Antara hidup dan mati

707 41 3
                                    

¯⁠\⁠(⁠◉⁠‿⁠◉⁠)⁠/⁠¯





Di dalam sana Mentari di temeni oleh mamanya karena Bara beberapakali pingsan setelah mencoba sekeras tenaga untuk tidak tegang melihat Mentari yang sedang kesakitan. Wanita itu berkeringat dan tampak pucat didalam sana. Bara di larikan keluar ruang tunggu untuk menunggu saja disana bersama yang lainnya. Tidak semua teman Bara bisa hadir. Tari dan Lion menyusul belakangan karena masih ada urusan penting.

Bara mondar mandir didepan ruang persalinan. "Sial. Lama banget sih, lahirnya?!! Kalau istri gue kelamaan ditangani bisa mati!"

"Baru juga masuk Bara. "Timpal Arel.

Lion memijit pelipisnya melihat kekonyolan itu. Bagaimana bisa Bara membuat semua orang yang sedang panik, cemas dan khawatir jadi tertawa jenaka mendengar omelannya itu.

Zioga juga ada disana setia menemani Bara. Mata pandanya sangat terlihat jelas karena terus begadang menemani Ona setiap saat.

"Bar. Dari pada kamu bolak balik nyakitin mata gitu mending kamu duduk dan doain Mentari. Mama ikutan cemas gegara liat muka kamu kayak gitu, tahu!"oceh mamanya menjewer Bara. Bara pun menurut langsung duduk di kursi panjang.

"Mentari bakalan melahirkan dengan selamat beserta calon cicit mama. Didalam ada mamanya yang menemaninya. Kamu jangan bikin kami semua tambah panik dong!"

"Ssssttt. Mama berisik tau gak!"

"Ya kamu yang bikin mama berisik!"

"Mama gak usah jawab bisa gak sih? Diem aja aku tambah pusing denger ocehan mama!"

Arel memijit pelipisnya. Dia menepuk bahu Boim kemudian bersandar di pundak Najak.

3 Jam pun berlalu.

"BANGSAT! KAPAN SELESAI NYA SIH?!"

"WOI! BALIKIN ISTRI GUE WOI!"

"MA! MAMA PERIKSA DONG MA! MANTU MAMA DI DALAM MASIH HIDUP KAN, MA?! AYO DONG BANTU JANGAN DUDUK AJA!"

Ini seperti Dejavu melihat prilaku Bara begitu sama persis dengan papanya sewaktu mamanya mau melahirkan Bara dulu. Lebih heboh dan gila dari yang mau melahirkan.

"Anak siapa itu, tingkahnya kayak gitu? Anak kamu kan?"

"Iyalah anakku. "

"Urus tuh, anak kamu, Mas!"

Nada tertawa halus melihat kelucuan pasutri itu. Dia beralih melirik Tari yang sejak tadi hanya diam menyatukan kedua tangannya didepan.

"Kita doain aja ya kak, semoga kak Menta melahirkannya lancar dan sehat. "Tari langsung mengaminkannya.

Oekkkk Oekkkk Oekkk

Lengkingan tangisan bayi itu membuat semua orang menengadah kedepan pintu ruangan persalinan. Bara mematung sambil menganga. "Benarkah itu suara tangis anak gue? Lalu Mentari? Mana suara tangisnya?"

Najak mengusap wajah Bara geram sejak tadi. "Lo kalau sakit berobat, Bar. Prihatin gue liat tingkah lo. Ck!"

Alhamdulilah. Semua mengelus dada mereka bersyukur. Akhirnya... bayi itu lahir juga setelah membuat ketengan luar biasa.

Salah satu suster keluar dari ruangan melepas maskernya. "Alhamdulilah Pak, Bu, saudara sekalian... pasien melahirkan dengan selamat seorang bayi laki laki. "

Bara merosotkan tubuhnya ke lantai dengan shock menutup mulutnya tidak percaya. "Ya tuhan... alhamdulilah... alhamdulilah ya allah!"

"Hiks. Zioga! GUE JADI DADDY ZIO! GUE JADI DADDY!!!"Jeritnya mengguncangkan tubuh Zioga penuh bahagia.

BARA:My Menta, Mom Bastra {end}Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang