuh.

"Mau makan?" tegur Bara ketika sang istri duduk di seberangnya. rambut panjangnya itu masih basah dan kusut.

Mentari menggeleng dan menjatuhkan kepalanya diatas meja menggunakan kedua tangannya sebagai penyanggah dagunya.

"Sial!"

Mentari langsung bangkit dan berlari menuju wastafel. ia muntah muntah lagi mencium bau ikan bakar Bara.

Bara berdecak kemudian ikutan bangkit menghampiri Mentari. ia menyalakan kran air lalu memijit pelan cekuk leher Mentari. sambil memegangi rambut Mentari agar tidak terkena muntahannya Bara juga terus bergumam tak jelas.

"Masih mual? mau air putih?"

Mentari mengangguk lemas.

Bara membantunya duduk di kursinya. lalu mengancing piyama tidur gadis itu yang terbuka.

"Lo bener bener kek anak SD ya? makai baju aja udah gak bener. "

"Bara plis! jangan komen terus bisa gak? kan elo yang bikin gue lemes!"

"Kalau masih bisa menjawab ucapan suami berarti masih ada tenaga buat lanjut part kesekian kan, Menta?"

Gila saja dia!

"Gak! badan gue udah sakit ditambah anak lo di dalem bertingkah?! udah ketebak besarnya nanti mirip siapa?"

Bara berdehem malas.

"Gue aneh deh sama lo? biasanya ibu hamil itu rewelnya gak sebawel elo. biasanya suka ngidam, kok lo enggak?"

"Ya kan gue ibu hamil yang berbeda! jangan lo samain. ngerti?"

Bara mengangguk sudah. "Lo mual karena bau ini?" katanya menunjuk ikan bakar diatas meja yang belum disentuhnya.

Mentari mengangguk.

"Mau ikut keluar gak?"

"Buat?"

"Sedekah sama makhluk Allah. "

Mentari terdiam di depan teras sambil memasukkan tangannya kedalam saku jaket tebal dan besar Bara yang menutupi tubuhnya. dia memperhatikan Bara yang sedang memberikan ikan bakar itu ke para kucing jalanan. Telatennya Bara memisahkan tulang tulang dari daging ikan tersebut sebelum diberikannya kepada kucing.

Tersenyum. Mentari sedikit demi sedikit melihat sisi lain Bara yang selama ini belum dilihatnya.

5 menit setelahnya.

"Udah?"

"Hmm. ayo masuk! ntar keburu kita masuk angin, lagi?"

"Iya"

Di atas kasur.

Mentari membelakangi Bara yang menghadap kearahnya.

"Menta"

"Gue boleh ngelus perut lo gak?"

Tumben dia meminta izin?

"Hm"

Bara mendekatkan tubuhnya hingga menempel ke gadis itu. "Kalau lo risih tepis aja, "ujarnya.

Mentari meremas seprei begitu merasakan kehangatan sentuhan Bara. tangannya itu perlahan merayap memasuki piyama tidur Mentari. berhenti bergerak di bagian perutnya.

BARA:My Menta, Mom Bastra {end}Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang