Satu atap (1)

907 47 5
                                    


happy reading

.

.

.

.

"BARAAA!!!!"

Bara hanya mendengkus. dia tahu apa yang ingin Mentari katakan dan lakukan terhadapnya.

"Bara!"

Cewek itu datang membawa lipstik miliknya. dia pun membuka tutupnya memperlihatkan isinya yang kosong ke cowok itu.

"Apa sayang?" jawab Bara tampak santai.

"Ini semua ulah lo, kan? lo yang hilangin isinya? ngaku! ngaku gak lo?!"

"Lo ada bukti kalau itu gue yang lakuin?"

Iya memang gak ada bukti sih. cuman Mentari sangat tahu pasti Bara yang sengaja merusak lipstik berharganya tersebut.

"Ya selain lo siapa? pak Hara? mustahil dia berani nyentuh barang punya gue kalau enggak lo suruh! dan gue tau banget lo paling gak suka liat gue cantik, kan?"

"Ralat. bukan gak suka, cuman gak ridho aja istri gue di lirik cowok lain. "

"Sumpah! lo gila. "

"Obatnya lo. mangkanya lo harus nurut ke gue. ngerti?"

"TERSERAH! yang jelas gue gak bakal mau melayani lo malam ini!"

Cewek itu melangkah meninggalkan Bara dengan jengkelnya. sedangkan Bara, dia mencoba menafsirkan maksud ucapan Mentari.

"Jadi besok besok mau?"tanya Bara langsung mengekorinya.

Mentari masuk kedalam kamar mengusap wajah Bara geram.

"Lo masih inget kan, apa kata dokter tempo hari? "

"Gue gak boleh nyentuh lo?"

"Nah bener! jadi gak ada tuh, nafkah batin. "

Bara tersenyum menarik smirknya.

"Siapa bilang?" tanyanya. "Dokter cuman bilang gue gak boleh terlalu sering dan terlalu brutal. itu doang. jadi dalam artiannya gue masih bisa minta hak gue ...."

KYAAAAA

Bara mengangkat tubuh gadis itu membawanya keatas kasur.

"Bara lo ngapain?! Bara turunin gue! Bara lepasin!! Bara!!!"

Mata Mentari membola. sekarang Bara sudah berada diatasnya. cowok itu terlihat lebih---ah sial! mengapa begini?

"Lo berani nolak, hm?"

"Lo gak kangen, sama kehangatan gue?"

A-A-Apaan ini?!! kenapa rasanya dunia mau berhenti? dan kenapa pula jantung gue berdegup sekencang ini!!!!! teriak dewi batin Mentari.

"Ta-Ta-Tapi kan, tapi... ini kan pertama kalinya bagi gue, Bar. "

Mau bagaimana pun. kali ini posisinya mereka sama sama sadar.

Bara menarik senyum malunya.

"Gue juga. "

Cowok itu mendekatkan wajahnya kemudian membisikkan sesuatu di dekat telinga Mentari.

"Gue bakal pelan pelan. "

"Tapi gue takut"

"Ssstt. percaya sama gue. hmm?"

"Tapi, tapi gue malu.."

Bara beranjak kemudian mematikan lampu.

"Lo suka yang gelap gelap kan?"

Sial! kalau begini dia gak punya alasan untuk menolak lagi.

"Gi-Gimana kalau dede bayinya kenapa kenapa?"

Bara mengelus bibir cerewet itu. dari jarak sedekat ini mengapa Mentari terlihat menggoda sekali?

"Bakal gue pelanin. "

"Tap---hmphh?!!"

____

Esoknya.

Persetan sama malam pertama!

Mentari mengumpat Bara mati matian.

"Pelan pelan apanya?! gue sampai nangis kesakitan mohon mohon ke dia tapi dia gak mau berhenti, tau gak!"

Tari terbahak-bahak mendengar cerita Mentari. dia hanya mengeleng geli.

Tari sudah tahu mengenai pernikahan Mentari. Mentari juga sudah menceritakan semua insiden yang menyebabkan dia dan Bara harus menikah ke Tari.

"Lo kayak gak tau suami lo aja, deh? Bara itu kan, gila. mungkin sekarang lo akan lebih sering di nangisin sama dia. hahahahaha"

Mentari bertopang dagu jengkel. apalagi sewaktu dia menatap cermin tadi pagi. diseluruh tubuh dan lengannya sudah memiliki tanda dan bekas gigitan cowok gila itu.

"Paling enggak lo udah dapat pahala karena sudah melakukan kewajiban lo sebagai istri. melayani suami itu tugas nomor satu, Menta. "

Mentari tahu.

"Jadi, ini pertama kalinya buat kalian melakukan hal itu dalam keadaan sadar?"

Mentari mengangguk.

Di lain tempat.

Bara senyam-senyum sendiri sambil menyetel ulang senar gitar nya. dia sangat menyukai begadangnya semalam. apalagi wajah memelas Mentari itu membuatnya terus terbayang. sedang dengan teman temannya. mereka kebingungan akan reaksi aneh Bara.

"Gimana malam pertama lo? lancar?" beo Arel bertanya ke Bara.

"Jangan bilang gak dikasih?" ejek Boim.

"Memangnya Bara bisa, melakukannya dengan baik kawan?" tambah Najak.

"Kalau emang dia gak bisa, sekali tembak gak bakal jadi, Jak. "Kekeh Lion menggoda Bara.

"Wah. Bara ternyata suhu sekali abangkuuu" kekeh Boim.

"Justru yang tampang tampang kayak Bara. yang gak pernah nyoba, cuek cuek dingin, agak gila gini nih. tau tau nya lebih wah dari yang udah pernah nyoba. ya gak, Bar?" Zioga menyenggol lengan Bara.

"Apaansih?! "sungut Bara kesal. "Gak usah bahas hal intim selagi kalian belum ada istri!"

"Iya deh, iya. yang udah ada istri mah beda, kan, ya?"

"Sekali lagi lo ngebacod gue gebuk lo, Rel. "

Arel langsung menutup mulutnya ketika mendengar kalimat penuh ancaman tersebut. Bara memang sangat sensian.

"Guru datang! guru datang!!"

Mereka semua bergegas kembali ketempat duduk masing-masing. guru datang di susul Mentari sama Tari yang memasuki kelas.

"Mentari"

"Iya bu?"

"Itu kenapa bibir kamu ?"

"Owh. kegigit bu. "

Digigit Bara, ralatnya dalam hati.

"Oh. yasudah, duduklah. "

"Ya"

Mentari menatap Bara sinis. cowok itu dengan gilanya melayangkan flying kiss lewat bibirnya.

"Gila!"

Bara terkekeh mendengar umpatan kecil gadis itu.

.

.

.

to be continued..
bonus.

jumpa lagi setelah lebaran

minal aidzin wal Faidzin mohon maaf lahir dan batin semua...

😻😻❤️

BARA:My Menta, Mom Bastra {end}Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang