Perhatian (1)

815 41 9
                                    

selamat membaca

.

!VOTE DAN KOMEN PART INI!


Bar, Mentari nangis Bar, perutnya sakit, diajak ke dokter ga mau, dia mau kamu pulang. dia dibujuk gamau, kamu dimana? pulang ya?

Pesan singkat yang ia baca dikirim oleh mamanya membuat Bara menghentikan aktivitas nya. dia langsung beranjak mengambil jaket dan kunci motornya.

"Kemana lu?" sambar Arel mempertanyakan arah tujuannya. dia melirik wajah gelisah Bara.

"Bini gua "

"Kenapa Mentari?"

"Butuh gua. "

Langkah Bara langsung melebar. dia pergi membiarkan para sahabatnya tetap bersenang-senang di klub. sedangkan Lion, cowok itu menarik senyum simpulnya.

"Salut gue sama dia. "

Bara tiba dikediamannya 30 menit kemudian. dia langsung berlari tergesa-gesa menaiki anak tangga menuju lantai dua. didalam kamar dia melihat Mentari diatas kasur tidurnya. gadis itu meremas perutnya kemudian melirik Bara bak elang.

"LO KEMANA AJA SIH, HUH?!" marah perempuan itu. dia langsung bangkit kemudian mencengkram erat kerah baju Bara. "Gue telponin berulangkali lo gak angkat! gue sms gak lo bales! gue spam chat lo gak liat! sesibuk apasih lo sama mereka di klub itu sampai lo lupain gue dirumah ini yang lagi kesakitan gegara anak lo di perut gue ini! LO KALAU GAK MAU ANAK INI BIARIN GUE GURURIN!!!"

"SEKARANG UDAH JAM 1 MALAM DAN GUE LO TINGGAL SENDIRIAN DIRUMAH SEGEDE INI LO PUNYA PERASAAN LO PUNYA OTAK LO MIKIRIN GUE GAK SIH, HUH?!!!"

Bara diam. orangtua Bara maupun Mentari ikut diam. mereka tidak ingin ikut campur pertengkaran pasutri itu. mereka memilih keluar dari kamar membiarkan Mentari dan Bara menyelesaikan masalah tanpa ikut campur tangan dari mereka.

"Maaf," ujar Bara meraih pinggang perempuan itu. "Maaf, "ulangnya lagi menarik Mentari ke pelukan. "Iya gue salah, gue gak punya perasaan, gue jahat ninggalin lo sendirian dirumah, gue gak balas chat dan anggurin telpon lo, gue minta maaf banget. "

Mentari terbungkam begitu melihat respon Bara. cowok itu tidak balik marah dan membentaknya. justru Bara malah berusaha menenangkannya dengan cara memeluk dan mengelus perut rata Mentari pelan.

Dia mengajak Mentari duduk di tepi ranjang. "Anak papa jangan rewel ya? kasihan mamanya nangis nangis loh, nak? anak papa pinter kan? baik baik ya, nak. maafin papa, kamu marah ya, papa terlalu lama ninggalin mama, iya??" Bara berbicara sendiri dengan calon anaknya, dia tersenyum kemudian berjongkok di depan Mentari.

Bara, cowok itu mencium berkali-kali perut Mentari sambil mengusap nya.

"Masih sakit? "

Mentari menggelengkan kepalanya.

"Masih mau marah? hmm??"

Mentari kembali menggeleng menghapus air matanya. mengapa dia jadi secengeng ini sekarang?? apa benar, bawaan ibu hamil?

"Maafin gue ya? gue gabakal keluar malam selarut itu lagi. "

Selepas Mentari tertidur. Barulah Bara meninggalkan kamar mereka dan menghampiri para orangtua yang masih menunggu di lantai bawah.

"Gimana sama Mentari? kalian udah baikan?" tanya mamanya.

"Udah kok Ma. sekarang dia lagi tidur. "Jawab Bara tenang. "Maafin Bara ya? Bara salah karena biarin Mentari sendirian dirumah sampai ngerepotin kalian malam malam. Pa, Ma. "

BARA:My Menta, Mom Bastra {end}Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang