⊂(◉‿◉)つ
Tahun silih berganti. Sudah 5 tahun berlalu dan usia Bastra juga sudah menginjak 5tahun Minggu lalu. Cowok itu sudah lancar berbicara dan pintar seperti daddy-nya. Dia benar-benar Bara kecil. Baik dari wajah bahkan songongnya itu turun ke Bastra.
Selama lima tahun terakhir selalu ada ujian dan cobaan dalam rumah tangga mereka. Tapi bukan berarti mereka harus menyerah dalam memperjuangkan kebahagiaan dan cinta mereka.Para sahabatnya mereka seperti, Tari, Lion, Boim, Arel, Najak, dan Zioga. Mereka sama sama sudah bergelar sarjana seperti Bara. Arel memutuskan menyusul Boim untuk melanjutkan S2 nya ke Jepang. Tari dan Najak sudah bertunangan September tahun lalu dan baru sudah menikah dua bulan lalu. Lion dan Nada masih berpacaran, Lion mengikuti langkah Zioga yang setia menunggu sampai gadis mereka selesai menempuh pendidikan S1 nya.
Zioga bekerja meneruskan perusahaan papanya dan membiayai kebutuhan kuliah Lana, adiknya.
Tari tak henti-henti tertawa melihat Bastra yang dijahili oleh Najak.
"Ya kamu gak boleh jadi anak manja lagi, kamu kan udah jadi abang, sekarang. Kamu udah punya adik, Bastra."
"Bastra gak perduli! Bastra tetap mau jadi anak manja! Om jenggot gak usah atur atur Bastra. Om kira om siapa, berani atur atur Bastra, huh?"
Tawa menggelegar seisi ruangan tengah itu.
"Eh bocah! Lu tuh ya, bener bener kek bapak lu, nyebelin!"
"Om jenggot juga nyebelin! Gak usah ngatain daddy Bastra kalau gak mau Bastra hukum pakai sapu!"
Lagi, tawa Najak memecahkan ruangan itu. Cowok itu berjenggot sekarang. Mungkin mau jadi ustad dia wkwk.
"Gila! Anak lu udah kecil menjiwai lu banget Bar. Gimana gedenya ya?" beo Najak menghapus air matanya menahan perutnya yang sakit saking serunya dia tertawa melihat tingkah Bastra.
Bara memutar bola matanya sambil bersedekap melirik sang anak bangga.
"Hei boy! Come here!"Panggilnya menepuk-nepuk pahanya menyuruh Bastra duduk dipangkuan nya.
"Kenapa daddy? Daddy mau kasih Bastra uang atau mainan?"Tanyanya bersedekap mantap menatap sang papa.
"Kamu mau apa, sayang?"Tanya Bara mengangkat putra sulungnya itu ke pangkuannya.
"Bastra mau tante itu jadi pacar Bastra!"Ona menunjuk dirinya shock.
"Saya?"
Bastra mengangguk mengiyakan.
"Eh! Jangan ngadi ngadi lu! Dia punya gua!"Sarkas Zioga.
"Memangnya gak boleh?"
"Ya gak lah! Dia punya gua anak setan!"
Semua orang diruangan itu tertawa terbahak-bahak. Sungguh suatu keajaiban Bastra membuat mereka terhibur. Semakin hari prilaku putra sulung Bara itu sungguh menggemaskan.
Ona hanya menggelengkan kepalanya tak habis pikir. "Aku mau ke atas dulu ya? Mau nyamperin kak Mentari sama dede bayi."
Zioga mengangguk anggukkan kepalanya.
"Tante, Bastra mau ikut!"anak berusia lima tahun itu memberikan tangannya kearah Ona. Zioga langsung berdiri menghalanginya.
"Gak! Lo disini aja ya, sama bapak lu!"
"Om. Minggir, Bastra gak mau lihat muka om yang jelek itu."
"Heiii. Gue lebih cakep dari daddy lu, Bastraaaa."
"Om terlalu percaya diri. Di mata Bastra om mirip monyet."
"Woi!!"Zioga jadi tantrum dibuatnya. Tanpa mereka sadari Ona sudah berlalu pergi meninggalkan mereka disana. "Ngadi ngadi lu ya! Siapa yang ngajarin lo bilang gitu?!"
KAMU SEDANG MEMBACA
BARA:My Menta, Mom Bastra {end}
Teen Fictionini saquel cerita ONA✓ ⚠️buang buruknya ambil baiknya⚠️ alih judul dari: |BATA:incident|✖️ ke: |BARA:My Menta, Mom Bastra|✔️ ____________________________ "Sejak kapan lo hamil?" "Bukan urusan lo, Bara. " ____________________________ Sebuah Insiden...