Satu atap (2)

782 36 3
                                    

selamat membaca

xixixi

ini aku bonusin deh sebelum benar benar sibuk jelang lebaran..

.

"Dor!"

"Eh setan eh monyet ehh---MENTARI!!"

Gadis berambut panjang itu tergelak melihat Arel terjengkang dari duduknya. dia tertawa terbahak-bahak menatap Arel yang tengah meringis kesakitan mengusap pinggangnya.

"Babi lo! "

"Nyenyenyenye"

"Dasar setan!"

"Lagian nih ya, siapa suruh dikelas tadi lo gak contekkin gue? "

"Oh jadi lo balas dendam karena itu? iya? emang dasar ya lo, lo mau gue haj—"

"Apa?"

Arel mengatupkan mulutnya. dia mencoba menghela napas panjangnya sambil berusaha menahan emosinya yang sudah sedikit stabil.

"Udahlah. "

Akhirnya dia mengalah. andai gadis di hadapannya bukan temannya, bukan istri dari sahabatnya, dan bukan orang penting dalam hidupnya. mungkin saja dia akan memberi perhitungan ke gadis itu.

"Kakak ngalah sama adek, "lanjut Arel tersenyum masam.

"Kakak jidat lo! kita seumuran ya!"

"Lo bisa gak? gak usah nyebelin, Me? "

"Gak bisa. kenapa?"

"Woi woi woi. ada apa nih, kenapa?" untunglah Boim dkk datang. Bara meraih kerah bagian belakang baju Mentari kemudian menarik gadis itu ke sisinya.

"Gakpapa. Arel alay, "saut Mentari santai. dia melangkah menarik bangku panjang kemudian duduk disana. di susul Boim, Najak, Lion, Bara, dan Arel.

"Zioga mana?" tanya Arel ke mereka. Najak mengedikkan bahunya tak tahu.

"Sama Ona kalik?" jawab Lion.

"Owh"

"Lo mau pesan apa?" tanya Bara ke Mentari. cowok itu duduk di sampingnya. "Gue pesenin. "lanjutnya.

"Mau soto boleh? gue pengen soto tapi gak pakai bawang goreng. "

Bara mengangguk.

"Wait. "

Cowok itu melangkah pergi bersama Boim ke meja kasir. sedangkan di meja kantin. Najak, Arel, dan Lion asik berbincang bincang bersama Mentari mengenai sekolah dan nilai mereka.

"Eh, Yon. Mantan lo nohh!"

Mata Lion langsung menangkap sosok Nada. gadis itu melangkah memasuki area kantin bersama Ona, juga Zioga.

"ONA!! NADA!!"

Dua gadis itu melambaikan tangannya ke Mentari.

"Eh, kebetulan kalian disini. kalian liat Bara gak?"

Arel menaikkan alisnya bingung. "Ada urusan apa lo, sama Bara?"

"Ya bukan urusan lo. yang jelas gue ada perlu sama Bara. "Ketus Luna menjawabnya sambilan melirik Mentari yang hanya cuek bebek kepadanya.

"Ngomong-ngomong, lo... tambah hari tambah kek tante tante ya? "

Mentari menoleh kearah Luna.

"Guys. disini ada yang ngajakin dia ngomong gak?" tanya Mentari memelototi semua temannya, termasuk Nada dan Ona yang barusan tiba. Zioga menarik bangku kosong kemudian duduk disana dengan acuh.

"Gak deh, keknya?" jawab Lion terlihat sinis. "Lo Im, ngomong sama dia?" dia pun beralih ke Boim.

"Gue dari tadi ngomong sama kalian. "

Mentari menarik smirknya.

"So, gue mirip tante tante ya?" terakhir, dia bertanya ke mereka.

"Gak. lo cantik. "

Mereka semua menengadah ke sumber suara. Dimana Bara membawa nampan berisi pesanannya dan juga pesanan Mentari. dia menaruhnya diatas meja lalu melirik Luna lewat ekor matanya.

"Ba-Bara?"

"Siapa bilang lo mirip tante tante?"

Mentari menunjuk Luna dengan dagunya.

"Em Bara. Bara kebetulan kamu disini, aku ada yang mau di omongin. kamu bisa gak, ikut aku sebentar?" bujuk Luna mengalihkan pembicaraan mereka.

Bara melirik Mentari seolah meminta persetujuan dari istrinya itu. namun Mentari membuang muka menatap mangkuk soto nya. gadis itu menggertakkan giginya geram sambil mengaduk-aduk kuah soto ayam itu.

"Sorry. gue gak punya waktu buat orang asing. "Jawabnya singkat. kemudian Bara beralih ke Mentari mengabaikan Luna.

"Habisin. biar lo kuat, nantinya. "

Mentari cuman mengangguk.

"Lo gak pergi, kak?"

Mereka semua menoleh ke Nada. dimana dia sedang bersedekap menatap Luna tajam bak elang.

"Ck"

Luna menghentakkan kakinya ke lantai kemudian melangkah pergi dengan geramnya.

"Sabarrr," ujar Ona menepuk bahu Nada. "Ayo duduk, Nad. "

"Orang kek kak Luna itu gak bisa di sabarin. gue heran, sejak dulu gue liatin dia selalu suka nurutin style kak Mentari. tuh orang kurang kerjaan atau ngefans sih, sampai segitunya?"

Najak terbahak.

"Lo benar banget Nad! liat aja barusan, kan? Mentari gak kuncir terus pakai hoodie dia ikutan pakai hoodie? "Najak hanya menggelengkan kepalanya tak habis pikir.

"Eh. Hoodie yang gue pakai ini Hoodie mahal ya! yang dia yang kW. ini udah lama tahu, dibeliin sama papa gue. "

"Iya Me, iyaaaa. "

"Udah ah! gue bete. Yon, beliin gue kentang goreng, cepetan!"

"Lo minta tolong atau ngancam, btw? "

"Maksa. "

"Yee. dasar kebiasaan banget ya, lo, di baikin malah ngelunjak. dasar Mentari terbit di upuk timur!"

"Udahh, sana, cepetannnnn. sekalian lo beliin juga yang si Ona sama Nada. Yaaa??"

Lion berdehem meninggalkan tempat duduknya.

.

.

.

to be continued

BARA:My Menta, Mom Bastra {end}Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang