Rosy
CARLINA ARMANANTIA
LIAT
JINGGGAngela
Eh gila...
Woi gila banget
Minta take down gak sih?Carlina
Hah...Tanpa sepengetahuan siapapun, malam pertama di Bali kuhabiskan untuk menangis di kamar hotel.
Setelah kami makan malam dan mengobrol ringan, aku tidak tertarik untuk pergi ke manapun di resor ini. Rosy mengirimkanku beberapa tangkapan layar yang rasanya lumayan menyayat hatiku.
Yah, aku tahu aku bilang bahwa aku akan baik-baik saja pada Julian. Bodohnya aku. Ini semua bukan tentang perjodohan itu. Ini semua tentang pribadiku yang dihujat secara personal.
Aku bukan manusia tanpa hati yang tak geram dihina tiba-tiba. Semua ulasan tentang fisikku cukup membuatku tak percaya diri. Padahal, aku tumbuh dewasa tanpa ada orang yang mengomentari tubuhku selain keluarga terdekat.
Paling sebatas aku yang berantakan. Aku cukup sering berdandan, kok. Kenapa mereka mengambil foto-foto terburukku? Itu semua foto yang diunggah di akun iseng milik komunitas pecinta kucing kecil-kecilan saat aku berkuliah dulu. Kadang beralihfungsi jadi akun lucu karena hanya diikuti oleh teman-teman terdekat.
Tok. Tok.
"Carlina. Masih bangun? Aku mau ngomong."
Ah, sial. Julian sudah melihat unggahan itu, pasti. Aku tak enak jika harus memperlihatkan hidungku yang memerah karena menangis. Tapi aku juga tak enak jika ia menungguku di depan pintu.
Aku mengambil secarik tisu lalu mengusap bekas air mataku. Aku buka pintu kamar dan mencoba menutupi hidungku dengan tisu.
"Kenapa? Aku agak flu," ucapku sambil berpura-pura batuk dengan suara parau.
Julian masuk kamarku dan langsung menutup pintu. Aku mundur beberapa langkah karena ia sangat cepar dan aku hampir tak menyadari kalau kami sudah berada di dalam satu ruangan yang sama.
Ruangan ini terbilang luas, tapi terasa sangat kecil ketika Julian masuk.
"Kamu nangis?"
"Aku flu."