Bara Mentari (5)

836 38 4
                                    

Langsung baca ajaaa

.

.

Kantin sekolah.

"Rakus banget lo Menta. gak makan berapa hari? nasi goreng dua piring belum bikin lo kenyang, masa?"

"Lo bisa gak Rel kereta api gak usah komenin gue? suka suka gue lah! kan gue gak bayar pakai duit lo!"

"Ya tapi duit Bara sama Zioga yang lo porotin! ngotak lah bodoh. "

"Lo yang bodoh, sirik amat jadi orang, heran sama lo. mending lo urusin aja tuh, urusan percintaan lo yang terhalang agama ketimbang ngurusin porsi makan gue. ngerti?"

Baik Zioga, maupun Bara dan yang lainnya. mereka hanya bisa menghela napas terus menerus lalu menggelengkan kepala melihat pertengkaran dua orang itu.

"Lo gak takut jadi gendut makan sebanyak itu?" Najak pun bertanya melirik Mentari.

"Gendut ya tinggal gue kurusin. gak usah ribet deh lo!" saut Mentari cepat.

Tari hanya menggelengkan kepalanya saja. "Udahlah. biarin aja, Bara sama Zioga aja gak komen tuh?"

"Gue sih pengen komentar, cuman udah males duluan, "ralat Zioga. dia tau ujung ujungnya yang kalah debat tetaplah dia.

Lion menyiku Boim. "Pinjem hp lo buru, hp gue lowbat. "

"Ye di cas lah! apa gunanya hp elit ngecas sulit?"

"Yee cepetan! bawel amat deh lu"

Boim menyerahkan hpnya kepada Lion.

"Asal jangan buka buka WhatsApp gue. awas lu kalau buka privasi gue, gue tonjok juga lu!"

"Kayak preman aja lo ck"

___

Huekk

Huekk

Uhuk Uhuk

HUEKK

"Mentari, lo kenapa? astagaaa, "melihat gadis itu muntah muntah di wastafel toilet. Tari langsung memijit pelan cekuk lehernya. "Lo masuk angin?"

Mentari menggeleng sambil memuntahkan isi makanannya.

"Sial, gak enak banget badan gue. keknya gue masuk angin deh, Tar?"

Tari cuman mengangguk anggukkan saja kepalanya.

"Istirahat gih! kalau lo gak kuat gue izinin lo pulang aja, ntar gue suruh siapa gitu anterin lo balik?"

Mentari cuman menggelengkan kepalanya.

"Gue gakpapa. "

Mereka kembali ke kelas. Pak Damar menjelaskan di depan papan tulis. Boim dan Arel melirik Tari bertanya lewat bahasa tubuh mereka. Tari cuman mengedikkan bahunya tidak tahu.

"Dia kenapa pucat amat mukanya kek mayat hidup? sakit?" bisik Boim bertanya.

"Kayaknya iya deh, Im? habisnya tadi dia muntah, "jawab Tari.

"Serius?" Arel nimbrung dibalas anggukan saja oleh Tari.

Najak, Arel, Lion, Boim, dan Zioga. mereka berlima serempak menoleh kearah Bara. dimana Bara juga menoleh menatap mereka sambil menaikkan alisnya. kemudian dia beralih melirik Mentari lewat ekor matanya.

"Lo sakit?" tiba tiba saja pertanyaan itu keluar sendiri dari mulut Bara.

Mentari berdehem. "Masuk angin kek nya? tapi gakpapa kok, ntar juga mendingan. "

Bara tidak yakin.

"Oh"

Pak Damar masih menjelaskan di depan sana dengan seriusnya. entah mengapa gak ada yang menyangkut dikepala Mentari. hingga bunyi bell pun, Mentari cuman menghabiskan waktunya sepanjang pelajaran dengan melamun menatap keluar jendela.

Di depan pintu kelasnya. Mentari dihampiri oleh Bara, cowok itu menyentuh keningnya lembut.

"Badan lo gak pan-"

Humph?!

Mentari mual, dia langsung menutup mulutnya. Dia gak tahan mencium wangi Bara.

"Bar, lo ganti parfum apaansih?! bau banget tau gak!"

"Apaansih?? gue pakai parfum yang biasanya. hidung lo tuh, bermasalah?"

"Lo beneran gakpapa? muka lo pucat tuh? "

Huek!

Mentari menepis lengan Bara dari wajahnya. "Jangan sentuh gue, sumpah, gue gak tahan sama bau---huek"

Mentari langsung berlari menuju toilet wanita.

"Eh, Bar? ngapain masih berdiri disini? lah, Mentari mana??" sambar Lion baru saja melangkah keluar dari kelas.

Bara menggeleng menatap kepergian Mentari.

"Yon. "

"Hm?"

"Udah berapa lama semenjak insiden gue sama Mentari??"

"Emm, bentar gue hitung," ujarnya mulai menghitung tanggalnya dari kalender di hp. "Hmm bentar bentar. udah nyaris 2 bulan nih, kenapa?" lanjutnya memberitahu Bara.

Bara cuman diam menatap lurus kedepan.

"Gakpapa. "

Mentari pulang kerumah.

Gadis itu dengan tak sabaran masuk kedalam kamarnya. dia juga mengecek siklus jadwal haid bulananya, kemudian juga membuka google mencari cari informasi penyebab dia mual dan beberapa gejala yang dia alami.

Mentari mengatupkan bibirnya rapat. kemudian matanya melirik testpack yang sudah lama di siapkan oleh mamanya untuk berjaga-jaga. lima testpack yang berbeda itu langsung diambilnya. dengan dada yang berdegub kencang Mentari membawanya kedalam kamar mandi.

10 menit kemudian dia keluar dari kamar mandi. tubuhnya merosot kelantai itu tak percaya. seperkiandetiknya dia mulai memekik lalu menangis.

Mendengar jeritan tangis Mentari kedua orangtuanya langsung berlari menuju kamar Mentari.

"Mentari!!"

"Astaga, ada apa, apa yang terjadi?!"

"Huaaa Papa..."

"Iya nak, ini papa, kenapa ada apa, sayang, hmm?? kamu kenapa?"

Tangis Mentari semakin besar.

Linda ikutan cemas. wajahnya memerah padam. ada apa dengan putrinya??

"Hiks, Pa... hiks, Papa... Me-Menta... Mentari hamil Pa, "cicitnya.

Linda amat shock mendengarnya. sampai dia menutup mulutnya menggunakan kedua tangannya. dia mengambil testpack ditangan Mentari.

Dia langsung memeluk Mentari begitu melihat garis 2 disemua testpack itu. Ia ikutan menangis. mereka semua menangis memeluk Mentari erat.

"Hiks"

.

.

.

.

To be continued..

BARA:My Menta, Mom Bastra {end}Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang