Kabar duka

664 33 0
                                    

Happy reading

Hari hari berlalu cukup cepat. Seiring berjalannya waktu kehamilan Mentari yang tiap kali coba ia gugurkan sekarang sudah sedikit berasa jika di sentuh. Walau belum terlihat banget tapi Mentari sudah dapat merasakan perbedaan pada tubuhnya yang suka pegal, dan gak enak. Tubuhnya sedikit mengurus karena seringnya dia mual.

"Menta!! Mentari!!!!"Teriak Bara memasuki rumah seperti orang kesetanan. Mentari belum sempat berbicara Bara sudah lebih dulu menarik lengan gadis itu. "Papa Zioga! Papa Zioga.... meninggal!"

Sontak mata wanita itu membelalak dengan sempurna. Tak ada kata yang mampu ia ucapkan mendengar kabar duka mengenai salah satu temannya. Innailaihi wa innailaihi rojiun..

Tubuh Mentari lemas. "Ayo kita kesana, Sekarang. "Ajaknya langsung di iyakan sama Bara.

"Tapi lo lemas gini, lo gakpapa?"

"Gakpapa. Paling enggak kita hadir walau sebentar. Zioga pasti nungguin elo disana. "

"Yaudah. Kalau nanti lo gak kuat langsung bilang ya, jangan lo tahan. Hm?"

"Iya Bara. "

Lelaki itu mengambil baju tangan panjang, juga kunci mobilnya. Dia memakaikan baju itu ke istrinya. Lalu menggenggam tangan Mentari menariknya pelan meninggalkan rumah. Dia menitipkan kunci rumah sama pak Hara yang kebetulan baru tiba di kediaman, juga bersamaan uang paketnya.

___

Di kediaman Zioga. Para pelayat berpakaian serba hitam sudah memenuhi mansion besar itu. Keluarga yang tengah berduka sedang menangis tersedu-sedu menatap lurus tubuh kaku yang ditutupi kain putih. Disana ada Najak, Lion, Arel, dan yang lainnya juga.

"Ga. "Panggil Bara lembut. Zioga mendongak kearahnya kemudian langsung menarik Bara dan memeluknya. Bara membalas pelukan temannya itu sambil membuang napas dengan tak karuan.

Mentari bergabung sama yang lainnya membiarkan Bara menenangkan Zioga. sejujurnya dua orang itu sangatlah dekat. Zioga selalu membutuhkan Bara dalam keadaan tersulitnya, begitupun Bara.

"Tante...,"Mentari meraih tangan dingin mama Mira. Wanita itu menangis dengan mata yang sudah sangat menyipit. Lana, anak bungsunya cuman dapat menatap kosong jenazah papanya. "Tante yang sabar ya? "

Mama Mira mengangguk mengusap pelan lengan Mentari. "Makasih sayang, kamu sudah menyempatkan kemari. Padahal tante tahu kondisimu juga tidak baik karena kehamilan kamu. "

"Its ok, Tan. "

Tak butuh waktu lama, jenazah papanya Zioga sudah dimakamkan. Yang membuat orang ikut menangis adalah jeritan Zioga yang memanggil papanya. Cowok itu terlihat sangat menyedihkan dan hancur.

"Kak!" Untunglah Ona menahan Mentari yang terhuyung. Jika tidak ada Ona yang memperhatikan dirinya, sudah pasti Mentari akan terjatuh ke tanah. "Kak Bara!"

Bara menoleh ke arah mereka. Dia langsung menghampirinya.

"Lo kenapa?" tanyanya memapah Mentari.

"Tubuh gue lemas, Bar. "

Bara mengangguk paham. Dia pun langsung berpamitan sama orang orang untuk membawa Mentari pulang lebih dahulu karena kondisinya yang memprihatinkan juga.

___

Tiba di rumahnya Bara mengangkat tubuh Mentari ala bridal style. Wanita itu tengah terlelap habis Mentari di ajak checkup ke RS. Dokter mengatakan fisik Mentari itu lemah hingga ia harus sering di periksa dan diberi vitamin ibu hamil agar kehamilannya baik baik saja sampai ia melahirkan.

Selesai membaringkan Mentari diatas tempat tidurnya Bara pun menghampiri pak Hara di lantai bawah.

"Pak Hara. Tolong anda jagain istri saya dirumah. Kalau ada apa-apa kabarin saya, ya?"

Pak Hara langsung mengangguk mengiyakan.

"Tapi tuan, nanti jikalau nyonya menanyakan keberadaan tuan saya bilang apa?"

"Bilang saya kerumah Zioga. "

"Baik tuan. "

"Kalau begitu saya tinggal dulu. Awasi dia ya pak, jangan biarkan sendirian, mengerti?"

"Baik!"

___

Pukul 8 malam.

Bara baru pulang kerumah. lelaki itu melangkah ke dapur melihat istrinya sedang makan malam disana.

"Gimana?" tanya Mentari begitu Bara mendekatinya. "Zioga udah baikan?"

Bara duduk sejenak sambil mencium kening istrinya.

"Udah mendingan. Tapi kayaknya Zioga perlu waktu untuk menenangkan dirinya. "Jawab Bara memberitahu. "Ini semua karena orang itu!"

"Jadi gimana sama rencana kalian? Lo beneran mau ikut campur dalam hal itu?" tanya Mentari lagi.

"Mustahil gue ngebiarin Zioga sendirian ngebantuin Ona, kan? Zioga itu temen gue.  "

"Gue harap lo baik baik aja. "

"Gue akan baik baik aja. "

"Mending lo mandi deh! lo kan habis dari tempat orang meninggal! "

"Iya cerewet. "









komen
fav
vote

BARA:My Menta, Mom Bastra {end}Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang